2. Pertunangan

15.6K 406 2
                                    


***

Abel kini sedang duduk berdampingan dengan kekasih yang sangat dia sayangi. Joni. Mereka masih terdiam dan masih sama-sama terluka karena fakta yang harus diterima bahwa Abel akan menikahi laki-laki yang tidak dicintainya.

"Gimana kalo kita nikah lari?" Joni memberikan saran dengan tatapan penuh harap. Dia sama sekali tidak rela kalau Abel harus menikah dengan pria yang bernama Bagas terlebih, Abel tidak mencintai Bagas.

"Kayaknya kita ga bisa ngelakuin hal aneh-aneh deh. Aku paling gasuka nikah lari, kalo mau nikahin aku, kamu langsung bawa aja keluarga kamu kerumah dan lamar aku, yang."

"Kamu taukan aku udah ga dianggap sebagai anak mama dan papa karena pakai tato dan tindikan? Apalagi kalo mereka mau ngurusin nikahan aku? tentu aja gabisa"

Abel kembali menghembuskan nafasnya berat. Dia ingin segera menikah dengan Joni, namun dia tidak mau nikah lari. Akan menyakiti Mama dan Papanya.

"Berarti kita cuma sampai di sini, Jon?"

Joni menggenggam tangan Abel dan membelainya. "Whatever you do, just remember, I Wills always Love you, Abelia."

***

Abel berdiri berhadapan dengan Bagas yang berusaha tersenyum walaupun Abel tahu, Bagas juga tidak bersedia untuk menikah dengannya. Semua hanya demi agar kedua orangtua mereka bahagia.

"Silakan, mas Bagas, dipasang cincinnya ke jari mbak Abel"

Ketika Bagas menggenggam tangan Abel untuk pertama kalinya –ya, mereka tidak pernah bersentuhan secara sengaja- tangan Abel langsung gemetar. Air matanya kembali menetes dan kali ini tidak sanggup dia tahan.

"Wah, Mbak Abel terharu ya, sampai menangis begitu. Mas Bagas, dihapus dong air mata tunangannya..."

Bagas dengan sungkan menjentikkan jarinya lembut untuk menghapus air mata bening yang keluar dari mata Abel. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Bagas merasa kasihan terhadap gadis itu. Abel tidak lebih dari seorang gadis yang dijodohkan oleh orang tuanya, dan apabila dia tidak menurut akan mendapat hukuman.

Setelah prosesi tukar cincin selesai, kedua pihak keluarga menyantap hidangan yang telah disediakan oleh pihak keluarga Abel. Pujian-pujian terhadap lezatnya makanan khas Jawa Tengah yang merupakan asal dari keluarga Bagas, dan Jawa Barat yang merupakan asal dari keluarga Abel terdengar hampir dari setiap bibir tamu.

Walaupun makanan yang ada di hadapannya sangat lezat, Abel tidak memiliki hasrat untuk makan sama sekali. Bagas-pun terlihat menikmati santapannya dan tertawa bahagia saat para tamu memberinya selamat.

Abel duduk sejauh mungkin dari Bagas, karena apabila dia berdiri lebih lama di samping Bagas, dia mungkin akan menangis (lagi).

"Lho, Abel, kenapa nggak deketan sama calon suami, makannya?" Tanya seorang tante dari pihak keluarga Bagas. Mengetahui itu adalah keluarga dari pihak calon mempelai suaminya, Abel dengan sangat terpaksa tersenyum dan tidak tahu harus menjawab apa.

"Eh.. anu.. Mas Bagas.."

Kebingungan untuk mencari jawaban, saat Abel mencari Bagas diposisinya yang terakhir, justru calon suaminya itu tidak terlihat.

Hadeh ke mana lagi sih dia?

Abel masih mencoba tersenyum kecut dan mencari-cari sosok Bagas. Ketika dia merasa ada sosok tangan yang memeluk pinggangnya lembut dan nyaris saja Abel berteriak kalau saja dia tidak segera menoleh.

Bagas berdiri di sampingnya dengan tangan membelai lembut punggung Abel sambil tersenyum menatap sanak keluarga yang menghampiri calon istrinya itu.

"Lho, Budhe, kok malah di sini, nggak mau dahar(makan) dulu?"

"Sudah kok tadi, Gas. Ini lho, Budhe tanya ke calonmu kok duduknya nggak barengan sama kamu? Padahal kan kalian baru saja tunangan."

Bagas hanya tersenyum dan menatap Abel dengan pandangan penuh harap, seakan mengatakan "Plis, ikutin skenario gue."

Entah bagaimana awalnya sehingga Abel justru membalas tatapan Bagas sambil tersenyum dan berpaling kearah Budhenya. "Oh iya, Budhe.. Tadi Abel memang pisah sebentar sama Mas Bagas, mau makan sambil duduk saja, soalnya Ian makan sambil berdiri keliatan nggak etis..."

Budhenya mengangguk mengerti "Oalahh.. yaudah, kalo begitu, kalian selamat menikmati masa-masa mumpung belum nikah ya. Gas, dijaga lho cewek secantik dan sesopan ini, jangan di dia-sia kan. Alhamdulillah Budhe bersyukur kamu dapetnya Abel, bukan Angel yang anak ndak jelas itu."

Abel tertegun. Jadi Bagas juga mempunyai pacar? Kok Orang tuanya nggak cerita? Atau jangan-jangan memang Angel tidak disetujui keluarga besarnya?

"Siap, Budhe. Pasti Bagas akan jaga."

Setelah Budhenya beranjak pergi, buru-buru Abel melepaskan rangkulan hangat dari Bagas dengan kasar dan menatap Bagas penuh benci. Benar-benar berbeda saat sepasang mata itu menatapnya ketika ada dihadapan Budhe.

"Lo gausah pegang-pegang gue!" Bisik Abel namun Bagas bisa merasakan kebencian yang mengalir seiring terlontarnya ungkapan itu.

Bagas yang tadinya terdiam, langsung menarik tangan Abel ketika gadis itu beranjak pergi meninggalkannya. Abel dapat merasakan genggaman erat yang melingkar ditangannya. Tekanan yang kuat bahkan terasa sakit. Namun, apabila orang lain menyakisikan pemandangan itu, mereka justru mengira Bagas menggandeng Abel dengan penuh cinta.

"Sayang, ikut aku yuk, sebentar" Bagas tersenyum dan hal tersebut membuat Abel memeriksa keadaan sekitarnya. Benar saja, Bagas berusaha terlihat romantis dihadapan para tamu agar tingkah lakunya tidak mencurigakan. Karena, apabila mereka terlihat tidak akur sebentar saja, maka banyak yang akan curiga tentang pertunangan ini. Abel yang mengerti posisinya akhirnya tersenyum dan mengangguk kemudian mengikuti langkah Bagas.

***

Mereka berdua berjalan kearah taman yang ada di pojok belakang rumah Abel dan hanya berisi keponakan-keponakan mereka berdua yang sudah terlihat akrab.

"Oke, silahkan." Ucap Bagas yang kemudian terdiam membuat Abel mengerutkan keningnya.

"Apaansih? Lo yang nyuruh gue ikut, kenapa malah jadi gue yang dipersilakan?" Tanya Abel kesal. Apasih maunya Bagas ini? Kenapa Bagas mengajaknya ke sini?

"Lo mau marah karena gue bersedia dinikahin sama lo, 'kan? Atau lo mau marah karena gue sentuh badan lo tiba-tiba dihadapan Budhe tadi? Atau lo mau marah karena dulu gue rusakin prakarya lo waktu masih SD?"

Abel hanya tertawa miris dan geleng-geleng kepala. "Lo tau lo ngga pernah cinta sama gue, tapi dengan begonya lo setuju buat dinikahin sama gue? Lo mikir ga sih? Buat apa menikah sama orang yang ga bisa lo cintain?"

"Belum."

"Belum mikir? Nah mending lu pikirin sekarang sebelum kita-"

"Belum cinta." Jawab Bagas dengan menatap Abel serius. Abel mengerutkan keningnya lebih kusut lagi dan bingung.

"Gue akan menikah sama lo, itu berarti gue akan menikah dengan semua kekurangan lo. Gue gama bilang 'gak cinta' karena pada akhirnya gue harus bisa mencintai lo. Lo yang akan gue liat setiap harinya, dan lo juga yang akan gue ceritain semua cerita gue. Jadi gue gama dibilang kalo gue 'gak cinta' sama lo. Kata yang tepat adalah gue 'belum cinta' sama lo."

"Kenapa sih lo setuju? Lo mau siksa gue? Lo mau mukulin gue? Lo mau apain gue, Gas? Kenapa gue? Kenapa bukan Angel?"

Bagas tertegun mendengar Abel menyebutkan kata Angel dan menatap Abel tajam. "Lo, jangan pernah berani sebut nama dia dihadapan gue."

***

Nikah sama Musuh?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang