Putar Multimedianya ya
Selamat membaca
.
.
.
.
.
Sehun menyeret Luhan dengan kasar hingga membuat Luhan merintih. Begitu perih dan sakit. Perih akibat goresan luka yang diberikan oleh Sehun dan kini ditambah Sehun yang mencengkeram kuat lengan Luhan. Bahkan Luhan kini tak memakai kursi rodanya dan benar-benar menyakitkan ditarik seperti itu. Kaki yang belum siap menumpu dan tangan yang dibalut luka dan dihiasi darah segar membuat Luhan ingin berteriak saja rasanya.
"Apa hakmu berbicara dengan ibuku?" Benar-benar dingin dan tak ada rasa belas kasih di sana.
Luhan sangat ingin menjawab, namun jika ia menjawab, ia akan berakhir sama seperti saat ini, atau bahkan lebih. Luhan memilih diam dan hanya mengeluarkan rintihannya. Ia hanya menjawab di dalam benaknya dan bertanya pula di dalam benaknya.
'Apa yang sebenarnya terjadi padamu?'
Sehun membawa Luhan menjauh dari rumah dan membawanya ke suatu tempat, membawa Luhan ke sebuah gedung tak berpenghuni yang amat jauh dari rumah. Bahkan saat dalam perjalanan, Sehun tak henti-hentinya mencengkeram dan menyakiti tangan Luhan, darah pun mengotori celananya. Wajahnya pun sudah pucat pasi karena banyak darah yang telah mengalir.
"Turun" begitu kelam dan menakutkan. Luhan mencoba mematuhi perintah dari Sehun, namun apa daya, kaki yang sedari tadi dipaksa berjalan pun kini tak dapat ia gerakkan. Menggerakkan kakinya walau sakit menggerogoti tubuhnya. Begitu kakinya menyentuh tanah, di saat itulah ia terjatuh, menimpa kerikil-kerikil nan tajam hingga kakinya pun lecet dan sedikit timbul bercak darah.
"Berdiri" mengatakan perintah hanya dengan satu kata namun begitu berat, kelam, dan dingin. Namun Luhan hanya bisa menggeleng lemah, dirinya sudah tak kuat lagi melakukan semua ini. Namun di saat bersamaan terlintas sesuatu di pikiran Luhan.
'Apa kau terluka? Di mana dirimu yang sebenarnya?'
Ingin Luhan lebih lama berpikir, namun di saat yang bersamaan pula Sehun kembali menyeretnya. Masih bersimpuh dan Luhan di tarik begitu saja. Sakit semakin menjadi dan kaki semakin terluka. Tidak, bukan hanya kaki dan tangannya, tapi hatinya dan jiwanya pun ikut terluka.
"Apa kau tahu akibatnya jika kau terlalu akrab denganku atau dengan eomma-ku?" Memukul rahang Luhan hingga Luhan tersungkur di krikil tajam itu.
Sekali lagi, Luhan hanya diam, suara apapun tak keluar dari mulutnya. Yang ia lakukan hanya menahan semua rasa sakit ini dan berharap agar segera usai.
Begitu Luhan sedikit mengabaikan pukulan dan tendangan Sehun, pikiran lain pun kembali melintas di benaknya.
'Sehun, siapa dirimu?'
"Kau seharusnya tahu siapa dirimu! Kau hanya orang tuli dan bisu yang menumpang di rumahku" memukul area perut Luhan dan kali ini Luhan tak bisa menahan suaranya lagi. Suara kesakitan yang begitu kentara, wajah yang sudah pucat pasi namun dihiasi dengan darah serta lebam di mana-mana.
'Sakit...ini sakit....'
"Aku tak akan membiarkan hidupmu tenang jika kau mengganggu keluargaku"
Tendangan Sehun berikan di perut Luhan dan pandangan Luhan pun sedikit demi sedikit mengabur, suara Sehun pun hilang dalam pendengarannya.
Luhan tumbang dengan banyak luka yang dihiasi darah segar, namun Sehun masih tetap saja melakukan penyiksaannya. Ia jambak rambut Luhan agar Luhan mendongak dan berniat agar Luhan menatapnya, namun ketika Sehun mengetahui bahwa Luhan tak sadarkan diri, ekspresi yang Sehun keluarkan adalah terkejut, namun hanya beberapa detik dan selanjutnya ia menyeringai puas dengan hasil karyanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNE BELLE VOIX [HunHan] | ✔
Fanfiction#1 on Disability #20 on SeLu #601 on School Life Sebuah suara yang tidak dapat kau dengar, suara yang kadang membuatmu terusik begitu juga yang dirasakan oleh Sehun. Satu kelas dengan orang tuna rungu entah mengapa membuatnya begitu kesal dan ingin...