XXXVI

4.4K 538 20
                                    

Sesampainya dirumah, dengan semangat Iqbaal melempar tubuhnya keatas kasur. Ia memutar-mutar ponsel putih berbalut casing cipratan warna-warni cat yang Iqbaal yakini adalah hasil tangan gadis judes itu. Setelah puas menatap benda itu, Iqbaal mulai membuka lockscreen yang ternyata tidak terkunci. Yang membuat Iqbaal kecewa adalah gambar yang terpampang di wallpaper ponsel (Namakamu). Bukan potret dirinya. Melainkan seorang cowok yang Iqbaal tidak ketahui. Tapi (Namakamu) sering menyebutnya dengan 'Abang Camdal'. Huh, Iqbaal cemburu.

''kira-kira gue bongkar apanya dulu ya?'' pikir cowok itu menimbang-nimbang. Ia terus menerus men-swipe menu bolak-balik tanpa tujuan jelas.
Contact

''Serius cuma 8?'' pekik Iqbaal dalam hati. Dengan perlahan jarinya menelusuri satu persatu kontak yang disimpan (Namakamu).

Aldi

Caitlin

Cassieee

Ibuuu❤❤

Nina Bobo :)

Ratna

Steffi lambe

Senyum mendadak terukir di wajah Iqbaal yang karismatik itu. Entah mengapa ia merasa bangga saat mengetahui (Namakamu) menyimpan kontaknya dengan nama buatannya sendiri. Iqbaal anggap sebagai panggilan sayang dari (Namakamu). Ditambah dengan embel-embel emotikon senyum dibelakangnya. Ia merasa berada diatas Aldi yang namanya biasa saja.

''Rasain! HUAHAHA ...''

Hanya beberapa detik tawa itu menggelegar sebelum akhirnya hilang tanpa jejak. Jika saja ia tidak ingat bahwa Aldi masih di rumah sakit, mungkin tawa itu masih berlanjut. Tunggu, memangnya cowok itu masih di rumah sakit, ya? Semenjak mengunjungi Aldi waktu itu, Iqbaal tidak tahu lagi kabar cowok yang bernotabene mantan pacar (Namakamu). Mendengar namanya saja sudah tidak pernah.

🍌

''BAAAAAL!''

''Waalaikum salam.''

''Iya-iya. Assalamualaikum!''

''Nah ada apa (Namakamu) telepon malem-malem begini?''

Hening sebentar. ''baal? Kok jadi sok imut gini sih. Geli tau nggak.''

''Berarti cocok sama panggilan kamu dong. Imut-imut gitu. Ya, ya, ya?''

''kalo bukan Karena khawatir sama hp aku, langsung aku matiin, Baal. Serius.''

''khawatir sama hpnya apa sama isinya?'' seringai terukir di wajah tampan Iqbaal.

''Iqbaal, lo buka apaan aja? Nggak sopan banget sumpah. Pokoknya aku bakal pesen ojek buat kesana dan ambil hape aku!''

''Jangan dong. Aku kan baru liat kontak doang.''

''terserah deh. Ini telepon pengin dipake Ibu. Pokoknya, besok pagi anter ya!''

''SIAP! By the way, malam (Namakamu).''

''Iya, too. Udah ya. Ibu udah ngedumel pengin make telepon. Assalamualaikum.''

''Waalaikumsalam.''

Sungguh, Iqbaal kesal sendiri. Bagaimana tidak, baru beberapa menit mendengar suara gadis pengisi hatinya itu, malah harus berhenti. Namun jika dipikir-pikir, ini semua salahnya. Pakai segala sita ponsel. Ya tapi kan Iqbaal melakukannya supaya (Namakamu) kapok mengacuhkannya. Jadi menurutnya ini sah-sah saja.

''ARGH!''

Dengan terpaksa Iqbaal mengambil jaketnya dan pergi ke kamar kakaknya. ''Teh! Teteh!''

Motivator Boy·IDR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang