19. Permintaan Maaf

2K 119 4
                                    

Bondan hanya mengajaknya makan malam di sebuah kafe sederhana. Tetapi malam itu Keysa merasa tidak tenang jika tidak memberitahu Kevin tentang kepindahannya. Perseteruan Bondan dan Kevin sudah tidak asing lagi di mata siswa SMA Budi Luhur.

Jadi ketika Bondan sedang asyik memakan makanannya, Keysa mengetikan sesuatu di ponselnya untuk Kevin. Setelah menekan tombol send barulah Keysa merasa tenang.

Tetapi kesalahannya bukan terletak di situ saja. Dia seolah menutup mata dan berpura-pura bahwa Kevin bukan orang penting buatnya. Nyatanya dia baru menyesal ketika malam itu Kevin pulang dari rumahnya dengan keadaan marah besar. Bondan juga pamit beberapa menit setelah itu, tetapi Keysa sudah tidak benar-benar memikirkannya.

Yang ada dalam pikirannya hanyalah bagaimana meminta maaf pada Kevin. Dia ingin mengakui, mengatakan bahwa Kevin itu berarti, karena memang benar, tetapi melihat kemarahan Kevin tadi membuat keraguan Keysa muncul. Seperti hari ini, dia menimbang-nimbang akan menghubungi Kevin atau mendiamkannya saja.

Sebenarnya Keysa bisa saja berpura-pura tidak peduli.

Tetapi tetap saja hati kecilnya berteriak menyalahkannya terus menerus sampai Keysa tertidur di kasurnya dengan air mata. Dia benar-benar bersalah kali ini. Kevin mungkin tidak akan mau membaca pesan darinya. Jika saja Kevin mau mengerti, bahwa Keysa tidak benar-benar mengabaikannya.

Keysa hanya takut dia semakin kuat mencintai cowok itu dan dia tersakiti oleh perasaannya sendiri.

***

Kevin membanting stir mobilnya masuk ke rumah dengan keras. Sampai satpam di rumah mereka kaget dibuatnya. Tergopoh-gopoh Pak Ahmad berlari kearahnya dan menutup pagar.

"Den, ada apa?" tanyanya takut-takut.

"Gak pa-pa, Pak."

Kevin masuk ke dalam rumahnya dan naik ke kamar. Membanting pintu kamarnya lagi, sampai Ashila harus berlari keluar kamar karena terkejut, lalu membanting dirinya ke kasur.

"Kevin," panggilan Ashila dari luar kamar, dengan ketukan-ketukan pelan di pintu kamarnya membuat Kevin memijat keningnya.

"Kevin baik-baik aja, Kak!" teriaknya. Selang beberapa detik barulah terdengar langkah kaki menjauh. Kevin menatap langit-langit kamarnya sambil membayangkan bagaimana bahagianya Keysa tadi ketika turun dari mobil Bondan. Perasaan sakit ini seharusnya tidak boleh ada. Tetapi sekeras apapun Kevin berusaha untuk menepisnya, rasa itu semakin terasa kuat saja.

Baru kali ini Kevin merasakan kemarahan yang melewati batas. Dari kecil Kevin selalu diutamakan. Sebagai anak, sebagai adik, sebagai teman ataupun sebagai pacar, Kevin tidak pernah diabaikan. Justru dia yang selalu mengabaikan orang-orang yang berusaha memerhatikannya. Berusaha menarik perhatiannya.

Kini, ketika dia berusaha untuk menarik perhatian seseorang, berusaha untuk dilihat oleh orang tersebut, barulah Kevin merasakan apa itu pengabaian. Dia tahu bagaimana rasanya dinomorduakan dan rasanya sesakit ini. Seperti ada yang berusaha mencekik lehernya sampai Kevin kesusahan bernapas. Seperti ada ribuan jarum yang menusuk-nusuk jantungnya hingga terasa begitu sakit. Sampai-sampai matanya memanas.

Yang jelas, Kevin dapat merasakan rasa sakit yang Olivia rasakan. Dia sadar, rasa sakit yang dia berikan untuk cewek itu tidaklah sedikit.

"Jadi ini yang orang-orang bilang karma?" ucapnya sambil tertawa.

Diingatnya kembali ketika dia berusaha selalu ada untuk Keysa dan mengabaikan Olivia. Ketika melihat pemandangan menyakitkan tadi, rasanya Kevin ingin menghajar Bondan sampai cowok itu tidak dapat bangun lagi. Disitulah dia sadar bahwa seperti itulah perasaan Olivia ketika melihatnya bersama Keysa. Yang ada dalam pikiran cewek itu hanyalah bagaimana menjauhkan orang yang dia sayang dari orang lain.

Beloved Hero (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang