Prolog

227 26 13
                                    


☕☕☕




Secangkir Kopi

Kuteguk perlahan, nikmat kurasa
Pahitnya buatku berkimbang, legit kucoba
Aku mau, lagi dan lagi, terus menjadi morfin
Tak kutengok pitawat, sinambung reguk, aku ingin!

Tak kusadari, taksin beraksi, mempati sel-sel tubuh
Begitu nyeri, lara berhimpun, menyobek lever, aku lengah!
Apa yang terjadi pada jiwa, sampai kurasa ingin mati
Dia digores, disobek, luka menganga, sungguh jati!

Aku ingin pulih, namun tak mungkin bisa kembali
Laraku terus kau keruk, biar telah dalam terus kau gali
Aku ingin mati, namun Tuhan kata belum saatnya
Kuhadapi biar pahit, kupaksa diri, aku ingin bebas! Biar tak ada gaya

Hari-hari bagai berabad-abad, kulalui dengan sengsara
Ingin aku bergerak, berdikari, sampai tak ada lara
Dan akhirnya aku kuasa, tak ada lagi jiwa menikam
Tapi rasanya kebebasanku telah hilang, aku terkurung, waktu terasa malam

Kupertimbangkan, apa yang Kau rencanakan untukku
Sampai kutemukan jawaban, Kau Maha Baik padaku
Biar kuhidup dalam gelap, namun Kau beri cahaya terang di jiwaku
Aku bernapas, bergerak, merasa, walau tak seperti dulu, sejak hilangnya hibatku



-Dari penikmat secangkir kopi



☕☕☕


Secangkir KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang