Melepas Hibat
Biar dia kubanglas
Kendati makin retas
Tak membidas
Diriku latasAmorku carik
Tak bisa kuracik
Kucoba mengabui
Batinku tak menyetujuiLubukku barut
Menindik, sakit!
Menghunjam, menikam
Atmaku kelamMasih bernapas
Meski kau pati, jelas!
Dia kasih, kau bengis
Tinggalkan luka, yang manis-Dari amor, yang ingin mati
🐥🐥🐥
Andai, aku dan dia tidak pernah bertemu.
Andai, aku tak pernah kenal dia.
Andai, kami tidak dekat.
Andai, aku tidak memiliki rasa.
Andai, tak ada cinta.
Andai, kupendam saja.
Andai, tak pernah aku ungkap.
Andai, aku menjauh.
Andai, tak ada kita.
Andai, semua musnah.
Andai...
Entahlah. Semua telah terjadi. Tak ada gunanya berandai-andai. Semua yang kuangankan telah musnah. Sirna tak tersisa. Habis sudah harapku. Tak ada harap lagi bagi kami menjadi kita. Semua telah tiada.
Bukan maksudmu menyalahkan takdir. Tapi, aku hanya kecewa. Merasa jatuh. Hancur seketika.
Aku merasa sakit. Begitu terasa. Sampai pada hatiku terdalam.
Dia yang pertama bagiku. Dengan mudah mencuri hatiku. Bersedia hadir dalam hidupku. Menemani hari-hariku, yang dulunya sepi.
Dia ada. Bersamaku. Dulu.
Dulu saat kami beriringan. Kami bersama habiskan hari. Sampai tak tahu waktu. Kadang pula kami melakukan kesalahan, membolos saat sekolah. Selepas itu kami bersenang-senang. Kami lepas, seakan tak ada beban. Meski sebenarnya banyak masalah yang ada. Tapi hanya kami simpan.
Bersama kami tertawa. Pada setiap lontaran pedas. Semua terasa lucu. Ketika banyak yang mencela, namun lupa akan dosa. Merasa manusia paling mulia.
Tak ada rasa sedih. Semua tertutupi. Kami disibuki kegiatan. Yang memang tak begitu penting. Tapi berarti bagi kami.
Pernah beberapa kali kami bermain di taman kanak-kanak. Saat itu hanya ada kami berdua. Di sana aku dan Ando bersenang-senang. Mencoba permainan ini itu. Semua terasa bermakna.
Kami bersenang-senang, dulunya. Sering bersama. Tetapi, aku tidak tahu apa yang dia rasakan kepada aku.
Aku yang terlalu dibutakan. Tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Dan saat semuanya telah terjadi, akulah yang paling terluka. Aku yang merasa bersalah. Entah. Tapi, apa salah jika kita jatuh cinta?
Aku tidak pernah mengharapkan ini terjadi. Dulunya pun aku tidak tahu, akan jatuh pada dia. Aku yang terlalu luluh, sampai semua terasa begitu mudah.
Nenekku pernah menasehatiku, agar aku menjaga baik-baik hatiku, menjatuhkannya pada orang yang tepat. Dan jangan mudah memberi akses pada para lelaki untuk menyentuhku. Karena itu hanya milik suamiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir Kopi
ChickLitYang diinginkan tidak selalu akan ada. Yang kau harapkan pun belum tentu akan terjadi. Seperti meneguk kopi, kau akan merasakan nikmat dan candu di waktu bersamaan. Hingga efeknya menjalar dalam diri. Namun kau tak tahu pasti bukan rencana Tuhan?