SURPRENANT

1.8K 212 81
                                    

Duduk termenung di sebuah kursi ruang tunggu di depan ruang operasi. Berharap pria yang ada di dalam sana dapat baik-baik saja. Ia bahkan hanya bisa berdoa dan berdoa, memohon kepada-Nya agar operasi dilancarkan.

Keadaan Sehun memang parah. Saat di ruang UGD banyak alat yang didatangkan untuk memeriksanya. Luhan tak tahu pasti alat apa saja itu, tapi yang dapat Luhan tangkap, alat itu dapat melihat ke bagian dalam tubuh Sehun hingga sang dokter mengatakan jika ada pendarahan yang cukup serius di bagian jantung akibat benturan dan luka serius di bagian kepala hingga mengakibatkan cedera di bagian otak. Dokter sudah memberikan sedikit antisipasi pada Luhan agar Luhan tak terkejut saat melihat Sehun sadar. Bahwa Sehun akan mengalami gegar otak ringan dengan kemungkinan ia akan lama sadar atau hilang ingatan beberapa hari, tak terlalu lama memang, namun Luhan tak ingin itu terjadi.

Luhan hanya bisa mengangguk saat ia ditanya untuk meminta persetujuan wali, hanya anggukan saja yang dapat Luhan berikan sebagai jawaban agar operasi segera dijalankan. Ia tak ingin menunda lebih lama lagi. Ia tak ingin Sehun pergi meninggalkannya.

Ketika operasi sudah berjalan selama 40 menit, ia terus saja berdoa dan menautkan kedua tangannya. Mencengkeram satu sama lain hingga buku-buku jarinya memutih. Darah yang masih berbekas di tangannya ia abaikan dan tak ada niat sedikitpun untuk membersihkannya. Ia begitu fokus untuk menunggu operasi selesai dan menunggu dokter mengatakan bahwa Sehun-nya baik-baik saja dan sudah melewati masa operasi dengan baik.

Saat tanda lampu ruang operasi yang tadi berwarna merah tak menyala lagi, Luhan langsung saja berdiri dan menanti dokter yang melakukan operasi pada Sehun. Bingung tentu saja bagaimana caranya ia bertanya pada sang dokter yang mungkin tak mengerti dengan apa yang ia katakan nanti. Namun kakinya tetap melangkah dan bersyukur sang dokter langsung mengatakan hal yang ingin Luhan tanyakan sebelum ia bersuara.

"Syukurlah operasi berjalan lancar, sudah tidak ada pendarahan yang terjadi, namun perlu anda ingat yang saya katakan tadi, mungkin Tuan Sehun akan mengalami gegar otak ringan" saat kata itu diingatkan kembali, Luhan hanya bisa murung dan membuat sang dokter menepuk pundaknya pelan, berusaha menguatkan Luhan agar tak lekas menyerah.

"Dia pasti bisa melewatinya, tetaplah berada di sisinya. Oh ya, pasien akan segera dipindahkan ke ruang inap. Kalau begitu saya permisi"

Di dalam hatinya, ia terus merapalkan terima kasih dan bersyukur karena Sehun telah selamat. Setelah dokter pergi, ia segera menuju ruang inap, namun sebelum itu, ia kembali harus berpikir, apa yang harus ia katakan pada ibu Sehun. Ah tidak, apakah ia harus mengatakan semua yang terjadi?

Setelah lama berpikir, Luhan pun sudah memutuskan untuk memberi tahu sang ibu kali ini. Ia tak ingin ibu Sehun khawatir tentang mereka. Langsung saja ia putar langkahnya dan berjalan keluar rumah sakit.

'Maafkan aku Sehun, aku tak mungkin menyembunyikannya kali ini' berucap di dalam hatinya dan langkahnya semakin ia percepat agar segera sampai di rumah.

Saat ia mempercepat langkahnya, tanpa sengaja ia menambrak seorang pejalan kaki yang membawa banyak barang belanja bahan-bahan untuk memasak. Segera saja ia berjongkok dan menolong orang tersebut. Mengambil bahan-bahan yang masih dapat diselamatkan dan menyodorkannya ke orang tersebut yang ia tak tahu siapa karena orang tersebut sedang membelakanginya untuk mencari bahan-bahan yang dibelinya tadi.

"Ma...maapan au"
"Maafkan aku"
Berusaha meminta maaf pada orang tersebut yang kini terlihat menghentikan geraknya kala mendengar suara Luhan.

'Apakah ia marah?' Luhan sudah was-was dengan orang tersebut dan memundurkan sedikit langkahnya.

"Lu...Luhan?" Orang tersebut langsung memutar tubuhnya dan menghadap ke arah Luhan yang terkejut melihat siapa orang yang ada di hadapannya ini.

UNE BELLE VOIX [HunHan] | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang