Bagian 11 - Bumi dan bulan saling memikul

40 7 2
                                    

Bumi dan bulan saling memikul


Bila ada yang bilang padaku kau tak peduli
Pernah kah mereka lihat kau menyapaku, mengelus punggungku seraya melontarkan kata manis
Kita tak saling mengenal, dulu, sampai sekarang, mulai merakit temali
Semua begitu riang, saling berjalan seiringan, tapi segalanya tak mungkin mulus



🐣🐣🐣


Pada jam makan siang di hari kamis ini begitu ramai pengunjung. Bahkan kalau dilihat-lihat, tidak ada tempat duduk tersisa. Pada saat-saat begini, para pekerja ditekankan untuk bergerak cepat, menghidangkan serta melayani pengunjung dengan baik. Agar mereka tidak kapok makan di sini.

"Gi, pesanan nomor 10, jangan lupa," teriak kak Mora mengingatkanku.

Aku lekas menuju dapur. "Iya, Mbak. Ini sudah mau aku antar," balasku sambil mengambil sebuah nampan berisi makanan-makanan dan beberapa minuman yang telah disipakan.

Aku pun dengan cepat menuju meja nomor 10, cepat-cepat menyajikan pesanan mereka. aku tidak boleh membuat para pengunjung menunggu lama, kemudian pergi begitu saja dari kafe ini.

Setelah tepat di meja nomor 10, aku menyajikan bermacam-macam pesanan yang dipinta mereka. "Silakan dinikmati," kataku sambil tersenyum manis pada para wanita berpakaian formal di meja itu.

Mereka tersenyum, seraya menerima makanan dan minuman yang telah aku sodorkan. "Iya, makasih," tutur salah satu wanita di sana.

"Sama-sama. Bila ada yang kurang atau ingin dipesan lagi, silakan panggil saya ya, permisi." Aku pun kembali ke dapur, mengambil pesanan lain.

"Gi, antarkan ke meja nomor 7, ini," kata Mbak Mora seraya menyodorkan salah satu nampan berisi kue dan satu gelas kopi espresso.

Aku mengambil nampan tersebut. "Aku antar dulu ya, Mbak," balasku, kemudian segera menuju meja nomor 7.

Ternyata pemesannya si pria kopiku. Aku sudah mengenalnya sekarang, namanya Angga. Dia bekerja sebagai dokter kejiwaan di salah satu rumah sakit di Jakarta Selatan. Kata dia, dia biasanya dapat jadwal jaga malam, karena hal itu dia biasanya suka keluyuran saat siang.

"Silakan pesanannya, Pak dokter," kataku sambil menyajikan kue-kue dan kopi espresso pesanannya.

Dia tersenyum menerima pesananku. "Terima kasih ya," balasnya sambil tersenyum kemudian meniup dan meminum sedikit kopi espresso yang aku bawa tadi.

"Kalau begitu, aku pergi dulu, ya," tuturku, kemudian undur diri, kembali ke dapur dan mengambil pesanan lain.

Sangat menyenangkan sekali bisa mengenal pria itu. Dia orangnya tidak sombong dengan apa yang dia miliki. Dia selalu berpenampilan apa adanya, dewasa dan bisa menjadi teman serta pendengar yang baik. Cocok menjadi seorang abang, dan... ehm, ya itu.

Tapi perkenalan kami hanya sebatas itu. Tidak lebih. Dia membawa hal-hal baru untuk aku. Dan itu membuatku senang.

🐣🐣🐣

Saat malam, langit terang. Tidak ada awan-awan gelap yang biasa menghiasi langit malam. Bulan yang hadir membawa terang di langit. Bintang-bintang yang menghias pun membuat langit makin indah dilihat dari sini.

Aku tersenyum gembira. Kejadian-kejadian yang telah terjadi hari ini membuat aku tertawa-tertawa seperti orang gila. Benar-benar sangat tidak terduga.

Aku dan si tuan kopi pun sekarang-sekarang ini makin akrab. Bahkan saat-saat ini kami sering chatting di malam hari. Entah utu hanya bercerita mengenai pengalaman-pengalaman dulu, cerita-cerita hal-hal kecil, tidak penting, tapi menyenangkan untuk dibalas.

To: Pak Angga
Sedang apa pak dokter?

From: Pak Angga
Sedang jaga malam. Kamu?

To: Pak Angga
Lagi apa yaaa? Gak tau. Lagi gangguin pak dokter kali ya.

From: Pak Angga
Bisa aja kamu. Gih istirahat sana. Besok kan kerja lagi.

To: Pak Angga
Iya, iya. Entar aja ya. Belum puas gangguin, nih. Gimana dong?

From: Pak Angga
Cari orang lain buat digangguin, sana. Saya lanjut kerja lagi ya. Kamu tidur sana.

To: Pak Angga
Yaudah, yaudah. Yang semangat ya pak dokter kerjanya. Selamat bekerja.

Pesan dariku menjadi pengakhir dari obrolan kami. Mungkin sekarang dia sudah lanjut kerja. Tapi, aku belum mengantuk. Ya, bagaimana ini?

Saat kubuka sosial media, teman-teman tidak ada yang aktif. Jadi aku harus menghabiskan malam ini sendirian. Uhh.

Aku mulai berseluncur di berbagai akun sosmedku. Melihat-lihat postingan mereka. Pertama-tama aku membuka facebook, setelah bosan, kubuka instagram. Melihat-lihat insta story, juga postingan-postingan terbaru teman-teman.

Saat aku men-scroll kiriman followersku, tidak sengaja aku menemukan foto Ando dengan wanita lain. Di akun wanita itu.

Hatiku mencelos. Rasanya nyut-nyutan. Benar-benar tidak pernah kusangka. Dia dan... wanita lain.

Begitu mesra sekali. Tidak kah pernah dia berpikir tentang aku, sampai-sampai dia bisa terlihat bahagia saat aku pergi. Memang aku siapa sampai dia harus uring-uringan karena aku? Hahaha, begitu bodohnya aku ini pernah menyukai laki-laki seperti dia. Sangat tidak berguna dan sia-sia.

Ternyata begitu mudah baginya melupakan aku. Tidak ada lagi diriku lagi di ingatannya.

Begitukah?


🐣🐣🐣



Mohon masukannya...

Secangkir KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang