Mulailah berusaha

1.1K 41 1
                                    

"Loh papa kok balik lagi? Ada yang ketinggalan ya?" tanya Caca sambil mendekat ke arah papanya yang ada di ujung pintu.

"Berkas klien papa ketinggalan." jawab papanya sedikit kesal. Caca bingung setengah mati. Setengahnya lagi sudah terkubur menerima kenyataan papanya datang lagi.

"Dimana pah? Biar Caca ambilin." jawab caca mencari alasan untuk menenangkan nafasnya. Papanya menatap ke arah Caca, setelah menatap tajam ke arah Dika.

"Kamu masuk kamar. Jangan keluar, sampai papa pergi lagi."

"Paaaa...." kata Caca dengan nada memohonnya.

"Kalau kamu mau tetep disini, silahkan. Kamu juga bisa lihat ada orang yang patah tulangnya malem ini." kata papanya menatap Dika.

Mampus gue! Suara di dalam hati paling kalut milik Dika

"Aaa, om, saya pamit ya. Mamah sendiri di rumah, maaf ganggu om. Ini ada martabak keju, semoga suka." pamit Dika membungkuk sambil menaruh bungkusan hitam dan melewati sebelah kanan papa Caca. Papanya tetap tidak menoleh lagi, Caca juga tidak bisa berkata. Hatinya telah rintih, dan pikirannya telah berhenti.

"Dika." panggil papanya. Dan Dika seketika berhenti sambil membolakkan matanya. Perutnya ia tahan, supaya tiba-tiba jika pelatih taekwondo nasional itu memukulnya, setidaknya tulang rusuk milik Dika tidak langsung patah.

Ah tapi tak apa. Kalaupun semuanya patah, dia masih punya satu. Dan laki-laki itu tidak akan bisa mematahkan satu tulang rusuknya yang sekarang hidup dengan baik dan tumbuh cantik bersamanya.

"Iii... Iyaa om?" jawab Dika sambil memutar balik badannya dan berdiri tegak yang gemetaran, gugup, kalut, keringetan, 'ini gue boleh langsung ilang kaga sih' katanya dalam hati.

"Jangan lagi kamu ganggu Caca, atau saya yang akan ganggu kesehatan kamu." gretak Papanya.

"Semoga dikabulin om. Permisi." jawab Dika begitu saja, dan langsung lari menuju luar pagar rumahnya, berlari sekuat tenaga kuda yang ia miliki.

***

Caca menunduk, rambut panjangnya jatuh. Ia senang papanya sekeren itu, tapi ia kesal papanya tak bersikap baik pada orang yang juga harusnya bisa membuat ia bahagia selain Dimas.

Dimas hanya tersenyum senang, melihat papa Caca melakukan itu ke Dika.

"Dim, makasih ya sudah ada disini. Maaf kalau om ganggu,"

"Eh nggak kok om." jawab Dimas sopan.

Papanya tersenyum, Caca masih menunduk, Papanya langsung ke kamar dan mengambil berkas yang ketinggalan. Lalu, tanpa banyak kata setelah pria setengah abad itu keluar, ia memeluk putrinya, mencium kening lebarnya, dan menyapu rambutnya ke belakang telinga.

"Jaga diri baik-baik." kata papanya. Seolah tidak terjadi apa-apa beberapa detik yang lalu. Ya Lord. Tak banyak tingkah, papanya langsung keluar lagi dari rumah itu.

Dimas mendekat ke arah Caca, merangkul bahunya dan membawanya duduk di samping kanannya.

"Sudah, papa kamu nggak bakal marah kok." kata Dimas sambil tersenyum. "Aku pulang dulu yaa." lanjutnya. Lalu ia langsung pergi.

Katakan, bagaimana cara tuhan menciptakan sebuah rasa? Aku dimilikinya, tapi hatiku dimiliki laki-laki lain. Hidupku di miliki ayahku yang tidak menyukai laki-laki lain itu.

Aku tak bisa memaksa ayahku untuk bekerja sama dengan laki-laki lain itu untuk membuatku bahagia. Karena ayahku bukan pilihan.

Dan kamu.

Masih belum dapat ijin jadi pilihan.

Jadi, jika kamu mendengar suara ku malam ini. Tolong berusaha lebih keras, jika kamu benar mencariku.

Lalu hujan turun lagi di malam hari, membasahi sedikit demi sedikit jendela persegi panjang kamar Caca, tumbuhan mulai basah dan air mulai mengisi kolam ikan. Ac kamar mulai mendingin, tapi hatinya masih panas.

Line ~

"Good Night Ca,"

Dika Leo Gevandy

"Arghhh" respon Caca ketika melihat layar ponselnya. Dan langsung menjatuhkan kepalanya di atas tangan kanan yang telah terlipat di atas tangan kirinya.

SISA HUJAN SORE ITUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang