Akhirnyaaa punya keberanian lanjutin cerita yang cukup berat ini menurut aku :") makasih para pembaca yang mau nunggu dan sabar dan ga marah2 sama uwe :(
Enjoy ya!
***
Sudah lima bulan lebih Abel dan Bagas berada di Venesia karena pekerjaan Bagas dan Abel benar-benar merindukan tanah air tercintanya. Dan sekarang, di minggu ke-21 mereka di Venesia, Abel sedang menyiapkan meja makan dan meletakkan masakan-masakan yang akan mereka santap hari ini. Bagas dan Abel tidak berniat untuk keluar karena mereka berdua sama-sama kelelahan. Waktu mereka di Venesia akan berakhir dan segera kembali ke Indonesia untuk kembali ke kesibukkan masing-masing.
Kalau bisa jujur, Abel tidak betah di Venesia karena dia memang tidak akrab dengan cita rasa masakannya.
"Enakan rendang buatan Mama, daripada steaknya Adriana"
Abel sebenarnya senang dengan suasana Venesia, tapi dia tidak bisa akrab dengan masakan yang ada disana.
Saat sedang sibuk menata meja, bunyi suara oven yang menandakan masakannya matang terdengar. Dengan semangat Abel berlari kearah dapur dan mengeluarkan pizza buatannya. Aroma harum semerbak dan membuat Bagas semakin semangat untuk menyantapnya.
"Masak apa ni my wife?" Tanya Bagas sambil duduk di meja makan dan sudah siap duduk di meja makan seperti anak kecil yang hendak diberi makan oleh Mama.
"Geli ah my wife my wife an." Jawab Abel terkekeh dan disusul tawa renyah Bagas.
"Bikin pizza, Gas. Ini ada penyedap rasanya, sesuaiin selera aja ya."
Bagas mengangguk dan dengan lahap menyantap pizza buatan Abel. Abel yang melihat pemandangan itu menjadi bangga dan tersenyum penuh arti. Bisa juga gue masak enak.
Baru saja Abel hendak makan, suara bel depan rumah berbunyi. Adriana yang tadinya mau membukakan pintu, ditahan oleh Abel yang ingin membukanya sendiri. Dengan santai Abel berjalan ke pintu depan dan ketika pintunya dibuka dia berhadapan dengan perempuan cantik yang terlihat seperti penduduk asli sana. Rambut coklat gelap dengan bola mata berwarna hijau. Tubuh tinggi yang jelas sekali perbedaannya apabila dibandingkan dengan Abel yang mungil. Dan ada seorang anak laki-laki berusia sekitar 3 tahun berdiri disamping wanita itu sambil menggandengnya.
Abel bahkan sampai mundur beberapa langkah agar dapat melihat dua manusia didepannya dengan menyeluruh.
"Siapa, Bel?" tanya Bagas yang sepertinya sudah tau jawabannya ketika melihat wanita itu. Bagas terdiam. Matanya menyiratkan keterkejutan dan dengan segera dia bersikap santai kemudian tersenyum.
"Hai, Bagas. Lama ngga ketemu." sapa wanita itu dengan bahasa Inggris yang sudah diterjemahkan menjadi Bahasa Indonesia.
Abel menoleh ke Bagas dengan tatapan meminta penjelasan. Wajah Bagas pucat pasi.
"Hai, saya Camilla." Camilla menjulurkan tangannya ke Abel dan dibalas Abel dengan jabatan tangan juga. "Abel."
"Dan ini, Sabian." ucap Camilla memperkenalkan bayi kecil tampan super menggemaskan yang membuat Abel mau tak mau tersenyum juga.
Mendengar kata Sabian, Bagas menegang.
"Anaknya Bagas." Lanjut Camilla membuat senyum diwajah Abel memudar berubah menjadi ekspresi terkejut dan tidak bisa berkomentar apa-apa.
***
"Bel,"
"Bel," panggil Bagas mengejar Abel yang berjalan cepat kekamarnya dengan dada berdegup kencang dan wajah pucat pasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah sama Musuh?!
Romance#1 in Friends . . . . . "Kamu harus menikah sama dia" Kalimat itu seperti petir yang menyambar ditengah hari yang cerah milik Bagas dan Abel. Bagaimana tidak? Mereka tiba-tiba dipaksa untuk menikah dengan orang yang sangat mereka hindari. Sosok yan...