Untuk mendapatkan sesuatu, pasti ada rintangan yang harus dilalui.
Entah itu rintangan yang berasal dari luar dirimu atau bahkan rintangan yang berasal dari dalam dirimu sendiri yang bahkan mungkin lebih sulit untuk menanganinya.
Entah itu rintangan yang cukup ringan atau mungkin rintangan yang teramat berat sekalipun.
Begitu sulit untuk dapat mendapatkan apa yang kau inginkan, bahkan ketika pikiran telah berpikir akan mendapatkannya sedikit lagi.
.
.
.
.
.
Hujan begitu deras turun pagi ini, namun entah apa yang membuat Shixun melupakan segalanya. Tak membawa payung ataupun kendaraan. Pergi ke sekolah tanpa membawa apapun, hanya dirinya saja.
Sekujur tubuhnya basah akibat guyuran hujan, namun Shixun tidak mempermasalahkan hal itu, ia lebih memilih langsung masuk ke kelas dan mengabaikan setiap tatapan dari orang di sekitarnya. Bahkan mengabaikan kedua temannya yang begitu khawatir. Entah khawatir yang sebenarnya atau khawatir yang dibuat-buat, Shixun tak peduli. Shixun tahu jika ada yang aneh dengan kedua temannya, namun ia memilih untuk tidak memusingkan hal itu. Ia hanya berdiam menatap ke luar jendela, ingatan pun melintas di pikirannya dan ia sedikit menarik kedua sudut bibirnya, mengingat masa di mana orang yang kini selalu bersamanya pada saat dahulu selalu ia sakiti.
"Sudah lama kau tidak pergi ke sekolah. Bagaimana kabarmu di rumah? Bahkan hanya beberapa jam saja aku meninggalkanmu, aku begitu merindukanmu" berucap sendiri tanpa ada yang menimpali. Namun begitu ingatan yang lain muncul, senyum itu hilang digantikan dengan ekspresi datarnya. Ekspresi yang begitu dingin di hari yang dilanda hujan ini. Ingatan ketika Luhan yang berbohong padanya, berbohong bahwa Luhanlah yang menolongnya.
Di pikirannya masih percaya bahwa Luhan yang berbohong kepadanya dan niat untuk mencari kebenarannya pun hilang sudah.
"Tidakkan kau berniat mengganti seragammu?" Suara berat Chanyeol menyadarkannya kembali. Ia hanya melirik sekilas Chanyeol yang duduk di sebelahnya. Membiarkan suara berat itu terus memenuhi pendengarannya dan yang ia lakukan hanya mengabaikan, hingga satu pertanyaan dari Chanyeol yang membuat ia tertegun dan menatap Chanyeol sekilas.
"Kau tahu di mana Luhan berada?" Satu pertanyaan itu diarahkan untuknya. Shixun tidak ingin menjawab, namun entah mengapa ia begitu sulit untuk mengendalikan dirinya. Ia memalingkan tatapannya. Berusaha menghindari pertanyaan itu.
"Hei, ada apa denganmu?" Merasa khawatir dengan perubahan ekspresi temannya, bertanya namun tak ada jawaban.
Shixun masih diam, tidak berniat menjawab hingga Chanyeol berusaha mendekat, berusaha mengetahui kondisi temannya saat ini. Namun Shixun bergerak menjauh. Ia berdiri dan pergi begitu saja meninggalkan Chanyeol yang menatap heran atas kepergiannya.
"Ada apa dengannya?" Bertanya entah pada siapa namun ia mendapatkan jawaban dari Kai yang ada di depannya.
"Keingintahuanmu terlalu besar"
"Itu bukan urusanmu, urus urusanmu sendiri"
.
.
.
.
.
Ia merasakan ada keanehan dalam dirinya. Bukan tentang Sehun, tapi ia merasakan suhu tubuhnya menghangat bahkan kini pandangannya sudah memburam. Ia baru mengingat jika ia tidak makan apapun sedari kemarin malam ditambah pagi ini ia diguyur hujan dan berpura-pura kuat menerobos hujan itu. Di saat seperti itu, Shixun benar-benar terlihat bodoh, namun sisi angkuhnya masi tetap menguasai.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNE BELLE VOIX [HunHan] | ✔
Fanfiction#1 on Disability #20 on SeLu #601 on School Life Sebuah suara yang tidak dapat kau dengar, suara yang kadang membuatmu terusik begitu juga yang dirasakan oleh Sehun. Satu kelas dengan orang tuna rungu entah mengapa membuatnya begitu kesal dan ingin...