Niat Kevin untuk menjauhi Keysa setidaknya beberapa hari ke depan ternyata tidak membuahkan hasil. Ada saja kejadian yang mengharuskan mereka bertemu. Seperti pagi ini, ketika dia dengan santainya melangkah menuju kelas, tiba-tiba saja Pak Edi memanggil.
"Bisa bantu saya fotokopi ini, Kevin?" tanya Pak Edi sembari menyodorkan setumpuk kertas di tangannya. "Saya ada urusan penting. Bisa, kan? Kamu kan bisa nyuruh asisten kamu. Sudah, ya. Saya harus pergi sekarang." tanpa menunggu tanggapan Kevin yang masih melongo, Pak Edi berderap menjauh.
Kevin hanya bisa menghela napas berat sembari menatap tumpukkan kertas di tangannya. Jika sudah begini dia memang harus meminta bantuan Keysa. Dengan berat hati Kevin mengirim pesan singkat untuk Keysa dan menunggu di ruangan fotokopi.
Yang bikin Kevin kaget yaitu Zaki dengan santainya berbaring di sofa panjang di ruangan itu. Kevin melangkah cepat lalu mengguncang bahu Zaki sampai temannya itu terbangun. Dia menarik lepas headseat-nya sambil berdecak menatap Kevin.
"Kenapa sih ganggu orang ajah."
Kevin meletakkan tumpukkan kertas ke atas meja lalu ikut duduk di samping Zaki.
"Ngapain lo di sini? Pake tidur segala lagi. Syukur gue yang kesini bukan Pak Edi."
Zaki terkekeh lalu menatap heran pada kertas yang tergeletak di atas meja.
"Ini mau di fotokopi? Yaelah, Vin. Punya asisten ya digunain dong. Makanya kerja tuh profesional. Jangan bawa perasaan muluh. Gak tau deh besok-besok kalo lo jadi boss, mungkin lo bakalan punya affair sama sekretaris lo sendiri."
"Ngomong gak di saring." Kevin langsung memukul kepala Zaki menggunakan vas bunga. Temannya itu memelotot beberapa saat sambil mengusap kepalanya. Setelah itu dia tertawa lagi. Mirip orang kurang waras memang. Semula Kevin mengira Zaki yang menyerupai dia, tidak gila seperti Rio dan Ardi. Ternyata dia salah.
"Soal curhatan lo semalam, gue tanggepin sekarang ya."
"Gak. Udah lewat masanya."
"Gini. Menurut gue nih," Zaki memulai. Tidak peduli pada Kevin yang sudah melotot. "Lo bersikap biasa aja sama Keysa. Buat kayak lo gak ada perasaan apa-apa sama dia. Datang ke pesta Andien sama Olivia. Ngomong biasa aja ke dia. Jangan pake gugup. Eh, tapi geli banget kalo lo gugup." setelahnya Zaki tertawa lagi. Dia baru berhenti ketika melihat Kevin mengangkat vas bunga.
"Ampun deh bro. Galak amat lo kayak ibu-ibu PMS."
Namun Kevin malah memikirkan saran Zaki tadi. Berpura-pura tidak memiliki perasaan? Apakah dia bisa? Cobaan memang selalu datang cepat. Pintu terbuka dan Keysa muncul dengan senyum manisnya yang membuat Kevin sampai lupa bahwa dia harus menjauhi gadis itu.
"Ya ilah," Zaki menyikut perutnya. "Katanya mau bangun benteng pertahanan. Mata di jaga juga, dong. Jangan melotot gitu lihatnya."
Kevin menatap garang pada Zaki yang sudah nyengir lebar. Zaki memang menyebalkan. Sudah sikutan yang sakit, kata-katanya juga menyakitkan.
"Pagi, Kak," Keysa berjalan mendekat lalu berhenti di depan meja. Matanya menatap setumpuk kertas di atas meja dan dia langsung tahu apa pekerjaannya. "Fotokopi berapa lembar, Kak?"
Kevin terperanjat ketika sikutan yang kedua mengenai perutnya lagi. Setengah meringis, Kevin menyebutkan jumlahnya pada Keysa dan langsung menggaplok bahu Zaki ketika Keysa sudah berlalu. Tentu saja lebih sakit pukulan Kevin karena saat ini Zaki sudah meringis setengah mati.
"Gue bener, kok. Kan gue mau bantuin lo buat bangun benteng pertahanan juga. Masa lo udah bangun benteng di sekitar hati lo dan tuh mata gak lo jaga. Ibarat apa, ya? Oh, lo menutup mata karena gak mau ngeliat apa-apa tapi telinga lo gak lo tutup. Sama ajah boong, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Hero (Completed)
Novela JuvenilCerita sudah selesai Keysa Faradina Winata. Gadis yang hidup sangat sederhana. Bersekolah di SMA ternama dengan beasiswa dan harus menghidupi nenek, kedua adiknya, dan sepupunya. Namun semua berubah semenjak dia menjadi asisten Kevin Anggara Pratama...