Win Some, Lose Some

398 58 93
                                    

"Aaahh!!! Apaan tuh?"

Pekikan Sarah untuk yang kesekian kalinya sukses membuat semua kepala dalam ruangan yang seadanya itu menoleh ke pinggir ruangan di mana Kinan sedang mendandani Sarah—berusaha mendandani, lebih tepatnya. Karena yang disebut belakangan dari setengah jam lalu sama sekali tidak membuat pekerjaan Kinan menjadi mudah.

Kinan menghela napas. "Ini eyeliner, Sar. Cuma eyeliner. Gak bakal bikin lo mati, oke? Sekarang diem dulu atau nggak gue colok mata lo pake eyeliner ini." Ancamnya kesal.

Sarah melirik benda tipis panjang dan berwarna hitam itu takut-takut. "Emang harus pake apa, Kak?"

"Iya, harus. Kalo nggak pake ini nanti kita didiskualifikasi." Kinan menjawab asal.

"Hah? Aturan darimana coba?"

"Aturan dari gue. Sekarang diem, mau gue yang makein atau Niken?"

Buru-buru Sarah duduk tegak sebelum Kinan benar-benar memanggil Niken yang sekarang sedang berdiri di depan pintu, berbicara dengan LO mereka. Niken terlihat anggun dan cantik sekali setelah selesai menggunakan kostum mereka dan make-up-nya, sampai Sarah ternganga sendiri ketika melihat ketua mereka itu.

Sarah yang adalah cewek yang masih suka sama cowok aja bisa terperangah sendiri melihat Niken, gimana cowok yang beneran naksir cewek? Rasanya nggak mungkin ada orang di dunia ini yang nggak jatuh hati sama Niken, biar sedetik doang juga.

Sarah yang adalah cewek yang masih suka sama cowok aja bisa terperangah sendiri melihat Niken, gimana cowok yang beneran naksir cewek? Rasanya nggak mungkin ada orang di dunia ini yang nggak jatuh hati sama Niken, biar sedetik doang juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kepala lo miringin dikit, Sar." Kinan menelengkan kepala Sarah, yang sekarang sudah pasrah-pasrah saja entah mau diapakan wajahnya oleh Kinan. Dia tidak pernah familiar dengan make-up, tidak suka malah. Wajahnya jadi kaku dan mendadak dia jadi lupa bagaimana cara tersenyum yang normal.

Dari pengalamannya setiap dia difoto menggunakan make-up, badut saja masih lebih enak dipandang. Jadi lebih baik dia jauh-jauh dari benda-benda tersebut sebisa mungkin. Sarah tahu diri dia bukan cewek seperti Niken, misalnya, walaupun tentu saja dia kepingin, tapi kan nggak mungkin.

Dan seperti semua hal, permusuhan antara Sarah dan make-up juga punya beberapa pengecualian. Seperti pesta pernikahan saudaranya, misalnya. Dan sekarang tambah satu lagi: lomba paduan suara.

Mata Sarah masih terpejam, merasakan Kinan membubuhkan entah apa di pelupuk matanya. Tangannya yang berada di pangkuannya menggenggam ponsel yang pesan terakhir yang dia baca begitu ia sampai di lokasi lomba masih membuat Sarah tersenyum tanpa sadar.

Kak Yoga

Gue di jalan ya sama Kemal, bareng pasukan juga

Belum sempat Sarah membalas untuk bertanya siapa "pasukan" yang dimaksud, Kinan sudah menariknya ke sudut untuk didandani. Itu saja Sarah masih sempat protes sedikit-sedikit.

Yah, walaupun tidak akan sebanding dengan Kak Niken, dalam hati Sarah berharap semoga saja ketika Yoga datang nanti dia terlihat cantik. Sedikit juga tidak apa-apa.

The Art of CoincidenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang