Jangan lupa klik tombol bintang sebelum membaca dan tambahkan komentar setelahnya.
.
."Guanlin kacau."
"Iya, aku tau."
"Aku tidak tau bahwa Seonho seserius itu pada keputusannya dan Guanlin yang benar benar tersiksa."
"Harusnya tadi aku membiarkan Guanlin memeluk Seonho barang sebentar."
"Kita tidak tau apa yang Tuhan tuliskan pada takdir kita, Jihoon-ah,"
Hembusan napas kasar terdengar di ruangan yang sepi. Jihoon dan kekasihnya Jinyoung sudah mendengar kabar tentang kecelakaan pesawat yang ditumpangi Seonho menuju ke Singapura. Rasanya Jihoon tidak percaya bahwa kejadian naas itu menimpa adik kesayangannya itu. Jihoon sempat menangis saat mengetahui kabar tersebut dan langsung menarik Jinyoung untuk kembali ke bandara.
Jihoon tidak mengerti mengapa takdir mempermainkan kehidupan seseorang. Pagi tadi, Jihoon, Jinyoung dan tentunya Guanlin pergi ke bandara untuk mengantar Seonho. Tapi mengapa Seonho tidak tau? Itu karena permintaan Guanlin yang meminya mereka bertiga untuk diam dan memandangi Seonho dari jauh.
Setelah Jihoon mendengar kabar tentang kecelakaan itu, ia pergi ke bandara untuk mengecek langsung kabar itu, setelahnya Jihoon dan Jinyoung lantas menuju rumah Guanlin. Dari depan pintu, Jihoon dapat mendengar dengan jelas suara Guanlin yang sedang menangis dan berteriak menyebut nama Seonho, bahkan tak jarang mereka mendengar suara kaca yang pecah.
Jihoon terkejut saat masuk dan melihat keadaan Guanlin. Sangat kacau. Jihoon kembali menangis dan menghampiri Guanlin. Memeluknya, mengusap punggungnya lembut dan menenangkan Guanlin. Jihoon sungguh kasihan kepada Guanlin saat ini, karena kesalahannya sendiri hubungannya dan Seonho menjadi serumit ini.
Jinyoung mengambil kotak P3K dan memberikannya pada Jihoon yang sedang membersihkan luka di tangan Guanlin. Sepertinya Guanlin habis meninju sesuatu yang berbahan kaca sehingga tangannya sobek dan mengeluarkan banyak darah.
"Aku tidak tau bahwa akan sesakit ini kehilangan Seonho,hyung." Guanlin menatap keatas dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang kemana mana.
"Aku turut berduka, Lin." ujar Jinyoung sambil memberi tepukan penyemangat pada pundak Guanlin. Guanlin menatap Jinyoung tajam.
"Seonho tidak meninggal, hyung! Seonhoku masih hidup!"
"Guan-"
"Aku berdosa hyung. Aku sangat berdosa telah menyakiti Seonho hingga Tuhan memilih untuk mengambilnya dariku," Guanlin menangis hebat. Tubuhnya gemetar dan airmata terus meluncur dari mata elangnya.
.
.
."ANAKKU MASIH HIDUP!! ANAKKU BELUM MENINGGAL!!"
"Sudahlah istriku, kita berdoa yang terbaik untuk Seonho."
"AKU YAKIN SEONHO BELUM MENINGGAL!! MEREKA SEMUA BOHONG!!"
Dan setelahnya Ny. Yoo jatuh pingsan. Tuan Yoo meminta pertolongan pada petugas bandara untuk menghubungi ambulans dan membawa istrinya ke rumah sakut.
Ny. Yoo dan Tn. Yoo sangat shock mendengar kabar tentang kecelakaan putranya. Mereka segera kembali ke bandara dan bertemu demgan Jihoon serta Jinyoung disana. Keadaan sangat kacau, Ny. Yoo tak berhenti menangis dan berteriak histeris saat ada petugas yang menyampaikan bahwa kecil kemungkinan bahwa semua penumpang dalam pesawat naas itu selamat. Pasalnya, pesawat tersebut jatuh dan meledak setelah menabrak gunung besar di hadapannya.
.
.
."Seonho-ya, kau dimana? Kau merindukanmu, kau tau?"
"Seonho-ya, kau marah padaku karena aku meninggalkanmu? Dan sekarang kau meninggalkanku?"
"Seonho-ya, apa kau mendengarku? APA KAU MENDENGARKU?!!!"
"ARGHHH!!!"
Jihoon dan Jinyoung yang sedang berada di ruang tv Guanlin lantas bergegas menuju kamar Guanlin saat mendengar teriakan teriakan Guanlin tentang Seonho.
Guanlin sangat kacau. Guanlin sangat menyesal. Sungguh, tanpa seorang Yoo Seonho, Guanlin bukanlah apa apa.
"Ya Tuhan! Guanlin!!! Apa yang kau lakukan?!"
"Hiks... Biarkan aku menyusul Seonho, hyung." Guanlin menangis dengan luka sayatan pada pergelangan tangan kirinya.
Jihoon yang melihat Guanlin lemah langsung memeluknya. Jinyoung segera mengambil ponselnya lalu menelepon ambulans.
"Kau bodoh! Seonho bahkan belum ditemukan!" ujar Jihoon masih memeluk Guanlin.
"Seonho belum mati, Guanlin-ah" Jihoon tak kuasa menahan kesedihannya melihat adik kesayangannya seperti ini.
Jinyoung memeluk mereka berdua. Diantara ketiganya, Jinyouglah yang paling tenang. Jinyoung juga sebenarnya hancur. Hancur melihat Jihoon yang kacau dan hancur melihat Guanlin yang notabene juga adalah sahabatnya tak berdaya seperti ini.
Tak lama, ambulans datang dan membawa Guanlin langsung ke rumah sakit. Darah terus mengalir dari tangannya. Entahlah, Guanlin hanya berpikir jika tidak bisa bersatu di dunia, mungkin Tuhan akan mempertemukan mereka di alam kekal.
.
."Pergi jauh jauh, hyung! Kau menggangguku mengerjakan tugas!"
"Tidak akan, sebelum kau menerima pernyataan cintaku, Yoo Seonho."
"Memaksa. Cinta itu tidak bisa dipaksa, Guanlin hyung."
Seonho mengerucutkan bibirnya dan kembali fokus pada tugasnya. Mengabaikan Guanlin yang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Seonho-ya!"
"Apa lagi hyu-"
Cup!
Guanlin mencium Seonho. Lembut. Berharap Seonho merasakan kelembutan serta keseriusan Guanlin agar Seonho dapat membalas perasaan Guanlin.
"Ciuman pertama kita dan hari itu adalah hari jadi kita sebagain sepasang kekasih."
Guanlin menatap langit langit rumah sakut dengan tatapan menerawang. Ia rindu Seonhonya.
Setengah jam yang lalu Guanlin sadar dari pingsannya dan melihat sekeliling. Ternyata dirinya belum mati
"Tuhan benar benar memberiku pelajaran yang setimpal."
"Aku meninggalkan Seonho yang buta secara fisik dan aku mendapatkan balasannya."
"Aku buta secara batin. Tanpa Seonho, aku bukan orang sempurna. Aku bukan Guanlin yang sempurna. Kau adalah kesempurnaanku, Yoo Seonho."
Guanlin kembali menangis di ruangnnya. Jihoon, Jinyoung, Woojin dan Sehun ikut menangis di luar ruangan Guanlin.
Sesaat setelah Guanlin masuk ruang IGD, Jihoon langsung mengabari Sehun dan Woojin.
Mereka tidak tega melihat keadaan Guanlin yang lemah seperti ini.
Guanlin yang benar benar buta dan kehilangan arah karena Seonhonya pergi.
Its okay, thats love.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind // guanho
FanfictionAku tahu jika saatnya tiba, kekuranganku akan meruntuhkan kesetiaanmu cepat atau lambat - Yoo Seonho.