Kevin tidak pernah memaksa ketika Keysa mengatakan tidak bisa hadir di pesta pernikahan Ham dan Ashila. Meskipun Keysa sudah bisa melupakan Ham dan masalah mereka sudah selesai, tetap saja dia masih akan menjadi bahan gunjingan jika dia hadir di sana seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
Saat ini dia sedang berbaring di kasurnya dengan Ellen dan Tati, sedangkan Febi sibuk berdandan di meja riasnya.
"Kalian bertiga kapan sih berangkatnya? Entar Yuni nungguin kalau kelamaan." kata Keysa ketika ketiganya masih belum beranjak juga dari kamarnya.
"Malas, Sa," keluh Ellen, "gak ada lo, ih." bibir cewek itu mencebik diakhir.
"Jangan gitu, Len, kasihan nanti Kak Shila kecewa. Lagian apa kata Yuni, Kak Kevin sama Kak Bondan nanti?"
Ellen berdecak beberapa saat sebelum bangkit dari kasur Keysa, "Ya udah deh. Jalan yuk, entar telat."
"Eh, bentar bentar," Febi tampak kebingungan mencari-cari alat make up Keysa di atas meja, "Sa, blush on lo gak ada?"
"Iya nih, Sa," timpal Tati, "masa yang ada cuma bedak bayi, losion sama parfum doang."
Ellen tertawa, "Dia mah bukan cewek. Patut diragukan keasliannya."
"Apaan, deh," Keysa melempar bantal kearah Ellen ketika ucapannya membuat Tati dan Febi tertawa kencang.
"Lo kalau mau dandan buat ke pesta nanti gimana, Sa?"
"Make punya Mama," jawabnya sambil tersenyum, seolah tidak terganggu dengan pandangan heran Tati dan Febi.
"Sebelum nyokap lo ada?"
"Punya Ellen, acara ulang tahun Kak Andien waktu itu dia nginap di rumah gue," Ellen turun dari ranjang dan meraih tasnya, "ya udah yuk. Di mobil aja dandannya. Gue bawa lengkap kok."
"Oke deh," Tati menyusul Ellen keluar setelah melambaikan tangannya pada Keysa, "dadah, Sa."
"Jalan, ya, Sa." kata Febi, sebelum menutup pintu kamar Keysa.
Setelah terdengar mesin suara mobil Ellen menjauhi rumahnya, pintu kamar Keysa terbuka lagi dan Nenek muncul di sana. Keysa tersenyum, lalu berlari kearah Nenek dan memeluknya erat-erat. Keysa belum pernah menangis padanya, seperti yang dia lakukan ketika Bram pergi dua tanun yang lalu. Kali ini Keysa hanya ingin berbagi kesedihannya pada Nenek dengan menangis padanya. Karena biar bagaimanapun, luka yang ditorehkan Bram masih terasa sakit jika diingat kembali.
"Kenapa gak pernah cerita sama Nenek, Sa?" Nenek membawanya ke ranjang dan mendudukannya di sana. "Kalau seandainya Nenek tahu kalau waktu itu kamu menghadiri pertunangan Bram, Nenek pasti marah sekali."
"Keysa juga gak tau, Nek, kalau Ham itu Kak Bram. Kak Ashila manggil dia dengan nama yang berbeda," Keysa menghapus jejak air matanya dan tersenyum, "Keysa baik-baik aja kok, Nek."
"Baguslah," kata Nenek sambil mengusap rambutnya, "Nenek juga gak mau kamu sakit hati sama dia."
"Papa mana, Nek?"
"Ngantar Mama kamu ke donter," Nenek merapikan seprai Keysa yang sedikit berantakan akibat ulah teman-temannya tadi dan meletakkan bantal di tempatnya yang sesuai, "Didi dan Sasa minta ikut. Jadi Nenek terpaksa bujuk Tito main-main dirumah Oma Jena, waktu teman-teman kamu kesini tadi."
Disebelah rumah ini memang tinggal pasangan suami istri yang sudah lanjut usia. Kakek Tono dan istrinya, Oma Jena. Keysa sering kesana hanya untuk mengantarkan makanan buatan Nenek yang lebih atau memang sengaja dibuat untuk mereka berdua. Oma Jena sangat baik, dia selalu mengajak ketiga adiknya untuk bermain di rumah mereka atau berenang bersama di kolam renang belakang rumah mereka. Kolam itu hanya setinggi pinggang orang dewasa sehingga Keysa tidak perlu khawatir jika Didi atau Sasa mengatakan akan berenang di sana bersama mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Hero (Completed)
Novela JuvenilCerita sudah selesai Keysa Faradina Winata. Gadis yang hidup sangat sederhana. Bersekolah di SMA ternama dengan beasiswa dan harus menghidupi nenek, kedua adiknya, dan sepupunya. Namun semua berubah semenjak dia menjadi asisten Kevin Anggara Pratama...