XXXVIII

4K 410 13
                                    

masih ada epilog ya

happy reading 😊😊

🍌

Mungkin kelihatannya (Namakamu) dapat menjalani hari seperti biasa. Namun untuk Steffi, Cassie, bahkan Dilan, cewek itu terlalu memaksakan. Menurut mereka, kalau belum mau lupa, ya tidak perlu memaksa diri untuk melupakan.

Demikian juga Iqbaal. Cowok itu memang tetap cerdas dan ramah seperti biasa. Namun tetap saja. Ada sesuatu yang hilang dari senyum cowok itu.

''(Nam).''

''Ya, bang?''

Dilan menyender di bibir pintu kamar (Namakamu). Lalu berjalan mendekat ke adiknya yang tengah mengerjakan sesuatu. ''Lagi ngapain kamu?''

''Belajar, bang. Besok hari terakhir UKK.'' (Namakamu) membolak-balik buku cetaknya yang sedang ia catat. ''Emang kenapa?''

''Abang pengin ngomong ke kamu.'' Dilan langsung duduk di kasur (Namakamu). Kasur itu bersebelahan dengan meja belajar.

(Namakamu) segera menutup bukunya dan memutar posisi duduknya kearah Dilan. ''Ngomong aja, bang.''

Kepala Dilan menggeleng. ''Kamu belajar. Abang nanti dimarah Ibu.''

''Aku udah daritadi kok, bang,'' sela (Namakamu) dengan selipan senyum kecil. ''Abang tanggung jawab. Aku jadi terlanjur penasaran.''

''Duduk sini.'' tangan Dilan menepuk ruang kosong di sisinya. Menyuruh (Namakamu) duduk. ''Inget ya, abang ngomong gini bukan ngebela siapa-siapa.''

Kening (Namakamu) berkerut. Sepertinya ia sudah bisa menebak arah pembicaraan ini.

''Iqbaal ... pengin ketemu sama kamu,'' kata Dilan pelan. ''Pengin jelasin ke kamu.''

''Jelasin apa?''

''Dia tadinya mau jelasin ke abang. Tapi nggak.''

''Kenapa?''

''Urusan kalian berdua. Abang cuma bantu cari jalan tengah.'' Dilan tersenyum simpul dan merangkul adik satu-satunya itu. ''Besok abis sholat Jumat abang temenin. Mungkin kamu bakal dianternya sama dia.''

(Namakamu) mengangguk. ''Bang, harus ya aku ketemu dia?''

''Nggak.''

''Terus?''

''Kalo mau masalah selesai, ya ketemu. Kalo nggak, ya nggak usah.''

🍌

Sepulang sekolah (Namakamu) diantar Dilan ke tempat janjian itu. Disana sudah ada Iqbaal dan mobil pajero besarnya. Terlihat cool dan elegan, untuk (Namakamu).

''Baal,'' sapa Dilan kepada Iqbaal. Mereka melakukan tos khas anak cowok. ''Udah lama?''

''Belum, Lan,'' jawab Iqbaal. ''Emm ... Hai.''

Bibir (Namakamu) melengkungkan senyum ragu. Sebetulnya ada rasa canggung saat berdekatan dengan Iqbaal. Bagaimana tidak, mereka belum pernah berinteraksi selama 3 minggu terakhir.

Motivator Boy·IDR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang