11. Pendakian

1.9K 151 13
                                    

Keysa sudah selesai memasukkan pakaiannya ke dalam ransel besarnya yang kebetulan masih layak dipakai. Dia hanya membawa pakaian seadanya. Lagipula mereka hanya dua hari di sana. Keysa hanya perlu membawa pakaian yang akan dia pakai jika ada kegiatan. Dia tidak seperti Ellen yang bahkan sudah menelponnya tiga kali karena bingung ingin membawa baju jenis apa dan sebanyak apa.

Keysa membawa ranselnya keluar kamar sembari menenteng sepatu nike-nya. Nenek dan Didi sudah duduk di sana. Di dipan dekat meja.

"Kak Keysa pulangnya besok?" tanya Sasa yang baru muncul dari kamarnya.

"Iya nih," Keysa meletakkan ranselnya ke meja lalu duduk di satu-satunya kursi yang ada di ruangan itu. Selesai memakai sepatunya Keysa merapikan tatanan rambutnya yang sedikit berantakkan akibat menunduk. Tito, yang sudah bersila dari tadi di lantai, menyentuhkan telapak tangannya ke kaki Keysa membuat gadis itu menoleh dengan senyum lembutnya.

"Kenapa bawa bajunya banyak banget, Kak?"

"Di sana banyak kegiatan, dek," Keysa meraih belakang kepala bocah 4 tahun itu hanya untuk mendaratkan ciuman hangat di kedua pipinya. "Kak Keysa gak lama, kok."

Dia berdiri lalu beralih mencium tangan Nenek lalu kedua adiknya yang lain.

Untuk bisa sampai ke sekolah Keysa harus berjalan kaki menuju persimpangan dan menunggu bis di sana. Uang sakunya masih cukup untuk membayar ongkos bis. Lagipula sopirnya tahu mana ongkos anak sekolah dan orang tua. Mereka bisa mengurangi biaya untuk pelajar meskipun tujuannya sama. Meskipun begitu, Keysa tetap memilih menggunakan jasa angkutan barang ibu-ibu penjual ke pasar. Sudah gratis, bisa dapat uang saku jika mau membantu menurunkan barang-barang mereka.

Namun karena jam sudah menunjukkan pukul 8, sudah jelas dia terlambat. Terpaksa dia harus berjalan kaki sejauh 1 kilometer. Keysa memang sudah terbiasa berjalan kaki.

Bis datang lebih lama dari perkiraannya. Waktu sudah mendekati pukul 9 namun bis yang dia tunggu belum muncul-muncul juga. Ketika Keysa sudah hampir menyerah dan ingin kembali ke rumah, bis berwarna biru bercampur putih itu muncul dari tikungan jalan. Keysa segera melambaikan tangannya tanpa berhenti sampai sang supir melihat keberadaannya.

"Kemana Neng?!" teriak kernet, melongokkan kepalanya dari kaca jendela.

"Kota, Bang!" teriak Keysa sembari berlari menyebrangi jalan. Ketika sudah berhenti di depan sang kernet, dia menambahkan, "SMA Budi Luhur."

Sang kernet mengangguk lalu mempersilahkan Keysa masuk. Tempat yang dia duduki tadi di berikan pada Keysa sedangkan dia berdiri di depan pintu. Keysa sudah terbiasa dengan kondisi angkutan umum. Apek, romol, dan bising. Di sebelahnya duduk seorang kakek tua yang sedang memangku kardusnya.

Rambutnya sudah memutih seluruhnya dengan kerutan-kerutan kentara yang menghiasi sekujur tubuhnya. Matanya sayu, entah mengantuk atau melamun. Tangan kirinya tampak menahan kuat kardus di pangkuannya agar tidak jatuh. Sedangkan sebelah tangannya menggenggam secarik kertas. Sebagian kertas itu tidak berada dalam genggamannya dan Keysa melihat gambar peta di sana. Sekilas Keysa menjatuhkan pandangannya ke bagian bawah kursi dan melihat sebuah ransel dan sebuah kardus lagi.

Keysa mengernyit heran. Kenapa bukan tas saja yang di pangku. Malah kardus besar yang menurut Keysa pasti berat. Namun Keysa tidak ingin menanyakan hal itu karena terlihat jelas sang kakek tidak ingin berbicara. Dia hanya sibuk menatap keluar jendela dengan tatapan menerawang. Sibuk mengamati pepohonan yang tampak ikut bergerak.

Keysa memilih menatap lurus ke depan sambil sesekali mengecek ponselnya. Lebih tepatnya jam yang ada di layar ponselnya.

Mereka akan berangkat pada pukul 10 dan Keysa masih belum sampai juga. Sudah tidak terhitung berapa banyak panggilan dari Ellen. Bahkan sahabatnya itu sampai mengirimi Keysa pesan yang isinya hanya amukan. Keysa mengabaikan pesan itu dan memilih menghitung detik demi detik dalam hatinya. Semoga saja keberangkatan ditunda sejam agar dia tidak ketinggalan.

Beloved Hero (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang