20

1.2K 154 18
                                    


Pagi hari datang dengan cepat. Semua murid dibangunkan lebih awal untuk kegiatan senam. Ada yang mengeluh, menggerutu dan bahkan mengumpat karena tidur mereka diganggu. Tapi bagaimanapun. Mereka tetap menurut walau harus keluar dari tenda dengan tubuh lunglai seperti zombie.

Selesai senam, masih ada kegiatan hingga tengah hari. Dilanjutkan dengan tarik tambang, volly pantai dan lari estafet. Sayangnya Naruto tidak ikut satu kegiatanpun. Ia hanya bisa menatap semua itu dengan lilitan selimut di tubuhnya. Seperti ikan buntal. Suhu tubuhnya merambat naik. Ia mudah terserang penyakit akhir-akhir ini.

Beberapa siswi terkikik saat mereka melintas di depannya.

Si pirang merengut, ia menggembungkan pipi.

"Sebaiknya kau istirahat di dalam." Sasuke berjalan kearahnya dengan kaos basah berkeringat. Wajahnya terlihat berseri-seri. Sepertinya Tim Sasuke memenangkan pertandingan kali ini. Ia duduk diatas potongan kayu samping Naruto, menatapnya dengan onyx dan muka datar. "Kau bisa tambah sakit jika tetap disini."

Naruto menatapnya balik, "Tidak mau." Dia menggeleng lalu mengusap hidung merahnya yang terasa gatal. "Aku merasa menjadi anggota tak berguna ketika timku sedangkan berlomba dan aku hanya tidur di dalam tenda." Suaranya terdengar sengau dan ada batuk sebelum ia berkata. "Lebih baik aku menonton dari pada tidak sama sekali."

Sasuke menghela napas, "Terserah padamu." Ia lalu membuka kaosnya, menyisakan Topless tanpa cacat, Naruto membuang pandangan ketika pipinya terasa panas. Sasuke punya otot tubuh bagian atas idaman para pria. Demi apapun, apa pemuda raven ini ingin membuat daerah sekitarnya banjir darah? Sadarlah Teme, gadis-gadis itu menatapmu sambil berkhayal yang tidak-tidak. Naruto mendengus sarkas.

"Kenapa?"

"Tidak ada."

Sasuke menyeringai tipis. Ia memang sengaja melakukan hal tersebut.

"Besok semua tim akan menjelajahi hutan." Sebelum berujar ia berdehem untuk mengambil perhatian Naruto. Si pirang itu menolehkan kepalanya pada Sasuke, mendengarkan pemuda itu bicara menggunakan suara beratnya. "Jika kau tidak bisa ikut, aku akan meminta seseorang untuk menemanimu disini." Entah kenapa, pandangan Sasuke terlihat begitu lembut. Naruto tidak bisa menjaukan matanya dari sana.

"Tidak perlu Sasuke." Si pirang tersenyum dan Sasuke sangat menyukai senyuman semacam itu. Dia tidak tahu sejak kapan ia mulai terobsesi dengan semua tentang Naruto. "Aku berjanji akan sembuh." Ia memberikan kelingkingnya. Sebuah kebiasaaan yang ia lakukan jika bersama orang-orang terdekatnya.

Sasuke menatap kelingking mungil itu untuk sejenak sebelum beralih pada wajah Naruto, hal semacam ini bahkan belum pernah ia lakukan di masa kecilnya.

Shappire Naruto berkedip bingung mendapati Sasuke tidak bergeming, hingga ia sadar bahwa seseorang di depannya bukanlah orang tuanya maupun Gaara. "Haha.. ha.. aku hanya.." ia tertawa hambar, menundukkan pandangandan hendak menurunkan kelingkingnya.

"Kuingat janjimu," ujar Sasuke, secepat yang ia bisa mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Naruto. Si pirang melebarkan matanya, tampak begitu terkejut. Saat Sasuke tersenyum padanya, Naruto ikut mengangkat sudut bibir.

"Hm!"

Naruto memang kekanakan tapi Sasuke tak pernah bilang bahwa ia membenci hal yang demikian.

....

"Kau sudah menyiapkan barang-barang yang diperlukan?" Neji bertanya keesokan harinya ketika Naruto masuk kedalam tenda mereka. Pemuda pirang itu mengangguk sembari tersenyum. Neji sedikit khawatir menatapnya. Ia ragu dengan kepulihan Naruto, pasalnya wajah pemuda itu masih pucat. "kau yakin tetap ikut?"

ENMYTI✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang