Kertas Biru

1.3K 44 6
                                    

Caca terus membolakkan matanya, ia terpaku dan bingung akan melakukan apa. Dika mengejutkan Caca, dan Cacapun sadar.

"Ngapain disini?" tanya Dika.
"Makan."
"Sendiri? Atau sama orang lain?"

Caca diam dan tidak berani menjawab pertanyaan Dika. Ia pun juga tidak berniat untuk memberi tahu bahwa ia bersama Dimas.

"Apa masalahmu?" tanya balik Caca.

Dika meremas pergelangan Caca dan membawanya ke Bar pesanan. Dika mengambil kertas biru kecil dan bolpoin.

"Temui aku besok jam 19:30 di restaurant ini lagi. Sendirian."

"Nih." katanya sambil menyerahkan kertas itu.
"Ini apa?"
"Buka kalau kamu dirumah." jawabnya. Tangannya masih ada di telapak tangan Caca. Sisa dari pemberian kertas biru itu. Dika menoleh ke kanan dan kiri. Mengintai keadaan di sekelilingnya.

Cup.

Bibirnya mencium kening Caca.

Caca terbelalak, dan kaku. Tangannya masih terangkat dengan genggaman kertas biru itu.

"Bye Ca." lanjut Dika, dan dia pergi dari hadapan Caca.

Caca menyentuh kening yang dicium Dika dengan tangan kirinya. Hidungnya mulai memerah karena malu. Inilah hal yang paling dibenci oleh Caca. Jika ia merasa malu dan tersipu, hidungnya akan memerah dan membuat ia jadi semakin perempuan paling kotor di dunia.

"Shitt! Oh lord." umpat Caca yang kini melihat hidungnya memerah. Ia menunggu beberapa menit lagi di kamar mandi untuk memastikan hidungnya tidak merah dan ia kembali ke meja makan.

Tubuhnya mengalun melewati meja meja restaurant menuju meja bersama Dimas.

"Lama banget. Pup?" tanya Dimas yang langsung menyambar.

"Hah? Nggak kok. Ih. Udah dateng ya makanannya?"
"Dari tadi. Gih makan, keburu dingin."

Caca memotong daging dipiringnya, dan menyuap pelan ke dalam mulutnya. Pikirannya masih sangat tidak terkendali. Bagaimana caranya bisa sesantai itu mencium dirinya di depan bar? Kenapa dia melakukan itu? Dan kertas itu? Oh my god! Kertas itu!

Caca menaruh garpu dan pisaunya secara tiba tiba. Dan membuat suara cukup keras di sekitarnya.

"Ada apa Ca?"
"Nnggg bentar bentar mas. Kayaknya ada sesuatu yang ketinggalan di kamar mandi."

Caca langsung mendorong kursinya dan berlari ke dalam kamar mandi. Tubuhnya mencari-cari kertas dari westafel hingga lantai lantainya.

"Shittt! Mana sih? Gila sumpah. Itu apa? Demi apa bisa mati penasaran sepuluh turunan ini mah." tangannya menggaruk-garuk kepalanya dan akhirnya ia menopang tangannya di atas westafel.

"Oke Ca. Inget... Tadi sama kamu taruh manaaaa?" katanya bermonolog sambil melihat setengah tubuhnya di depan kaca. Ia mulai kebingungan bukan kepalang.

"Ohh shitt! Why I am so forget. Ohhh, gimana ini?"

Dimas tiba-tiba masuk dan berdiri santai menyilangkan kaki kanannya di atas kaki kirinya. Tangan kirinya masuk saku, dan ia mengangkat tangan kanannya yang di sela sela jari telunjuk dan jari tengahnya, terselip kertas biru itu.

"Kamu cari ini?" tanya Dimas dan membuat Caca langsung menoleh, dan tertuju pada kertas biru itu.

"Loh? Kok ?" jawab Caca gelagapan.

SISA HUJAN SORE ITUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang