XX

5.6K 628 61
                                    

Omaygod mulmed ucul sangat :(

🍌

Semenjak Aldi mengajaknya balikan, (Namakamu) mengindari cowok itu. Bukan tanpa alasan, tentunya. Tapi karena, entah mengapa sikap Aldi membuat gadis itu risih. Walau memang ia mengharap hubungan mereka kembali utuh.

''Cas, gue pernah sumpah nggak akan jatuh cinta selain sama Aldi,'' jelas (Namakamu) sore itu, ''tapi apa sumpah itu menutup kemungkinan gue jatuh cinta sama orang lain?''

Cassie menghela napas, ''kamu bebas jatuh cinta sama siapapun. Tapi, resikonya kamu tanggung sendiri.''

Sambil mendecak (Namakamu) berkata, ''bukan itu maksud gue.''

''Terus?''

''Apa gue bener-bener nggak bisa jatuh cinta sama selain Aldi?'' tanya (Namakamu) dengan raut wajah serius.

''Jawabannya cuma kamu yang tau.''

🍌

Di kamarnya, Iqbaal tak berhenti bolak-balik. Dia gelisah. Ditambah pertemuannya kemarin. Awalnya ia yakin tidak akan mengecewakan (Namakamu), tapi, belum memulai, ia sudah berbohong. Kemarin, dia bukan berlatih. Melainkan bertemu Steffi. Oke, rasa gelisahnya tidak ada hubungannya dengan Steffi.

''Stef, lagi buru-buru nggak?'' tanya Iqbaal ketika Steffi akhirnya datang ketempat janjian mereka.

Steffi dengan yakin menggeleng lalu duduk disebelah Iqbaal.

''Hmm... Gimana ya, ngomongnya.''

''Mau ngomong apa sih, Kak?''

Iqbaal menghela napas, ''aku suka sama (Namakamu).''

Tidak ada perubahan drastis diwajah Steffi. Malah senyum yang kini terukir disana.

''Jangan marah sama (Namakamu), ya. Marah sama aku aja, Stef.''

''Ngapain marah? Lagian gue juga udah tau kali, Kak,'' sahut Steffi sambil terkekeh.

Jawaban Steffi membuat Iqbaal tergelak, ''kok lo bisa tau? Lo ngeliat gue ngomong? Lo ngedenger gue lagi monolog? Atau lo bisa baca pikiran gue?''

''Gue, bisa baca mata lo,'' jawab Steffi.

Entah tanpa disadari mereka telah menggunakan lo-gue. Mungkin memang nyaman nya begitu.

''Gue pengen nembak malu,'' kata Iqbaal yang kini tertunduk.

''Ngapain malu? Gue yakin cowok kayak lo nggak akan ditolak, kok,'' sahut Steffi. Gadis itu menatap tajam mata Iqbaal.

''Emangnya dia suka sama gue?''

Steffi menggaruk tengkuknya sambil tersenyum kecut, ''nggak tau juga, deh.''

''Yah, gue ngedown banget, Stef,'' cowok itu mengusap wajahnya kasar, ''tadinya gue pikir mau nembak dia di ring box. Tapi, kalo ditolak kan malu-maluin.''

Steffi mengerjapkan matanya beberapa kali, ''Ri-ring Box?! Lo petinju?'' seru Steffi.

''Bacot,'' umpat Iqbaal sambil menutup mulut Steffi sesegera mungkin.

Motivator Boy·IDR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang