Jakarta, 26 September 2017
Kali ini kutujukan kembali untukmu,
Seseorang yang selalu mengisi ruang kosong dihati ini.Esa.
Kamu masih membacanya hingga saat ini?
Wow, hebat. Sepertinya mulai ada rasa ketertarikan didirimu untuk membaca curahan hati seseorang yang sangat menyedihkan ya?
Aku juga sejujurnya bingung ingin menuliskan apalagi di bagian ini maupun bagian - bagian selanjutnya.
Banyak hal yang selama ini aku pendam namun semua tidak bisa mengalir dengan begitu saja. Rasanya sulit bagiku untuk mengucapkannya padamu, namun sekarang mulai terasa sulit juga bagiku untuk mengungkapkannya lewat tulisan ini.
Tapi tenang saja, aku akan mencoba perlahan-lahan merangkai serta menyusun kata yang pas untuk memberitahumu semua perihal perasaan serta perihal hati ini.
Es, bagaimana rasanya setelah berpisah denganku?
Apa menurutmu berpisah denganku adalah suatu anugerah yang malah membuatmu bahagia?
Namun mengapa aku tidak merasakan hal yang sama dengan mu? Yang selalu aku rasakan disetiap hari-hariku setelah kepergianmu adalah kepedihan, kesedihan, kehampaan dan kesunyian disetiap detiknya.
Apa kamu mengutukku agar aku tidak pernah merasakan kebahagiaan lagi?
Setelah kepergianmu, aku merasa bahwa kebahagiaanku juga direnggut olehmu. Dibawa pergi menjauh tanpa kuketahui kemana tujuannya dan kapan kembali.
Aku ingin sepertimu, bahagia tanpa pemalsuan.
Tersenyum tanpa paksaan.
Tertawa tanpa beban.
Es, to be honest.
I hate acting like i don't fuckin' care and i don't fuckin' love you when it's really tearing me up inside.
Tolong beri aku ruang agar aku bisa merasakan apa itu arti kebahagiaan tanpa kehadiranmu lagi. Karena yang selama ini aku tahu, sumber kebahagiaanku hanyalah dirimu. Namun kenyataanya apa? kamu telah pergi menjauh. Menjauh dari pandanganku dan genggamanku walaupun dulu kamulah yang selalu menggengam serta mendekapku.
Apa hati ini salah untuk tetep menyimpan namamu dalam ruangannya?
Katakan saja, Es. Aku tidak mau ada yang ditutup-tutupi lagi diantara kita.
Eh?
Kita?
Apa masih berlaku sebutan kita untuk aku dan kamu?
Bukankah sekarang sebutan itu sudah kadaluwarsa seperti hubungan kita?
Memang itu nyatanya kan?
Perihal perasaan, aku juga masih bingung.
Apa kedepannya perasaan ini akan tetap sama? Dan untuk orang yang sama?
Atau mungkin perasaan ini akan merasa lelah untuk terus menerus berharap kepada sesuatu yang sebenarnya tidak pantas untuk diharapkan?
Aku sendiri masih tidak mengerti.
Perasaan ini sungguh abu-abu. Sangat sulit untuk ditebak karena sesaat aku merasa sangat lelah dan ingin menyerah namun sesaat aku merasa sangat bersemangat untuk tetap mempertahankan perasaan ini hingga suatu keajaiban datang merubah takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan.
Bicara soal takdir,
Kamu tahu? Sebuah pertemuan itu akan memberikan dua hal, pelajaran hidup atau bahkan teman hidup. Karena hanya Tuhanlah yang tahu rencana apa yang telah ia susun untuk setiap insan dimuka bumi ini. Namun tidak hanya itu, ternyata sebuah pertemuan juga akan memberikan dua hal lebih, yakni belajar mencintai atau bahkan belajar untuk melupakan.
Dan kembali lagi berbicara mengenai perihal perasaan,
Sejujurnya aku masih sangat tidak mengerti bagaimana pertemuan kita kala itu malah membuat kita terjerat dalam suatu ruang tanpa sekat dan malah membuat kita terjebak dalam sebuah perasaan tanpa dasar yang menyebabkan banyak lika-liku kehidupan yang kurasakan.
Aku masih tidak mengerti alasanmu memilihku dahulu.
Dan aku juga masih tidak tahu apa alasanmu mencintaiku hingga begitu dalam dulu.
Tangisanmu masih ku ingat,
Tangisan yang menjadi mimpi buruk di setiap malam-malamku.
Tangisan yang selalu membuatku merasa seperti wanita terbodoh yang telah merusak, menyakiti dan menghancurkan perasaan lelaki hebat sepertimu.
Kamu tahu, sekarang malah aku yang sangat sering menangis setiap malamnya.
Dan perihal tangis inipun bukanlah keinginanku, tetapi ialah yang selalu ingin meluap dengan sendirinya ketika aku memikirkanmu, merindukanmu. Akupun tidak pernah mampu untuk menahannya. Semakin larut, semakin aku jatuh pada setiap tetes demi tetes buliran air mata tangisanku.
Sepermalaman aku selalu saja meneteskan bulir-bulir air mata dengan keras, baru aku bisa tertidur dengan nyenyak. Kalau aku tidak menangis disepermalaman tidurku, maka aku akan terbangun nantinya dengan keadaan menangis sesegukan.
Akupun tidak pernah tahu mengapa semua terlihat begitu pedih dan menyedihkan seperti ini. Jujur, aku tak kuasa dan akupun tak pernah sanggup memikulnya. Kamu tahu? Aku tidak memiliki ataupun mempunyai siapapun lagi disini semenjak kepergianmu. Hanya Tuhan yang aku miliki dan selalu kujadikan tempat aku menuturkan segala curahan hatiku.
Maka aku selalu meminta kepada Tuhan,
Beri aku kekuatan dan ketenangan atas segala semua yang telah terjadi dan segala semua yang telah kuperbuat, berikan aku rasa tegar untuk menyelesaikan semua ini perlahan demi perlahan dengan caraku sendiri.
Dan aku selalu meminta kepada tuhan untuk redakan perihal perasaanku kepadamu yang malah semakin kuat setiap harinya dan aku selalu meminta kepada Tuhan untuk waraskan aku akan perihal rindu yang sangat menyiksa ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Diary Of Unsent Letter
Historia CortaSOME PART ARE BASED ON THE TRUE FEELING Highest Rank : #439 In Poetry 6/10/2017 #449 In Poetry 26/9/2017 #533 In Poetry 25/9/2017 #579 In Poetry 24/9/2017 #791 In Poetry 22/9/2017 #879 In Poetry 20/9/2017 #914 In Poetry 16/9/2017 Sebuah catatan kec...