"Permisi, Pak"
Aku mengetuk ruangan yang hampir tidak semua karyawan diperbolehkan masuk. Ruangan bos besar. Ya, Pak Kyung.
"Masuk."
Menurutku Pak Kyung terlalu menutup diri. Bahkan bertatap muka dengan karyawan saja ia enggan. Ia sering dijuluki boss kelelawar. Ntah itu artinya apa. Tapi yang aku dengar, ia adalah seorang yang bekerja saat tengah malam.
"Saya membutuhkan tanda tangan Anda untuk proyek ini, Pak."
Lihat. Matanya tetap pada berkas-berkas yang ada di mejanya. Tangan kirinya masih bersentuh manis pada keyboard laptopnya, sedangkan tangan kanannya memegang pena dan diangkat. Tatapannya masih fokus pada berkasnya.
"Maaf, pak." Ucapku. Jujur, aku tidak mengerti apa yang dilakukannya ini.
"Arahkan berkasnya tepat pada ujung penaku."
Dasar pemalas.
Tanda tangan di selembar kertas tidak membutuhkan waktu 5 menit.
Maniak kerja.
Aku mengarahkan berkas itu pada ujung pena sialannya. Tapi karena tubuhnya yang kadang bergerak, akhirnya aku meraih tangan Pak Kyung untuk ku tuntun menandatangani berkas ini.
"Maaf, saya lancang Pak. Tapi kalo tidak begitu yang ada tanda tangannya tidak tepat." Kataku.
Dia berhenti fokus dan menoleh ke arah ku. Ia melihat ku sinis. Hampir satu menit ia menatapku dengan tatapan tak sukanya.
"Ah, baiklah. Saya akan keluar dari ruangan bapak."
Aku melangkahkan kaki jenjangku keluar dari tempat suram ini. Menuju meja kerjaku, yang ada didepan ruangannya. Sialnya saat aku diterima kerja menjadi sekretarisnya, dalam kurun waktu sebulan hanya 4 kali aku bertatap muka dengannya.
Jika bukan projek penting, ia akan memalsukan tanda tangannya.
Saat ini sudah jam 9 malam aku belum pulang. Badanku udah remuk, kaki pegal-pegal, dan belum lagi aku yang belum makan malam.
Sayangnya peraturan yang dibuat untukku adalah belum boleh pulang jika boss besar belum pulang, terkecuali jika Ia sudah menyuruhku untuk pulang.
Ternyata benar saja, Ia memang seorang yang maniak kerja. Buktinya sudah jam 11 malam, tapi aku belum diperbolehkan untuk pulang.
Suasana kantor sudah sangat sepi. Semua karyawan sudah pulang tepat pada jam kerja mereka selesai.
Aku memberanikan diri untuk masuk keruangannya lagi. Persetan dengan peraturan, aku akan meminta pulang duluan.
"Maaf, Pak. Apa saya boleh pulang? Ini sudah jam 9 pak. Saya belum makan juga. Saya lapar pak."
Ia menatapku, tatapannya selalu sama. Dari tiap kali aku menatapnya tak ada yang berbeda. Dasar kaku umpatku dalam hati.
"Sebentar lagi. Saya sudah mau selesai."
"Ehm, baiklah pak. Saya akan menunggu diluar."
Akhirnya, dengan berat hati aku menunggu diluar dengan rasa lapar.
Satu jam kemuadian Ia keluar dengan wajah kusut dan berantakan.
"Yer, saya pulang duluan." Katanya melewati mejaku tanpa melihat karyawannya ini.
Aku segera menunduk memberi hormat.
"Ya, Pak. Hati-hati dijalan."
Untuk gadis seusiaku, cukup mengerikan jika harus pulang. Lagipula jam 12 malam, tak ada bus yang lewat. Memang resiko pekerjaan, tapi ini sudah kelewatan batas.
Untung saja, perusahaan bebas meminjamkan mobil pada karyawan yang pulang telat.
"Pak, saya bawa mobil kantor pulang. Tapi mungkin besok saya kembalikannya agak telat. Saya udah capek pak. Kalo mau bangun pagi." Kataku pada Pak Jung. Kepala keamanan perusahaan ini.
"Iya, Neng. Tapi inget harus dikembalikan ya." Katanya.
Aku tersenyum. Ia memang seorang yang ramah.
"Makasih ya, Pak." Kataku lagi, lalu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling In Love with You
Vampire#62 [2552017] "Pak, kalo di hitung-hitung selama lima bulan saya kerja sama bapak cuma dua puluh kali kita bertatap muka" -Yeri "Kamu mau tiap hari ketemu saya? Yaudah jadi istri saya aja." -Kyungsoo "Ehhh bukan gitu pak maksudnya." -Yeri [PRIVAT]