Prolog

947 65 101
                                    

🙈🙈🙈

Seorang gadis lagi-lagi harus berdecak kesal untuk ke sekian kalinya.

"Ewin!"

Gadis yang di panggil Ewin ini menoleh sinis ke arah pintu kamarnya yang tertutup, di mana suara yang memanggilnya itu berasal dari luar sana, Ewin tahu itu pasti Abangnya. Ia sangat malas berurusan dengan manusia yang satu itu pada malam ini.

"Ewin yuhuu!" Suara itu lagi, masih belum menyerah memanggil gadis ini sampai hampir lima kali.

"Ewin yuhuuu! Buka pintunya dong!" Ewin berdecak kesal lalu membanting novel yang berada di tangannya itu ke kasur dengan kasar. Ia beranjak turun dari ranjang lalu melangkahkan kaki untuk membuka pintu dengan di hentak-hentakan keras karena kesal.

Manusia yang berada di luar kamarnya itu, selalu saja tidak membiarkannya tenang barang sehari pun, selalu saja ada kelakuan yang di buat olehnya untuk merusuh di hari-hari indah gadis ini.

Saat pintu terbuka terpampanglah sosok yang memakai kaos oblong tanpa lengan dan celana basket tak lupa kepala di topang dengan tangannya lalu di senderkan pada kusen pintu kamar gadis ini, sehingga menampilkan bulu-bulu unyu yang lumayan panjang di sela ketiak lelaki ini.

Membuat gadis mana pun langsung ilfeel meskipun lelaki ini cukup tampan.

"Apa?" Tanya Ewin malas pada Abangnya yang berpose cool dan menggoda menurut dia sendiri tapi tidak dengan Ewin, malah Abangnya ini terlihat begitu meng'Iyuh'kan.

"Keren nggak?" Tanya lelaki itu sambil menaik turunkan alisnya dengan gaya cool menurutnya.

Ewin menghembuskan nafas kasar, itu adalah pertanyaan yang sangat tidak penting menurutnya.

"Ewin cantik deh." Lelaki itu tersenyum genit sambil mengedip-ngedipkan matanya.

Ewin langsung menyipit, pasti ada maunya ini.

"Apaan? Cepetan ah!"

"Cukurin bulu ketek gua yaa, udah pada panjang nih." Lelaki menampilkan puppy eyes dan senyum sok imutnya.

Tuhkan.

🙈🙈🙈

Abangnya ini selalu begini, dia sudah besar tapi tidak bisa melakukan apa-apa, layaknya bayi baru lahir. Bahkan untuk cukur bulu ketiak sendiri pun harus menyuruh Ewin, apa susahnya tinggal cukur-cukur saja? Dan parahnya ini bukan pertama kalinya Abangnya yang edan ini meminta di 'cukurkan'.

Bukan masalah bau yang menjadi masalah Ewin, Abangnya ini tidak bau, malah terkesan wangi, meskipun tidak wangi-wangi amat. Tapi lagi-lagi kenapa Abangnya tidak cukur sendiri? Apa tangannya bakalan putus kalau dia yang cukur sendiri? Tidak kan? Atau bulunya akan tumbuh lebih lebat karena dia cukur sendiri? Tidak juga kan? Tapi kenapa harus menyuruhnya.

Ewin bisa stress lama-lama, tapi sudah lama Ewin tidak stress juga bahkan sudah terbisa, jadi ia harus bagaimana?

"Abang bisa nggak sih cukur sendiri aja? Nggak malu apa?" Cibir Ewin mendelik sinis kearah Abangnya.

"Aduh Ewin adeknya Abang Erwin yang paling cantik, udah sih cukur-cukur aja, dapet komisi ini." kata Erwin santai, ia duduk bersandar di ranjang Ewin dengan tangan kiri di angkat agar memudahkan Ewin yang mencukurnya.

Emang sih dapet komisi tapi lama-lama males juga kan? Hello! Ewin Mahasiswi Psikologi, bukan tukang cukur bulu ketiak pribadi Erwin si model terkenal di Indonesia, sekaligus Mahasiswa Arsitektur di perguruan tinggi ternama ini.

"Lagian lama-lama aku jadi males juga, Abang kaya bayi aja nyukur bulu ketek nyuruh aku, Abang kan udah gede." Protes Ewin mengeluarkan uneg-unegnya.

"Hish nggak usah protes, lagian selama ini Lo suka kan nyukurin Abang? Secara bisa ngendus-ngedus ketek Abang yang wangi." Goda Erwin sambil memajukan ketiaknya pada wajah Ewin, membuat gadis itu berdecak kesal, "dan Abang juga puas dengan hasil cukuran lo."

Ewin memutar bola matanya, "Abang jangan gerak-gerak! Nanti kulitnya ke cukur!"

"Suka kan? Hah? Hah? Hah?" Erwin terus memajukan ketiaknya, membuat Ewin harus mendorong-dorong ketiak Erwin agar tidak mengenai mukanya.

Erwin mengerang saat pisau cukur itu tanpa sengaja menggores kulit ketiaknya.

"Bangsat ketek gua bedarah!"

Tuhkan.

🙈🙈🙈

KONYOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang