REVOIR

2.4K 293 142
                                    

Play Photograph by Ed Sheeran

.

.

.

.

.

.

.

Sudah berkali-kali mencoba, bahkan sudah banyak jenis pendekatan yang ia lakukan namun tetap saja, Luhan seolah mati rasa pada Sehun. Namun entah Sehun yang tidak ingin menyerah atau mungkin Sehun masih merasa bersalah, tapi satu yang pasti, Sehun yang kini sedang memikirkan bagaimana cara untuk dapat mengembalikan Luhan seperti sedia kala. Tapi ada kalanya Sehun seperti kehilangan arah, ia begitu tak yakin untuk memilih jalan yang mana, ia takut untuk memilih dan ia takut jika jalan yang ia pilih salah dan semakin menyakiti Luhan. Sehun tahu jika tak ada yang peduli dengan ketiadaan Luhan di kelas ini kecuali Baekhyun dan Kyungsoo. Tapi, Sehun begitu pengecut dan begitu malu untuk menjelaskannya pada kedua orang yang dekat dengan Luhan.

Ia bahkan keluar dari kelasnya dan setiap langkahnya tak pernah lancar. Bahunya selalu bertabrakan dengan bahu orang lain yang berbeda arah dengannya. Hingga entah pandangannya ia bawa ke mana, alhasil pingganggnya tak sengaja tergores oleh besi yang tajam yang ada di dekat tembok lorong. Begitu ceroboh namun ia abaikan, sakit yang ia rasakan tak ia hiraukan, yang ia pikirkan hanya sakit yang Luhan rasakan karena dirinya yang selalu menyakiti Luhan. Yang ia pikirkan luk yang ia dapatkan tidak seberapa dibandingkan dengan luka yang ia torehkan pada Luhan.

Tak ia sadari, kakinya telah membawa dirinya ke atap sekolah. Dapat ia rasakan rintik ringan hujan membasahi tempat berpijaknya.

'Ah ini tak seberapa...' pikirnya. Ia pun masih di sana hingga air yang tadinya hanya rintik ringan sekarang sudah membasahi tubuhnya karena butiran air bertambah volumenya. Ia masih tetap di sana. Menangis adalah pilihannya. Tak akan ada yang melihatnya di sini dalam keadaan seperti ini. Rasa sakit di dadanya bercampur dengan rasa sakit akibat goresan yang melukai pinggangnya hingga membuat kemeja putihnya berubah warna menjadi merah di bagian pinggang hingga perut. Namun sakit di dadanya lebih mendominasi. Begitu sakit hingga ia mencengkeram dadanya sendiri dan membisikkan satu kata, satu nama dalam isaknya.

Luhan

Baru menyadari jika dirinya begitu bodoh karena sudah mengecewakan seorang Luhan. Baru sadar dengan hatinya yang ternyata sudah jatuh pada seorang Luhan. Namun saat ia menyadarinya, saat itu pula kesadaranya terenggut oleh rasa sakit yang ia alami. Wajah pucat dan mata yang semakin tidak fokus. Ia pun tergeletak di sana dengan dibasahi hujan yang masih belum ingin mereda. Tergeletak dengan satu kata terakhir yang ia ucapkan.

"Tidak..." Sehun pun tak sadarkan diri dalam derasnya hujan di atap sekolah.

Ya tidak ada yang peduli kini keberadaan Sehun, bahkan dirinya sendiri mungkin tidak peduli jika dirinya akan sadar dengan sendirinya dan masih di tempat yang sama atau sudah berpindah tempat karena ditolong oleh seseorang.

.

.

.

.

.

Tiba ia di rumah dan entah mengapa ia begitu tergesa menemui Luhan yang ada di kamarnya. Ia tahu jika sebelumnya Luhan memang masih terbaring di tempat tidurnya dan tertidur lelap, namun kini ia melihat Luhan kembali menatap jendela kamarnya.

Berucap dengan nada yang berbeda dan kini ia berdiri di depan Luhan yang menatap kosong ke arah jendela. Sehun tahu jika Luhan secara tak sadar bergerak begitu saja dan menatap keluar jendela. Sehun yang kini pun tahu jika Luhan tak sepenuhnya hilang kesadaran terhadap dirinya. Sehun tahu jika Luhan masih bisa merasakan dirinya.

UNE BELLE VOIX [HunHan] | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang