Pengakuan Singkat

2.1K 85 9
                                    

Caca mulai gugup, dan ia mengedip kedipkan matanya. Membuat bulu mata atas dan bawahnya bertemu dengan sangat cantik di sore itu. Hujan telah meninggalkannya dan menyisakan basah di lantai jalanan.

"Ca?" panggil Dika lagi.

"Aaa mm-maksud kamu apa?"

"Kamu pernah kangen sama aku?"

Caca mulai kesal dan alis berwarna karena bentukan pensil alis warna abu abu mengernyit di tengah.

"Kamu masih nggak lulus ya kuliah?" tanya caca jengkel.

"Kasih aku waktu dan tempat, aku bakal jelasin semuanya ke kamu Ca." penjelasan singkatnya.

Caca terdiam menatap laki-laki tampan di depannya. Payung merahnya mulai membeku karena tidak dibiarkan bergerak. Akhirnya caca menghembuskan nafas, membuat rongga dadanya naik dan turun lagi. Kepalanya menunduk dan ia tertawa kecil di depan Dika. Kali ini, Dika yang bingung, apa yang membuat gadis lugunya tertawa?

"Kenapa ketawa?"

"Dik, kamu benar. Aku memang pernah kangen kamu. Dan itu sulit. Tapi maaf, makin kesini aku tahu, orang yang benar tulus tidak akan benar benar pergi tanpa sebuah kebenaran." jelas Caca dalam nada santainya. Dan ia langsung meninggalkan Dika dengan hati-hati, wajah datar, dan matanya yang sayu.
Dika terus terdiam dan mematung di tempatnya, menelan dalam dalam penjelasan Caca.

Benar, mungkin waktu itu jika Dika tidak membiarkan Caca sendiri dan tanpa sebuah kemutlakan, Caca tidak akan berperilaku seperti ini. Dika tahu karakter wanita lugu dan cantiknya. Ia perempuan yang tidak pernah mempedulikan hasil jika prosesnya telah luar biasa membuatnya kagum. Namun, siapa sangka Dikalah yang membuat proses itu retak dan terbelah.

***

Dika langsung berjalan ke depan dan menghentikan taxi di halte tadi. Ia tidak ingin menganggu perempuannya. Dia tidak bisa dibilang menyerah, tapi dia harus menyiapkan strategi. Iya. Persis seperti tentara untuk menyiapkan perang. Penuh strategi, kemenangan adalah kerja sama tim. Dan tim Dika saat ini, adalah Usaha, Doa, Hati, dan Perilakunya.

"Ca, kamu bisa terus menghindar dengan seratus alasan sekalipun, tapi maaf. Aku hanya ingin memberi penegasan, bahwa aku memiliki seribu persiapan untuk membuatmu kembali."

Katanya dalam hati, dan menyenderkan kepala di tempat duduk taxi belakang. Hujan mulai deras lagi di jam set.6 sore dengan langit yang mulai menghapus jingga matahari di sisa senja hari ini.

SISA HUJAN SORE ITUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang