Bagian 2 - Amor yang tak tergubris

153 16 27
                                    

Amor yang tak tergubris

Aku renjana surya
Tapi, hujan meraya
Kilat, petir menyembur
Hibatku melebur

Aku terperenyak
Anganku mengayak
Lara berhimpun
Mencabik tampa ampun

Aku terhempas
Tak ingin melepas

Aku jatuh..


-Dari cinta yang terabai

🐥💔🐣


Dingin di malam ini tidak menjadi penghalang bagi aku tuk datang. Aku merapatkan jaket yang kukenakan. Malam ini sangat dingin.

Sudah dari lima menit yang lalu aku duduk di taman bunga ini. Di sini begitu wangi. Karena bunga-bunga di sini pastinya, benar-benar ciri khas untuk kota ini, Tomohon. Yang dikenal sebagai kota bunga. Hingga banyak pendatang yang singgah untuk melihat pesona kota Tomohon.

Jangan harap kamu akan merasakan hangat atau panas, jika berada di kota Tomohon. Walau siang pun kota ini terasa dingin. Apalagi selepas hujan. Bisa buat menggigil. Tapi inilah yang menjadi keistimewaan tersendiri di kota ini. Hingga saat aku berkunjung di kota lainnya, aku begitu rindu dengan Tomohon, di mana suasananya, makanannya yang pedas, adat yang begitu kekeluargaan.

Juga yang tidak lupa, penduduk kota ini begitu menjunjung tinggi adat. Sampai saat ini. Ini merupakan suatu usaha agar tidak pudarnya budaya yang ada. Bahasa di sini pun begitu khas, meski sama-sama bahasa Manado. Cara bicara penduduk di sini begitu unik, lebih halus dibanding kota lain yang mengenakan bahasa Manado. Itu menurutku. Mungkin ada yang mempunyai pendapat yang berbeda mengenai kota Tomohon.

Dan saat ini, di kota Tomohon. Aku memutuskan untuk mengungkapkan rasaku pada Ando. Tidak ingin menyimpannya lebih lama lagi. Mungkin saja kan hubunganku dengannya akan selangkah lebih maju, atau malah sebaliknya? Entah.

Aku memutuskan akan berkata jujur mengenai perasaanku karena menurutku inilah hal yang terbaik. Dibanding hanya diam, entah sampai kapan. Tidak akan membuat hubunganku dengan Ando berkembang.

"Hai, so lama menunggu?"

Aku membalikkan badan saat seseorang menyentuh pundakku. Dan suara itu, suara Ando. Dia sudah datang rupanya.

"Nyandak. Nyak talalu lama, kuak, (Tidak, tidak terlalu lama, kok,)" jawabku, sambil tersenyum lembut padanya.

Suasana hening seketika. Aku gugup bukan main. Sebuah lagu tiba-tiba muncul di kepalaku.

Mau bilang cinta tapi takut salah..

Bilang tidak ya.. bilang tidak ya..

Mau bilang sayang tapi bukan pacar..

Tembak tidak ya.. tembak tidak ya..

Tembak tidak ya.. tembak tidak ya..

Mau bilang cinta tapi takut salah..

(Al Ghazali - Lagu Galau)

Oke. Aku positif galau. Dengan suasana yang begitu mendukung. Aku jadi bingung mau bicara apa. Semua kata-kata yang telah kususun sejak tadi, hilang seketika. Apalagi saat melihatnya, menatap wajahnya. Begitu menghipnotis. Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Mendadak rasa takut muncul. Tubuhku semakin dingin. Aku menggigil. Ya, Tuhan. Bagaimana ini. Otakku pun blank seketika.

"Ehm, ngana mo bilang apa?" Ando menatapku. Aku semakin kalang kabut.

Apa yang harus kukatakan. Aku... tidak tahu. Aku. Lupa. Lupa! Ya, Tuhan. Kenapa penyakit ini muncul di saat-saat yang tidak tepat.

"Ngana pasung dapa lia malam ini. (Kamu ganteng malam ini.)" Aku coba mengalihkan pikiranku. Jangan sampai rencana yang telah kubuat gagal. Jangan sampai.

"Iyo. Kita tau. Kita memang so gaga dari dulu, (Iya. Aku tahu. Aku sudah tampan sejak dulu,)" tuturnya.

Ando semakin curiga padaku. Aku rasa. Terlihat dari gerak tubuhnya. Dia semakin memperhatikanku. Dan aku pun semakin tidak tahu apa yang harus kusampaikan. Aku gemetar.

"Ngana mo bilang apa so?" tanyanya. "Bilang jo, nyak usah tako. (Bilang saja, jangan takut.)" Ando makin mendesakku.

Inilah saatnya. Tekanku dalam hati.

"Kita suka pa ngana. (Aku suka sama kamu.)"

Aku menatap rerumputan. Kemudian menarik napas dan mengembuskan perlahan. "So dari dulu, dari awal tong dua baku dapa. (Sejak dulu, dari awal kita berkenalan,)" tuturku.

"Ngana barmain? (Kamu bercanda?)"

"Tape rasa nya barmain bagitu. (Rasaku tidak sebercanda itu.)" Aku pun memberanikan diri menatapnya. Berharap dia mau mengerti. Dan mau menyambut rasaku dengan baik.

Tapi dia tidak juga bicara. Dia bungkam. Malah menatapku tajam. Ada apa dengannya?

"Ngana tau. Kita so anggap pa ngana tape adek sandiri. Ta sayang pa ngana. Mar, bukang sayang yang sama deng nga da pikir. Ta so anggap ngana tape adek sandiri. (Kamu tahu. Aku anggap kamu seperti adik sendiri. Aku sayang kamu. Tapi, bukan sayang yang sama dengan apa yang kamu pikir.)"

Duniaku runtuh seketika.

Aku jatuh.

🐥💔🐣

Mohon masukannya semua...

Sobat bareng-bareng Zayfanhuer 6035_ty ScottLehnsherr95

pnlsabal

Penunjuk jalan Hldrsd blueincarnation MosaicRile

Choco_latte2

Pembimbing TiaraWales spoudyoo spoudyoo WindaZizty

destiianaa

Secangkir KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang