Pergi berlari sepanjang lorong yang sangat sepi. Langkah kakinya terdengar begitu nyaring di sana, namun ia tak takut sama sekali jika mungkin akan ada yang menegurnya akibat berlari atau karena mengganggu aktivitas siswa di dalam kelas. Ia tak masalah jika ia mendapatkan hukumannya, yang ia takutkan saat ini adalah apa yang terjadi pada seseorang yang lebih dahulu pergi entah kemana. Ia begitu khawatir karena ia tahu apa yang terjadi pada orang itu.
Sempat menghentikan geraknya, bahkan terengah karena terus berlari sedari tadi menelusuri koridor. Memasuki setiap ruang kosong atau apapun yang dapat ia pastikan ada orang itu di sana. Ia begitu takut jika Sehun akan tak sadarkan diri di suatu tempat karena ia tahu bagaimana keadaan Sehun hari ini. Wajah Sehun lah yang mengatakan semuanya padanya.
Perasaannya berkata jika akan terjadi sesuatu pada orang itu dan mungkin juga orang itu akan menyakitinya lagi. Tapi ia tak peduli dengan semua itu, entah kenapa saat ini pikirannya dipenuhi dengan kekhawatirannya yang bertuju pada satu orang saja. Begitu menyesakkan memang. Hatinya begitu mudah untuk jatuh pada seseorang yang sedang kesakitan.
Ia terus berlari dan kakinya terhenti di depan toilet, tempat ia disebut tikus yang bersembunyi.
Menatap kejut pada seseorang yang telah bersandar lemah di dinding toilet. Hampir merosot jika Luhan tak bergegas untuk menopang tubuhnya. Menatap sekilas dan kini Sehun pun menatap benci ke arah Luhan dan menghempaskan tangan Luhan, mencoba melepaskan diri dari jeratan sikap mengasihani yang diberikan oleh Luhan.
"Pergi kau!" Mencoba berteriak, namun yang dapat keluar hanyalah suara lemah yang begitu membuat Luhan semakin khawatir dibuatnya. Kembali mencoba mendekat dan meraih tubuh Sehun untuk dapat ia topang, namun lagi-lagi Sehun menghempaskan dan tak menerima pertolongan dari Luhan.
Luhan hanya menggeleng dan membawa tangan kanannya bergerak. Telapak tangannya yang ke depan dan bergerak maju. Selanjutnya ia gerakkan jari telunjuk, tengah, dan manis untuk ia gulung, membiarkan ibu jari dan kelingkingnya masih lurus ke arah depan. Dan lagi, ia meletakkan punggung tangannya di dahinya.
Kau masih sakit
Namun Sehun hanya mengabaikannya, kepalanya begitu pusing dan kini ditambah dengan gerakan tangan yang Luhan lakukan membuatnya semakin pening dibuatnya. Sehun mengabaikkan Luhan dan memilih pergi dari hadapan Luhan, namun Luhan kembali meraih lengan Sehun, kali ini Sehun hanya meliriknya tajam dan dibalas dengan gelengan dari Luhan.
"Apa kau tak mengerti dengan apa yang ku katakan?! Ku bilang per-" melihat Luhan menuliskan sesuatu di kertas dan langsung menunjukkan kepadanya tepat di depan wajahnya. Membacanya hingga membuat dirinya menghentikan perkataannya.
"Ka-u...ha-us...pe-"
"Kau harus per-" mencoba menjelaskannya pada Sehun namun yang didapatkan Luhan hanya sebuah tamparan yang walau tak sekuat kemarin, namun mampu membuat pipi hingga rahangnya berdenyut."Cukup!" Pergi begitu saja dengan wajah yang semakin pucat. Pergi dengan langkah tertatih akibat kesadaran yang semakin terkikis. Pening sudah memuncak hingga...
BRUGH
"SE-UN!"
"SEHUN!" Luhan berteriak. Langsung menghampiri Sehun yang ambruk begitu saja di lantai. Berpikir untuk membawa Sehun ke ruang kesehatan, namun tubuhnya benar lebih kecil dari Sehun, hingga membuat dirinya harus memutar otaknya untuk membawa Sehun. Di samping itu, ia melupakan ponselnya, jika ada ponselnya ia pasti bisa menghubungi Kyungsoo..
.
.
.
.
Memikirkan kenapa Luhan begitu lamanya pergi meninggalkan kelas hingga kini sudah terlewat jam makan siang dan memasuki jam pelajaran ke tiga, Luhan masih belum muncul. Ditambah ia tahu jika Luhan melupakan ponselnya. Begitu ceroboh, pikir Kyungsoo.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNE BELLE VOIX [HunHan] | ✔
Fanfiction#1 on Disability #20 on SeLu #601 on School Life Sebuah suara yang tidak dapat kau dengar, suara yang kadang membuatmu terusik begitu juga yang dirasakan oleh Sehun. Satu kelas dengan orang tuna rungu entah mengapa membuatnya begitu kesal dan ingin...