Pengarahan dari Pak Romanus sudah selesai 30 menit yang lalu namun Ellen dan Keysa masih setia duduk di tenda utama bersama panitia lainnya. Teman-temannya yang lain sudah kembali ke tenda mereka masing-masing untuk berisitirahat karena akan di adakan apel pembukaan jam 4 sore nanti.
Bukannya beristirahat bersama yang lainnya, Keysa dan Ellen justru menawarkan diri untuk membantu pekerjaan panitia, yaitu penulisan papan regu masing-masing tenda. Keysa sekelompok dengan Yuni, Ellen, Tati, Febi dan Fanti. Nama regu mereka adalah 'Matahari'. Tentu saja pilihan Ellen.
Zaki yang memang bertugas mengecat gapura mendapatkan kesempatan emas berduaan dengan Ellen. Keduanya memilih tempat terpisah dari Keysa dan yang lainnya.
"Len," panggil Keysa gemas. Pasalnya dia sudah mengabaikan Keysa lebih dari sepuluh kali hanya karena Zaki. "Sini duduknya."
Ellen menoleh, "Paan sih, Sa? Ganggu ajah deh!"
Keysa memilih menulis nama-nama regu ke papan yang kosong daripada harus menanggapi Ellen. Sebaiknya dia mengalah karena Keysa tahu betul bahwa sampai kapanpun Ellen tidak akan mau menyerah.
Ada Kevin dan Anjelo juga di sana. Mereka hanya membantu Pak Romanus membagikan beberapa minuman dan snack ke masing-masing tenda. Keysa sendiri heran sejak kapan Anjelo bisa seakrab itu dengan Kevin. Entah apa yang mereka perbincangkan sejak tadi karena sampai saat ini keduanya masih larut dalam perbincangan. Sesekali Anjelo tertawa dan di susul senyuman lebar Kevin.
Keysa hanya bisa mencuri pandang sedikit karena Olivia yang duduk tidak jauh dari sana. Seolah menjaga agar tidak ada yang berani menggangu Kevin.
Pekerjaannya sudah hampir selesai ketika tiba-tiba saja seseorang menduduki tempat kosong di sebelahnya. Harum parfum yang Keysa kenali membuatnya bisa menebak tanpa menoleh. Karena Kevin berada di depannya, maka sudah pasti Bondan yang saat ini ada di sampingnya.
Keysa hanya melirik sedikit, berpura-pura tidak terkejut dengan kehadiran Bondan. Sudah cukup mereka menjadi bahan perbincangan di puncak Gunung Gede ini. Sejak Bondan menyerahkan ranselnya di muka kemah, nama Keysa sudah hangat dibicarakan. Dari yang positif hingga ke negatif. Mungkin lebih hanyak pada opsi kedua karena di setiap obrolan gosip itu selalu ada Dessy di dalamnya.
Keysa sendiri merasa heran dengan perubahan sikap Bondan yang tiba-tiba ini. Hubungan mereka terlalu berlebihan jika di bilang berteman.
"Ngapain?" Bondan bertanya sembari mengambil salah satu papan berukuran 20 senti itu dan menimangnya. Keysa tersenyum sedikit lalu menarik kembali papan di tangan Bondan dan menulis nama regu lagi di sana.
"Aku lagi nulis nama-nama regu. Entar dipakuin kesini," Keysa mengangkat kayu panjang dengan ujung salah satunya yang meruncing. "Trus tancapin deh ke tanah."
Bondan mengangguk-angguk lalu dia meraih sebuah papan dan kayu lalu mencoba memakunya. Tentu saja Keysa tertawa melihat bagaimana Bondan kesulitan memaku papan-papan itu. Dengan kekehan yang masih tersisa Keysa memakukan salah satu papan ke kayu dan mengangkatnya ke depan wajah Bondan.
Keysa sudah terbiasa dengan alat-alat itu. Dipan di rumahnya saja Keysa yang memperbaiki. Dia sudah terbiasa memaku apa saja. Membuat gantungan pakaian di dinding kamarnya, atau gantungan panci-panci di dapur. Keysa sudah sering menyentuh palu sehingga bukan hal baru lagi buatnya jika hanya sekedar memaku papan tipis itu.
Bondan yang duduk di sampingnya lantas tersenyum. Meskipun hanya senyum tipis namun dengan senyuman seperti itu dan tatapan kagum darinya sukses membuat Kevin meradang di tempatnya. Sudah sejak tadi dia mencoba menahan emosinya untuk tidak menarik Bondan menjauh. Dia masih berusaha mengikuti akal sehatnya yang masih bekerja normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Hero (Completed)
Teen FictionCerita sudah selesai Keysa Faradina Winata. Gadis yang hidup sangat sederhana. Bersekolah di SMA ternama dengan beasiswa dan harus menghidupi nenek, kedua adiknya, dan sepupunya. Namun semua berubah semenjak dia menjadi asisten Kevin Anggara Pratama...