***
Abel terdiam. Mungkin lebih kearah terkejut. Bagas tidak ingin mendengar nama Angel keluar dari mulut Abel?
"Kenapa? Lo ditinggal nikah sama dia? Atau lo ninggalin gitu aja padahal dia lagi hamil anak lo?"
Mata Bagas melebar karena emosi mendengar pertanyaan yang dilontarkan Abel. Pertanyaan tersebut seakan menjadi penghinaan karena cara Abel bertanya dengan mimik seperti itu adalah ekspresi yang tepat untuk menghina seseorang.
"Lo beruntung, pasti cowok lo tau kan kalau lo mau nikah sama gue? Lo pasti udah pamitan sama dia."
"..."
"Gue gak sempet pamitan sama Angel. Dia udah keburu dipanggil Tuhan karena tabrak lari."
Dada Abel langsung berdegup kencang. Angel sudah meninggal?
Belum sempat Abel menyatakan bela sungkawa, paggilan dari keluarga untuk kehadiran mereka pun sudah terdengar sehingga mau tidak mau mereka harus menghampirinya.
Ketika Abel dan Bagas mendekat, dengan romantis Bagas merangkulnya dan membawanya mendekat. Walaupun keberatan, Abel harus mengikuti permainan Bagas agar mereka tidak mengundang kecurigaan.
Acara pada siang hari menjelang sore itu akhirnya selesai, dan Bagas serta keluarganya pun sudah pulang. Kini tersisa Abel dan kedua orangtuanya yang duduk santai diruang keluarga. Walaupun Abel tidak benar-benar menikmati momen kebersamaan mereka sekarang, Abel harus tetap berpura-pura kalau dia bahagia setelah resmi menjadi tunangan dari Bagas.
"Bagas itu, udah ganteng, sopan, tinggi, wangi pula. Kamu pasti bisa deh cinta sama dia." Ucap Mamanya sambil membelai tangan Abel yang jari manisnya sudah tersemat cincin pertunangan mereka. Cincinnya sederhana namun tetap terlihat elegan. Berlian mata satu yang tidak terlalu besar namun bersih dan mengkilap adalah kesukaan Abel. Entah bagaimana ceritanya Bagas bisa membeli cincin yang sesuai dengan kegemaran Abel.
Kalau saja yang menyematkan cincin itu adalah Joni, mungkin Abel bisa menjadi wanita yang paling bahagia didunia sekarang ini. Sayangnya, justru Bagas, sosok yang sangat dia benci yang meletakkan cincin itu disana.
"Abel mau nikah sama dia karena Mama sama Papa yang nyuruh, kalo engga mah boro-boro."
Mamanya tersenyum dan membelai rambut Abel kemudian menariknya kepelukan.
"Berarti, selama Mama sama Papa masih hidup, kamu akan selalu jadi istri dia. Kalian gak boleh pisah, kecuali maut yang memisahkan."
"Ma, mama yakin mau nikahin Abel sama dia? Bagas itu ga sebaik yang mama kira. Dia itu juga punya keburukan." Tanya Abel dengan tatapan memohon.
"Yang jelas, Mama sama Papa langsung pengen banget dia jadi mantu karena dia yang nyelametin Mama waktu diserempet dulu."
Abel yang tadinya ada dipelukan Mamanya langsung beranjak dan menatap mamanya dengan tatapan terkejut. "Apa?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah sama Musuh?!
Romance#1 in Friends . . . . . "Kamu harus menikah sama dia" Kalimat itu seperti petir yang menyambar ditengah hari yang cerah milik Bagas dan Abel. Bagaimana tidak? Mereka tiba-tiba dipaksa untuk menikah dengan orang yang sangat mereka hindari. Sosok yan...