.
.
.
.
.
"Apa aku harus ikut andil dalam pembicaraan ini?" Kai sedikit menggerutu kala ia harus duduk di tengah-tengah dua orang yang ia kenal. Dua orang yang masih saling melempar tatapan tajamnya.
Tak ada jawaban yang ia terima hingga ia pun mendesah pasrah dan ingin beranjak dari tempat itu. Sedikit menggeser kursinya, namun detik berikutnya hanya perintah yang ia dapatkan dari dua orang itu.
"Diam di sini!" Kai pun kembali mendesah lelah dan terpaksa mendudukkan dirinya lagi di kursi itu sambil menyandarkan punggungnya yang entah mengapa terasa begitu berat.
"Jika ingin bertatapan saja, lebih baik kalian jangan libatkan aku! Ck!"
Hah~
Kali ini bukan Kai, namun Sehun yang mendesah, ia terlihat mengambil ancang-ancang untuk berbicara.
"Aku di sini hanya ingin mengatakan sesuatu padamu. Berhentilah mengganggu hidup keluargaku dan juga Luhan" sorot matanya menajam dan alisnya menukik sempurna. Benar-benar terlihat seperti orang yang memerintah seseorang. Dingin dan tegas.
"Aku tahu kau akan mengatakan hal itu. Tapi bagaimana ini? Aku tertarik pada Luhan" Junmyeon menyeringai ke arah Sehun yang sudah berusaha menahan amarahnya. Mengepalkan tangannya di pahanya. Kai yang melihat itu hanya mampu bungkam dan tak ingin mengganggu emosi Sehun.
"Berani kau menyentuh Luhan seujung rambut pun, maka kepalamu akan ku lepaskan dari tempatnya" aura gelap yang amat kental. Bahkan Kai yang ada di antara mereka merasakan tengkuknya bergidik karena ayahnya dan sahabatnya. Benar-benar mencekam. Bahkan ia memilih bertemu hantu daripada harus berada di antara mereka berdua yang seperti singa, siap menerkam.
"Besar juga mulutmu, wahai anak muda. Kau tahu, aku pernah bersama Luhan. Mengapa kau tak patahkan saja leherku saat itu hmm?" Senyum meremehkan ia tampakkan kini. Emosi Sehun sudah di ubun-ubun namun ia berusaha untuk menahannya.
'Dasar tua bangka sialan!'
'Bukankah dia menyuruhmu mematahkan lehernya? Patahkan saja sekarang, tak masalah bukan?' Kata-kata Shixun sepertinya membuat pikiran Sehun semakin buruk. Pernyataannya benar-benar tak membantu untuk sekarang.
'Shut up'
'Baiklah~ baiklah~'
"Apa yang kau pikirkan, Sehun? Apa kau takut melakukannya?" Dengan wajah menyombongkan dirinya, ia tatap Sehun yang hanya memicingkan mata ke arahnya. Puas dengan apa yang ia inginkan, ia pun meminum kopi yang sedari tadi belum dapat ia sentuh. Mengintip bagaimana kesalnya Sehun dari sela cangkirnya sambil sedikit mengeluarkan seringaiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNE BELLE VOIX [HunHan] | ✔
Fanfic#1 on Disability #20 on SeLu #601 on School Life Sebuah suara yang tidak dapat kau dengar, suara yang kadang membuatmu terusik begitu juga yang dirasakan oleh Sehun. Satu kelas dengan orang tuna rungu entah mengapa membuatnya begitu kesal dan ingin...