12. Ayah

12.1K 301 2
                                    

***

"Udah aku aja"

Abel yang hendak mengangkat keranjang baju kotor akhirnya hanya tertawa setelah melihat kelakuan suaminya yang menjadi protektif itu. Setelah akhirnya memutuskan untuk kembali dengan Bagas, Abel sudah dituntut untuk mulai melakukan kegiatan sebagai calon ibu yang baik. Namun, baru saja dia akan beraktivitas, dengan sigap Bagas maju dan mengambil alih semua pekerjaan rumah.

"Itu ringan, Gas.." Ucap Abel meyakinkan. Bagas tidak peduli. Tetap saja dia yang akan melakukan segala pekerjaan yang menurutnya berat agar Abel dan calon bayinya sehat-sehat.

Walaupun sudah memiliki Sabian, Bagas tidak pernah andil dalam kehidupan kehamilan Camilla. Karena jarak yang cukup jauh, dan sama-sama keras akhirnya keduanya memilih tetap berada di negara masing-masing. Hubungan yang dijalankan Bagas dengan Camilla sebenarnya baik-baik saja. Mereka hampir melangkah ke pelaminan, namun Camilla merasa belum siap untuk memiliki hubungan serius dan terikat. Akhirnya, jadilah Sabian lahir ketika kedua orangtuanya sudah berpisah.

Hak asuh tentu jatuh ditangan Camilla karena memang Ia adalah ibu kandung dari Sabian, dan hal itu yang membuat Bagas tidak terlalu berharap dapat bertemu dengan Sabian. Sampai pada saat Bagas dan Abel berbulan madu di Venesia dan Camilla muncul didepan pintu rumah mereka sambil membawa Sabian. 

Jujur, Bagas sebenarnya senang bisa melihat Sabian, tapi dia merutui dirinya sendiri karena tidak memiliki keberanian memberi tahu Abel kalau Ia sudah memiliki anak, dan jadinya masalah pertama dan terbesar dalam keluarga kecil mereka dimulai.

Namun, syukurlah sekarang semua baik-baik saja. Abel sudah bisa mencoba menerima status Bagas sebagai ayah 1 anak yang belum pernah menikah sebelumnya, dan semangat menyambut anak keduanya. 

"Makan dulu, Bel." Abel yang sedang santai tiduran disofa sambil nonton TV diherankan dengan Bagas yang tiba-tiba datang membawa makanan dengan porsi besar!

"Loh loh, kan tadi udah makan Gas. Barusan banget loh."

"Biar baby sama bundanya sehat." Jawab Bagas tersenyum menunjukkan gigi-gigi putih bersihnya,

Abel mengelus perutnya lagi dan menggelengkan kepala. "Nak, kalau kamu sudah lahir nanti, bunda gaakan capek nyeritain gimana protektifnya ayahmu ini."

Bagas mendekat dan mencium perut Abel yang buncit dengan gemas. "Kalau kamu tau gimana perjuangan ayah buat dapetin bundamu ini, beuh, toko laptop ayah beli biar bundamu bisa pulang."

Abel hanya tersenyum dan menerima suapan Bagas yang tak henti-hentinya. Tapi kalau boleh jujur, sebenarnya Abel juga lapar dan anak dalam kandungannya pun tidak menolak.

"Oh iya nak." Abel kembali membuka suara. "Kamu punya kakak loh..." Bagas tertegun mendengar kalimat Abel, tapi Abel seakan cuek dan tidak merasa keberatan membawa topik pembicaraan tersebut. "Ganteng. Tapi bunda belum sempet kenal nih, ayah terlalu semangat mau nyambut kamu..."

Perhatian Bagas tak lepas dari Abel. Ditatapnya Abel yang kemudian mengalihkan pandangan ke Bagas. 

"Ajak Sabian kesini dong, aku mau kenal dia."

Bagas meletakkan piring yang dia bawa dan mendekatkan duduknya, lebih rapat ke Abel. "Bel..???"

"Sabian kan anak kamu, dia anak aku juga dong berarti. Aku harus sayang sama dia sebelum anakku lahir, jadi ga mau aku beda-bedain."

Mata Bagas memerah. 

"Aku bikin kebaikan apa sih sampe punya istri kaya kamu?"

***

Hari ini Abel sedang berdiri dengan semangat di pintu kedatangan di bandara karena menunggu Sabian akan datang dari Venesia. Abel bahkan sudah membeli banyak mainan agar Sabian kerasasn di Indonesia. Sebenarnya Bagas sedikit khawatir karena Sabian belum pernah ke Indonesia sebelumnya dan perubahan cuaca Venesia serta Indonesia sangat ekstrim.

Baru saja Ia hendak membuka ponsel untuk mencari tahu cuaca Venesia, Abel sudah berjalan dengan semangat menjauhi Bagas. Saat Bagas melihat alasannya, mau tidak mau Bagas tersenyum juga.

Sabian dan Camilla melambai-lambaikan tangan kearah mereka dan dengan cepat Camilla berpelukan dengan Abel. Sabian pun terlihat bahagia melihat Abel, karena bocah itu dengan erat memeluk Abel, tak ingin lepas.

Bagas mendekat. Camilla menyalami tangannya dan tersenyum lega. Keduanya menatap Abel yang entah bagaimana jalannya, bisa akrab sekali dengan Sabian padahal baru kenal satu sama lain.

"Aku cuma antar Sabian aja, Bagas. Pesawatku berangkat nanti malam."

"Loh? Ini udah sore loh, kamu ga mau kerumah?" tanya Abel yang muncul dengan menggandeng Sabian. 

LUCU BANGET ISH. Ucap Bagas dalam hati. Histeris melihat istri mungilnya yang sedang hamil, menggandeng anak kecil.

"Ngga usah. Aku udah ditunggu suamiku disana..."

Bagas kaget. Camilla sudah menikah?

"Ohh yaya, Ryan ya??? Gimana si triplets?"

Bagas menatap Abel dengan tatapan menganga. Abel tahu kalau Camilla sudah menikah dan punya anak kembar tiga?!?!?!?!

"Sehat-sehat. Tapi aku ga bisa tinggalin lama-lama. Aku cuma antar Sabian kesini, asal dia udah sama kalian, aku balik lagi ke Venice."

Abel mengangguk dan akhirnya mereka berpisah. Camilla kembali kedalam ruang tunggu dan menyiapkan tiket elektroniknya ketika Abel, Bagas, dan Sabian berjalan ke mobil.

Sabian sangat manis. Lucu sekali. "Anakmu yang tua ini, gedenya jadi cassanova." Ucap Abel menyikut Bagas yang tertawa kecil. "Ya iyalah, bapaknya aja oke bener gini."

Beruntung bagi mereka, Sabian belum lancar bahasa Indonesia, sehingga untuk guyonan garing seperti itu, Sabian tidak kepo. 

"Kamu tau darimana kalo Camilla udah nikah?"

"Yaaa sebelum dia kesini sama Sabian, aku kan udah ngobrol-ngobrol dulu. Kamu ke kantor, aku video call sama mereka. Jadi Sabian akrab sama aku tuh karena dia emang udah kenal aku tapi lewat video."

"Anaknya kembar tiga loh!" ucap Bagas sedikit khawatir. Pasti akan kesusahan bagi Camilla mengurus tiga bayi yang masih kecil-kecil dan juga Sabian yang masih balita. "Makanya itu, aku sih niatnya..."

Kalimat Abel menggantung. Bagas diam menunggu. Tapi tidak sabar juga.

"Niatnya apa?" tanya Bagas akhirnya. "Gimana kalau hak asuh Sabian, kita ambil alih?" 

CIIIIITTTTTT

Tangan Bagas menahan tubuh Abel, dan tangan Abel menahan Sabian dengan kesulitan. Bagas mengerem mendadak dan buru-buru dia hidupkan lampu hazard, dan menepi.

"Bel, kamu ngomong apaansih?? Kamu sadar ga sama perkataan kamu barusan??" Tanya Bagas. Sedikit syok dan tidak siap dengan pernyataan Abel.

"Kamu bayangin dong, Camilla udah punya keluarga sendiri, dia sama suaminya sibuk ngurusin si triplets. Sabian pasti akan kekurangan perhatian."

"Aku udah diskusiin ini sama Camilla. Dia setuju. Dia yakin kalau Sabian sama kita, pasti akan lebih terjamin." lanjut Abel membuat Bagas bernafas panjang.

"We're expecting, Bel." jawab Bagas membelai perut Abel. "Kamu yakin sama keputusan ini?"

"Aku mau ngurus Sabian karena aku tau, kamu belum pernah mengenal dia secara baik. Aku mau kamu punya kesempatan untuk ngurus Sabian, dan menjelaskan ke dia kalau dia bakalan punya adik baru."

Bagas masih setengah-setengah dalam memikirkan ini semua. Menurutnya terlalu cepat. Abel yang tadinya menolak, kini 100% ingin andil dalam kehidupan Sabian.

"Asal kamu bahagia, Bel. I'll do everything. Everything. That'll makes you happy" jawab Bagas. "Me too!" Sabian menjawab dengan wajah super lucunya dan membuat Abel terbawa perasaan. 

Gue bakalan jadi ibu. Bisik Abel dalam hatinya.

***

LET ME KNOW WHAT YOU GUYS THINK YAAAA. LEAVE YOUR COMMENTS BELOW ❤

Nikah sama Musuh?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang