10

2.2K 240 11
                                    


Setelah Naruto tenang dan tertidur, Itachi keluar dari ruang kesehatan. Mendapati Gaara yang menatap tajam padanya. Pemuda jade meminta penjelasan.

''Kau masih ingat dengan tim yang kita kalahkan dalam balapan 2 hari yang lalu?''

Gaara hanya bergumam.

''Mereka datang dan menantang kita untuk balapan lagi. Dan aku menerimanya, jika tidak Naruto dalam masalah.''

''Kenapa mereka melibatkan Naruto!? Ini masalah kita, tidak ada hubungannya dengan dia.'' Gaara mengernyit menyadari bahwa ada sesuatu yang salah. Emosinya naik.

''Entahlah, aku juga tidak yakin. Tapi firasatku mengatakan bahwa mereka punya orang dalam.''

Gaara setuju dengan pendapat Itachi, mereka berempat sedang di awasi. Ia akan mencari pelakunya, yang berani memata-matai mereka. Jika ditemukan, Gaara tidak akan segan menghabisinya.

''Lalu, bagaimana dengan Naruto?''

''Dia hanya shock. Aku sudah memberinya obat penenang dan dia sudah tidur sekarang.''

''Baiklah, Itachi, beritahu Sasuke tentang hal ini. Kita akan berlomba di Narita nanti malam,'' ujar Gaara, mendesis. ''Aku akan menemani Naruto sebentar.''

Itachi dengan tampang datar membalas ujaran Gaara, ''Tanpa dimintapun, dengan senang hati, Gaara. Kita kalahkan lagi mereka.''

Dia berbalik, berderap meninggalkan Gaara yang memasuki ruangan tempat Naruto beristirahat. memberitahu Sasuke adalah jalan terbaik. Ini menyangkut keselamatan Naruto dan Itachi beropini bahwa Sasuke tidak akan membiarkan Naruto terjerat bahaya, walaupun adiknya itu terlihat membenci Naruto, tetapi dalam kasus ini Sasuke pasti sependapat dengan Itachi dan Gaara. Mereka bertiga akan menjaga Naruto.

.

.


Tidak ada yang menyadari bahwa hatimu telah dirasuki sesuatu. Seseorang yang kau benci mungkin akan menjadi teman dekat bersamaan dengan iringan putaran waktu dan hari-hari yang engkau habiskan bersamanya.

Orang-orang tidak bisa membenci sesuatu dengan terlalu atau menyukai secara berlebihan. Itu akan menimbulkan karma dan karma akan datang kepada mereka yang tidak mempercayainya.

.

Sasuke merasakan sakit kepala yang sangat. Sudah empat buah pil aspirin yang dia minum, tetapi kepalanya tetap berdenyut. Sudah cukup dengan masalah hidupnya yang rumit, tidak perlu ditambah dengan kehadiran Sakura. Sasuke dengan senang hati memperbolehkan orang-orang mengatainya lelaki bajingan. Dia tidak bisa mencintai Sakura walaupun Sakura mencintainya. Sakura tidak harus mencintai Sasuke dan Sasuke tidak wajib membalas cinta wanita itu.

.

''Sasuke-kun, maukah nanti malam menemaniku ke toko kue?'' Sakura bertanya dengan pipi merona.

''Maaf, aku tidak bisa. Aku memiliki acara dengan teman-teman di Garasi.''

Wanita beriris aquamarine itu tertunduk, ''Oh begitu, padahal aku ingin sekali membeli kue untuk ibu yang berulang tahun hari ini.''

''Ck, baiklah. Tunggu aku di rumahmu setengah delapan. Jangan buat aku menunggu.''

Salah satu alasan Sasuke tidak bisa menolak ajakan Sakura :

Ibu.

Sasuke tidak tega mengecewakan hati seorang ibu.

.

''Sasuke, kau di dalam?'' seseorang mengetuk pintu dari luar, itu Itachi.

Ia menjawab, Itachi membuka pintu, ''Tidak biasanya kau mengetuk pintu sebelum masuk?'' tanyanya, mendapati Itachi yang mendadak aneh.

''Syukurlah, kau di sini. Ada sesuatu yang ingin kuceritakan padamu.''

Sasuke mengangkat alis, ''Tentang apa?''

''Naruto,'' jawab Itachi, ''Dia...'' dia mulai bercerita dari awal tentang Naruto yang dijadikan sebagai barang taruhan oleh kelompok Kyuubi. Sasuke menyimak dengan baik karena dia adalah pendengar yang baik. Sasuke tidak tahu pasti, setelah Itachi menyelesaikan ceritanya, si raven merasakan kemarahan yang mendidih di kepalanya.

''Kau serius?''

''Untuk apa aku berbohong?'' Itachi mendengus.

Sasuke menyumpah, ''Rubah bangsad -rendah! Mereka tidak tahu saja berurusan dengan siapa.'' ia mendecih dan melempar pandangan tajam ke salah satu sudut ruangan, ''Akan kukirim dia ke neraka jika berani macam-macam dengan Naruto,'' lanjutnya samar dan Itachi masih dapat mendengarnya dengan jelas.

''Ya. Tapi kau harus memberikan coklat pada Sakura karena tidak bisa kencan dengan pacarmu itu. Maksudku kita berlomba nanti malam, brother.''

''Dia. bukan. pacarku. Lagipula dia hanya mengajakku membeli kue untuk ibunya. Tapi, tunggu- dari mana kau tahu?''

Itachi tersenyum tipis, ''Itu tidak penting. Aku sudah pernah bilang jika aku akan selalu mengawasimu. Sebagai kakak aku hanya memperingatkanmu bahwa lelaki yang menyakiti hati wanitanya adalah lebih buruk dari bajingan. Kau bisa bercermin pada ayah.'' ia menghela napas.

''Jika kau membenci ayah berarti kau juga membenci dirimu yang sekarang. Setidaknya ayah sudah berusaha berubah.'' Itachi memberi jeda, ''Kau mungkin bosan mendengarnya, tapi kuingatkan lagi, Sakura adalah gadis yang baik dan mungkin bisa memperbaiki hidupmu. Dia adalah wanita yang menyukaimu diam-diam sejak kecil, Sasuke.''

Itachi, menyentuh kening Sasuke dengan dua jarinya, ''Tapi, sekarang kau sudah dewasa dan bisa menentukan jalan mana yang lebih baik kau jejaki.''

Terkadang Itachi memang bersikap kekanakkan dan menjengkelkan tapi terlepas dari itu Sasuke menyadari bahwa Itachi adalah kakak yang paling bijak, orang pertama yang menuntun Sasuke, membimbing setiap langkahnya. Dan selalu mengingatkan Sasuke. Dia mengakui bahwa Itachi adalah kakak terbaik sedunia sejak dia pandai berbicara, saat itu umur Itachi 5 tahun.

''Hn,'' hanya itu respon Sasuke, dia membuang pandangan saat Itachi tersenyum hangat.

''Jika kau tetap ingin berlomba kita ke garasi sore ini, tapi jika kau ingin menemani Sakura, aku juga tidak bisa menghalangimu. Pilihan bergantung padamu Sasuke.'' ia kembali serius.

Dan sasuke dengan mantap menjawab, ''....

.

.

Gaara memperhatikan wajah tidur Naruto, dia masih terlihat pucat. Pemuda jade mengulurkan tangannya untuk ditempelkan pada dahi si pirang. Dingin menjalar pada kulit Gaara.

Ia lalu menyiapkan air dan handuk kecil, mengompres dahi Naruto dan akan mengganti air setiap 5 menit.

Pemuda jade melakukannya dengan baik, hingga Gaara melupakan waktu. Dia melirik arlojinya. Satu jam lagi adalah jam pulang. Gaara merasakan kantuk, tidak ada salahnya ia tidur sejenak untuk melepas lelah sembari menunggu Naruto bangun.

Gaara melipat tangannya pada tepian ranjang Naruto, mengenggelamkan wajahnya di sana.

.....

Naruto terbangun tepat saat bel pulang berbunyi. Ia mencengkeram kepalanya karena rasa sakit sekilas yang datang tiba-tiba. Naruto berkedip bingung mendapati handuk kecil di dahinya.

Pandangannya turun, melihat pada pemuda berambut merah tengah tertidur. Naruto mengingat saat Itachi dan Gaara membawanya ke ruang kesehatan.

Tidak ada seorangpun disini, selain ia dan Gaara. Pemuda jade-lah yang menjaganya hingga dia sendiri tertidur. Ia yakin yang merawatnya setelah diminumkan obat penenang oleh Itachi, juga Gaara. Naruto tersenyum.

''Terimakasih,'' bisik Naruto lembut, seakan tidak ingin membangunkan tidur Gaara. Telapak tangannya mengusap surai merah bata dengan sangat pelan dan hati-hati.

Tanpa Naruto sadari, Gaara juga telah bangun. Ia tersenyum mendapati usapan di kepalanya dan mendengar ucapan terima kasih seringan angin dari Naruto. Ia berharap waktu berjalan lebih lambat ketika bersama Si pirang seperti sekarang.

ToBeContinued..

See ya next chapter, minna..^^

ENMYTI✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang