WARNING! TERDAPAT KONTEN DEWASA. MINIMAL USIA YANG DILEGALKAN MEMBACA YAITU 17 TAHUN KEATAS KARENA SUDAH MEMAHAMI PROSES MEMBUAHi DAN DIBUAHI. SEMUA RESIKO HARAP DITANGGUNG PEMBACA :')
***
Bagas bersandar diujung ranjang tempat tidurnya sambil mendengarkan bunyi kucuran air yang berasal dari kamar mandi dikamarnya dengan Abel. Sudah 1 minggu dia menikah dengan Abel namun sama sekali dia belum pernah melihat Abel tidak berbusana, apalagi sampai menikmatinya. Abel yang sedang mandi dan terdengar masih bersenandung kecil ketika Bagas memikirkan kelanjutan rumah tangganya. Sudah banyak yang bertanya bagaimana pengalaman malam pertamanya dengan Abel karena Bagas selalu berkata kalau dia belum sempat melakukannya dengan alasan Abel sedang datang bulan. Namun sepertinya Abel sudah mandi wajib sehingga bisa dipastikan menstruasinya sudah usai. Perasaan Bagas kini campur aduk, karena dia sudah diwanti-wanti oleh orangtua serta mertuanya untuk segera menanggalkan kegadisan Abel agar Abel tidak merasa bebas karena merasa belum menjadi milik Bagas seutuhnya. Akhirnya, dengan nekat, Bagas mengambil minuman berenergi untuk memacu adrenalinnya dan mau tidak mau, Abel harus mau melayani suaminya itu, malam ini juga.
***
ABEL'S POV
Aku membuka pintu kamar mandi dengan balutan handuk yang masih melingkar dikepalaku untuk menutupi rambutku yang basah. Segar sekali setelah 3 hari tidak cuci rambut, rasanya kali ini aku akan tidur cepat dan nyenyak sekali. Namun, impianku tadi seakan hilang dikarenakan Bagas berdiri dihadapanku tepat setelah aku membalikkan tubuh usai menutup pintu kamar mandi. Aku mengernyit tidak paham. Pandangan matanya sayu, bibirnya pucat namun rona wajahnya sangat merah.
"Bagas? Lo-"
Dengan gerakan tiba-tiba dia meraih wajahku dan mendaratkan ciuman penuh gairah yang bahkan aku bisa merasakannya. Jantungku berdegup sangat kencang bahkan aku tidak kuasa untuk menolak, maupun membalas ciumannya. Uluman bibirnya membuatku seakan hampir pingsan.
Ciumannya mulai menjalar kebagian-bagian sensitif yang memberikan efek kaburnya pandanganku.
"Bagas, wait-"
"Ssh, sorry wifey, I can't take it any longer" Jawab Bagas dengan suara serak dan membuatku basah.
Holy shi-! Aku benar-benar tidak bisa melawannya. Bibirnya kini mendarat dileherku. Kecupan-kecupan lembut dia berikan dan justru aku merasa kurang. Aku merasa kecupan-kecupan itu malah membuatku ingin berteriak.
"Damn it, Bagas, make it hotter!"
Bagas tersenyum dan tangannya kini bermain didalam baju piyama polkadotku. Sialan, tau gini aku pakai saja lingerie tanpa celana dalam! Aku sudah gila karena kini aku tidak bisa menolak kehadirannya.
Dia melepaskan handuk yang membungkus rambutku, kemudian menjatuhkannya dilantai. Tetesan air yang mendarat di bajuku, justru membuat Bagas tergesa melepasnya. Begitu bajuku sudah berada dilantai menyusul handuk, dia menggendongku dan meletakkanku perlahan dikasur. Bibirnya masih menciumi tubuhku, dan kini dia menciumi dada, perut, pinggul, dan semakin kebawah.
"Aah!" Pekikku membuat Bagas tertawa puas. Aku malu, namun aku bangga, suamiku sendiri yang melakukannya. Merasa Bagas sudah mulai melambat, dengan satu dorongan, aku menindihnya dan kembali menciumnya. Dia terlihat menikmati permainanku, dan aku tidak keberatan dengan itu.
Aku dengan sigap membuka kaos yang menutupi tubuhnya dan tercengang melihat betapa sempurnanya ciptaan Tuhan pada tubuh suamiku. Bisa kulihat otot-ototnya memberi definisi yang aku yakin membuat sebagian besar wanita akan terpesona. Bagas menatapku dengan khawatir. "Abel? Kenapa?"
Aku menjawab dengan memberikan ciuman lagi. Disela-sela ciuman kami, tanganku bergerak kearah celananya. Dengan latihan yang aku lakukan saat menonton film-film dewasa, aku sudah tidak terlalu kesusahan menurunkan celana luar Bagas. Bisa kurasakan, milik Bagas mengeras. Tanganku masuk kedalam celana dalamnya, dan kuraba sahabat kecilnya itu.
"Abel!" Pekik Bagas dengan suara serak. Sehebat itukah sentuhanku?
Dengan hentakan keras, sampai ranjang kami berbunyi, Bagas kembali menindihku dan melucuti pakaian yang tersisa ditubuhku. Dia pun tanpa kusuruh, juga melakukan hal yang sama pada dirinya. Kini kami berdua sama-sama telanjang bulat, tanpa ada sehelai benangpun yang menutupi. Hanya aku dengan rambut basah bekas keramas dan keringat, bersama Bagas dengan otot-otot indahnya.
Aku mengernyit sampai melengkungkan tubuhku ketika Bagas mulai memperkenalkan alat seksual kami. Hanya diujung, dan aku sudah mulai kesulitan mengatur nafas. Dengan perlahan, Bagas mulai memasukiku, tangannya menggenggam tanganku erat-erat seakan membantu menguatkan aku. Aku dan dia sama-sama mengerang ketika kami benar-benar menyatu, dan Bagas terdiam sesaat seakan mengumpulkan tenaganya.
Aku mengernyit nyeri karena dinding penjagaku sudah runtuh olehnya. Bahkan bisa kulihat bercak darah segar berada di sprei kasur kami yang berwarna hijau muda.
"Abel!"
"Bagas!"
Kami berdua saling sahut menyahutkan nama di apartemen baru kami. Beruntung aku dan Bagas sudah tidak tinggal bersama Mama Papa maupun Ibu Bapak, sehingga teriakan-teriakan ini hanya kami yang mendengar. Kami bergerak dengan irama yang cepat dan keringat yang sudah mengucur. Ranjang kami basah, dan aroma cinta tercium diruangan itu.
Bagas mengerang lagi untuk terakhir kalinya pada malam itu saat dia memberi kehangatan rahimku dengan cairan cintanya. Tubuhnya kini berada diatasku, namun aku tidak merasa keberatan sama sekali. Kami sama-sama mengatur nafas dan bahkan Bagas tidak mencabut kejantanannya dariku.
***
AUTHOR'S POV
Abel terbangun dengan kondisi tubuh benar-benar lelah. Dia merasakan pegal disekujur tubuhnya dan merasa ada tangan besar memeluknya. Begitu dia menoleh, Bagas masih tertidur disampingnya, namun masih dengan kejantanan yang tertancap di Abel. Abel mencoba bergerak dan melepaskan bagian dari tubuh Bagas itu dengan kernyitan sakit karena masih merasakan perih. Seperti mencabut jarum suntik, namun lebih besar. Dia melihat kecermin dan terpaku melihat pantulan wajahnya.
"Gue udah jadi istri seutuhnya" gumamnya. Sambil sedikit berjinjit karena sakit yang belum sepenuhnya hilang, Abel memunguti pakaian-pakaian yang berserakan dilantai dan memasukannya kedalam keranjang kemudian dia menuju kearah kamar mandi untuk mandi wajib dan mengambil air wudhu.
Abel berpikir, bahwa semalam, rahimnya benar-benar menelan sperma Bagas tanpa ada yang tercecer sedikitpun, dan kembali teringat kalau dia baru saja selesai menstruasi sehingga dia mulai meraba perutnya yang masih rata itu dan takut. Jangan sekarang, please. Gue belum cinta sama Bagas.
***
Bagas membuka matanya dan melihat Abel yang duduk berdoa masih mengenakan mukenah. Dia melirik jam yang menunjukkan pukul setengah 4 sehingga belum terlambat untuk mandi dan sholat subuh. Bagas melangkahkan kaki ke kamar mandi dan ketika Abel melirik, dia langsung berteriak "Astaghfirullah!"
Bagas yang terkejut menoleh dan melihat Abel menutup matanya. Baru dia sadari kalau dia masih telanjang tanpa busana. Bagas hanya terkekeh dan kemudian masuk ke kamar mandi. Membuka pintu kamar mandi, lalu memunculkan kepalanya.
"Bel, sholat apa tadi?"
"Tahajud" Jawab Abel singkat.
"Subuhnya barengan ya. Gue yang imamin. Mau mandi dulu"
Abel terdiam kemudian menganggukkan kepalanya pelan.
"Iya, Gas."
Bagas tersenyum lagi kemudian menutup pintu. Abel ikut tersenyum tipis dan merasakan rasa aneh yang lama tidak dia rasakan. Rasa aman.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah sama Musuh?!
Romance#1 in Friends . . . . . "Kamu harus menikah sama dia" Kalimat itu seperti petir yang menyambar ditengah hari yang cerah milik Bagas dan Abel. Bagaimana tidak? Mereka tiba-tiba dipaksa untuk menikah dengan orang yang sangat mereka hindari. Sosok yan...