NASEHAT UNTUK PARA PENUNTUT ILMU

1K 27 0
                                    

Ada sedikit nasihat untuk kalian, wahai para penuntut ilmu!

Nasihat pertama bagi para penuntut ilmu adalah apa yang disampaikan oleh Imam Ibnu Mubarok, beliau pernah mengatakan, “Yang pertama kali harus dilakukan oleh penuntut ilmu yaitu niat yang ikhlas kepada Allaah.” Ini adalah wasiat pertama yang harus benar-benar kita masukkan bukan hanya ke otak kita, akan tetapi ke dalam hati kita.

Inilah nasihat para ulama besar bahkan saking pentingnya nasihat ini, Ibnu Abi Hamzah pernah mengatakan,

“Aku sangat berharap ada seorang ulama yang meluangkan waktunya membuat sebuah kajian yang isinya adalah tentang niat.”

Jadi kajian hari Senin tentang niat, hari Selasa tentang niat, hari Rabu niat lagi, hari Kamis niat lagi. Terus, niat, niat, niat, dan niat. Karena inilah salah satu inti dari agama kita, bahkan ini pokok agama kita. Karena sebanyak apapun amalan sunnah yang kita kerjakan, sebanyak apapun majelis ilmu yang kita datangi, sebanyak apapun halaman yang telah kita torehkan dengan tinta kita, tidak akan diterima oleh Allaah kecuali dengan niat yang ikhlas.

“Sesungguhnya amal perbuatan itu ada dan tergantung niatnya dan setiap orang itu akan diganjar sesuai dengan niatnya tersebut.” (Hadits shohih riwayat Bukhori dan Muslim).

Dan Nabi ﷺ memberikan ancaman yang sangat keras kepada para penuntut ilmu yang niatnya melenceng, yang niatnya tidak benar. Nabi ﷺ bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani,

“Barangsiapa yang mencari ilmu yang seharusnya ia persembahkan untuk mencari wajah Allaah, namun ia justru niatkan untuk mencari dunia, maka ia tidak akan mencium bau surga.”

Oleh karena itu, jagalah niat kita, makanya para ulama sangat takut sekali takut dipuji orang, bahkan sangat takut terkenal. Ayyub As Sikhtiani, seorang sayyidul ulama (pemimpin para ulama), kata Imam Adz Dzahabi, beliau adalah pemimpin ulama pada masanya, kata beliau,

“Aku disebut-sebut orang, aku dipuji-puji orang, dan aku benci dibicarakan orang seperti itu.”

Inilah keadaan sayyidul ulama. Bahkan Imam Ahmad berharap bisa pindah di sebuah lembah di Kota Mekkah karena dia merasa tersiksa disebabkan keterkenalannya. “Aku terfitnah dengan popularitas. Aku khawatir terkena fitnah ketenaran,” kata Imam Ahmad.

Imam An Nawawi rahimahullah, ulama besar madzhab Syafi’i, banyak ulama yang mengatakan beliau adalah orang nomor satu dalam madzhab Syafi’i, kalaupun ada yang bisa bersaing dengan beliau, itu adalah Al Imam Rofi’i, gelar beliau (Imam Nawawi) adalah ‘muhiddin’, artinya adalah penghidup agama. Begitu beliau mendengar gelar ini sudah disematkan kepada beliau, beliau menyampaikan kata-kata emas yang dibawakan oleh Imam As Sakhawi rahimahullah,

“Aku tidak halalkan, aku akan tuntut sampai hari Kiamat kelak orang yang memberikan gelar muhiddin kepada diriku.”

Lihatlah... Yang memberi gelar dituntut sama beliau karena beliau paham hakikat keikhlasan. Jaga keikhlasan kita dalam menuntut ilmu agama.

Kemudian, seorang penuntut ilmu itu tidak diukur dari banyaknya hafalan al-Qur’an, hadits atau matan-matan (kitab) yang ia miliki, namun seorang penuntut ilmu diukur sejauh mana pengamalannya terhadap ilmu yang telah ia pelajari. Dari sinilah Allah mencela orang-orang Yahudi. Mereka dilaknat karena tidak mengamalkan ilmu yang ada pada mereka.

Perhatikanlah sabda Rasulullah ﷺ berikut:

لاَ تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ القِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيْمَ فَعَلَ.

Tidaklah beranjak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, dan tentang ilmunya apa yang telah ia amalkan. (HR. Tirmidzi no. 2417)

Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid rahimahullah menerangkan dalam kitabnya Hilyah Thalib al-‘Ilmi (hal. 71) bahwa di antara tanda-tanda ilmu yang bermanfaat adalah sebagai berikut,

“Ilmu tersebut diamalkan,
Pemiliknya membenci pujian, sanjungan, dan tidak sombong,
Bertambah tawadhu’ seiring bertambahnya ilmu,
Membenci kepemimpinan, popularitas, dan dunia,
Tidak sok ‘alim (berilmu)...”

“Maka hendaklah kalian beradab dengan adab-adab para penuntut ilmu, carilah pahala dari Allah ketika kalian menuntut ilmu dan ketika mengajarkannya, iringilah ilmu dengan mengamalkannya karena itu merupakan buahnya dan juga merupakan sebab yang membantu untuk mendapatkan tambahannya, sebagaimana disebutkan dalam sebuah atsar,

‘Barangsiapa mengamalkan apa yang telah dia ketahui, maka Allah akan mewariskan baginya ilmu yang belum dia ketahui.’

Juga hendaknya kalian saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan diantara tanda-tanda keikhlasan seorang penuntut ilmu adalah

- Banyak diam dari hal-hal yang tidak bermanfaat baginya,
- Merendahkan diri kepada Rabbnya,
- Tawadhu’ kepada hamba-hamba-Nya,
- Bersikap wara’ dan beradab,
- Tidak peduli kebenaran nampak melalui ucapannya atau melalui ucapan orang lain,
- Tidak suka membela kepentingan pribadinya,
- Tidak suka membanggakan diri,
- Tidak memiliki sifat dengki dan hasad,
- Tidak mengikuti hawa nafsu, dan
- Tidak cenderung kepada perhiasan dunia.”

Semoga Allah mudahan kita agar bisa menjadi penuntut ilmu yang senantiasa mengamalkan apa yang telah ia pelajari.

Sumber:
- Ad-Durarus Saniyyah, juz 4 halaman 349.
- “Nasehat Berharga bagi Penuntut Ilmu” – Ust. Muhammad Nuzul Dzikri, Lc.

Let’s Chase the Truth!

And Keep Istiqomah
___________________
©CHASER UPI 2017

Line: @nuh6458k
Instagram: chaser_upi
https://line.me/R/ti/p/%40nuh6458k

REMAJA ISLAM PART 5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang