XIX

5.3K 605 22
                                    

Setelah berlatih sekian lama, lomba story telling (Namakamu) akhirnya berlangsung. Walaupun dilaksanakan pada hari sekolah, (Namakamu) sudah diizinkan Kepala Sekolah. Di balai Bahasa, (Namakamu) berangkat bersama Ma'am dan Iqbaal. Kok Iqbaal bisa ikut?


Sebenarnya dia sendiri yang mengajukan. Iqbaal beralasan ingin menjadi dokumenter. Padahal, cowok itu hanya ingin melihat (Namakamu) tampil.

''Ma'am ke regristrasi dulu, ya. Kamu sama Iqbaal disini aja,'' ujar Ma'am yang memakai jilbab motif flanel itu. Ia meninggalkan (Namakamu) dan Iqbaal di pintu masuk.

''Gimana, (Nam)?'' tanya Iqbaal sambil terkikik melihat wajah gugup (Namakamu).

(Namakamu) mendecak, ''eh tukil. Muka gue kayak gini masih ditanyain gimana.''

''Ck, aku kan nanya doang,'' cibir Iqbaal. Cowok itu menarik anak rambut (Namakamu) sehingga gadis itu memekik.

Bugh

''Ngapain sih lo?!''

Iqbaal memegangi lengannya yang ditonjok (Namakamu), ''lagian kamu gemesin kalo lagi gugup.''

''Gemes tuh nyubit pipi, bukan rambut. Bego.''

''Oh, jadi pipi ya?'' dengan segera Iqbaal mencubit kedua pipi (Namakamu) dan menggoyangkannya kekanan-kiri, ''iya, ya. Ternyata enakan nyubit pipi.''

(Namakamu) melirik sinis kearah Iqbaal. Diam-diam ia menahan perih di pipinya.

''(Namakamu), Iqbaal, Ma'am ketemu temen dulu ya. Nanti kalian ke podium 5 kalo udah ada pengumuman mulai,'' jelas Ma'am yang baru saja muncul, ''sayang, kamu urutan 13.''

(Namakamu) menerima ID peserta bertuliskan angka '13' dan penyelenggara nya.

''Podium lima, Ma'am?'' tanya Iqbaal meyakinkan pendengarannya.

Ma'am mengangguk, ''jangan jauh-jauh. Susah nyarinya nanti,'' tiba-tiba Ma'am grasak-grusuk merogoh tasnya dan menyodorkan uang berwarna pink kepada Iqbaal.

''Untuk apa, Ma'am?''

''Makan kalian berdua. Dibawah banyak makanan. Dari sekolahan itu dikasih,'' jelas Ma'am, ''udah ya, Ma'am kesana dulu.''

Setelah Iqbaal dan (Namakamu) mengangguk Ma'am langsung berjalan menjauh.

🍌

Dengan susah payah (Namakamu) mengekori Iqbaal saat menyusuri para pedangang kaki lima. Langkah kaki Iqbaal sangat lebar. Berbanding balik dengan (Namakamu) yang langkahnya kecil-kecil tapi cepat.

''Baal, tungguin gue kenapa, sih...'' pinta (Namakamu). Ia masih tetap berusaha mensejajarkan langkahnya.

Iqbaal bergeming.

Setelah menghentikan langkahnya, (Namakamu) duduk disebuah beton pembatas jalan. Ia terlalu lelah mengikuti Iqbaal.

Sepertinya Iqbaal tidak menyadari bahwa (Namakamu) tidak lagi dibelakangnya. Karena Iqbaal tidak muncul sedari tadi.

Motivator Boy·IDR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang