Naruto memandang bingung sesuatu yang berada di bawahnya kemudian beralih pada Gaara yang tersenyum tipis. Gaara menyeretnya untuk berdiri di atap sekolah bagian belakang. Dari sini shappire Naruto dapat menangkap halaman belakang dan sebuah bangku panjang yang dudukkannya ditutupi salju. Tapi bukan itu yang membuat kening Naruto mengernyit, melainkan tulisan kanji besar yang dibuat dari goresan ranting yang membentuk satu kata di atas salju.
"Keabadian," Pemuda jade berujar, angin dingin bertiup membelai rambut merah batanya. "Hanya itu yang bisa aku lakukan agar 'dia' mau menemuiku." Naruto memperhatikannya dan mendengarkan ucapan Gaara dengan alis bertaut lemah. Ia langsung mengerti siapa 'dia' yang dimaksud oleh Gaara. Si pirang ingat dengan sangat jelas bagaimana persyaratannya pada Gaara ketika pemuda jade meminta mereka bertemu.
"Gaara.." kepalanya di tundukkan, tidak bisa menghilangkan kebiasaan tersebut ketika bertatapan dengan Gaara. Jade itu terlalu menusuk untuknya.
"Dari suaramu sejak awal aku sudah tahu kalau kau yang berada di situ," Gaara mengangkat dagu Naruto dengan jarinya yang panjang hingga pemuda pirang mendongak menatapnya. "Setiap melihatku kau selalu ketakutan, kau selalu menundukkan pandanganmu. Tapi aku senang kita bisa bicara normal sejak wajahmu kau sembunyikan, karena itulah selama ini aku berpura-pura tidak tahu."
Kemudian Gaara menggeleng pelan. "Tetapi aku tidak mau seperti itu lagi, aku ingin bertemu Naruto yang sesungguhnya. Kita bisa berteman jika kau mau."
Naruto memandangnya tidak percaya. Ia tidak bisa menebak jalan pikiran seorang Gaara. Pemuda itu acuh padanya ketika mereka di hadapan Sasuke dan terkadang pemuda itu berkata seolah ia sangat membutuhkan Naruto. Rasa sakit dalam hatinya timbul setelah mendengar ujaran pemuda jade.
"Naruto..?" panggil Gaara, melambaikan telapak tangannya di depan wajah Naruto.
Naruto menggeleng pelan. "Maukah, Naru?" Gaara menatap dengan mata meminta. Ia sangat berharap Naruto mau menerimanya sebagai teman, atau.. lebih? Ia bahkan tidak memiliki alasan yang pasti untuk dekat dengan Naruto. Hati kecilnya sungguh ingin melindungi pemuda manis tersebut. Naruto sendiri memang mudah saja menerima Gaara, tetapi yang ia takutkan hanya Sasuke. Jika ia dan Gaara berteman maka pemuda cepak akan sangat marah dan pada ujungnya Naruto yang akan terkena imbas. Gaara adalah sahabat Sasuke sejak kecil, mereka selalu bersama. Apalagi ini ditambah dengan urusan budak. Naruto bukanlah level Gaara.
"Ma-maaf Gaara.. Tapi, bagaimana dengan Sasuke? A-aku.. tidak yakin jika dia akan mengijinkan," katanya sangat pelan.
"Tidak ada hubungannya dengan Sasuke. Malah aku ingin sekali menendang kepalanya karena sering membully-mu," balas Gaara. Ia menggeram tertahan. Naruto mengangkat alis. "Perlu kau tahu Naru, jika aku bukanlah seperti Sasuke. Memang aku memintanya supaya kau juga mau jadi budakku, tapi itu hanya trik-ku saja supaya bisa melindungimu dari semua perlakuan kasar Sasuke. Jika aku ikut dalam urusan budak itu, secara tidak langsung bisa menyita waktu Sasuke membully-mu karena pada saat itu kau sedang bersamaku."
Naruto menggigit bibir, tidak tahan dengan ujaran Gaara. Jadi selama ini pemuda jade melindunginya? Naruto terlalu bodoh untuk menangkap setiap kode yang di berikan oleh Gaara hingga ia seenaknya berpendapat bahwa Gaara termasuk 'mereka' yang gemar membully-nya, Naruto mengutuk dirinya dan segala ketidak sadarannya akan kepedulian Gaara padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENMYTI✅
FanfictionAntara permusuhan dengan pertengkaran kanak-kanak. Mana yang lebih kau pilih? SASUNARU. GAANARU. ITANARU. Warning : ada sedikit perubahan pairing! HANYA BERISI CHAPTER 8 - 25 CHAPTER 1 - 7 ADA DI FANFICTION.NET