Melihat Ghina yang tampak pusing menyelesaikan soal matematika di sampingnya, Adrian jadi kesal sendiri. Padahal bagi Adrian, soal itu masih terbilang mudah. Tapi Ghina kelihatannya sangat tidak paham.
Kenapaaaaaaa?
"Ini dibagi dulu, Ghin," koreksi Adrian lagi saat Ghina salah. "'Kan tadi aku udah kasih tau."
Ghina merengut. "Sabar dong, Yan. Otak aku 'kan gak kayak otak kamu."
"Tapi ini gampang, kamu harusnya bisa," ujar Adrian.
"Kenyataannya aku gak bisa," balas Ghina dengan santai. Lalu dia membuka laptop Adrian yang belum sempat dipakai. "Kita nonton aja deh."
Gerald yang tengah sibuk dengan play station milik Adrian, tiba-tiba menyemburkan tawa. Gerald pasti berpikir kalau Adrian sangat kesal dengan Ghina yang tidak mengerti tapi enggan belajar.
"Udah, Ghin, nonton aja." Gerald memprovokasi. "Adrian juga kayaknya butuh refreshing."
Ghina mengangguk. "Lo ada rekomendasi film science fiction yang bagus gak, Ger?"
Gerald mem-pause game-nya lalu memutar kepala menghadap Ghina. Gerald mengerutkan kening, tampak berpikir. "Ah, paling yang gue rekomendasiin lo udah nonton semua. Gue gak terlalu suka nonton sih, jadi, ya, gak banyak yang bisa gue rekomen."
Adrian yang memerhatikan percakapan kedua manusia di depannya hanya bisa menahan kesal. "Ghin, belajar dong. Kamu 'kan belum bisa."
"Aku lagi gak mood, Yan," balas Ghina. "Nanti aja kapan-kapan."
Adrian menggeleng patah-patah. "Niat kamu ke rumah aku 'kan buat belajar, bukan buat nonton film."
Ghina menatap Adrian, lalu kedua tangannya menangkup wajah cowok itu. "Kamu ngomelnya juga kapan-kapan aja. Jangan sekarang."
"Ghin--"
Dengan cepat, Ghina membekap mulut Adrian dengan satu tangannya. "Shhh!"
"Mmmmmh!" Adrian bersuara tidak jelas.
Ghina terkekeh. Tidak melepaskan bekapan tangannya di mulut Adrian hingga akhirnya Adrian pasrah.
Padahal kedua tangan Adrian yang bebas bisa melepaskan sendiri tangan Ghina dari mulutnya. Namun Adrian memilih membiarkannya agar dia bisa melihat wajah Ghina yang tertawa dari dekat.
Dada Adrian jadi deg-degan.
What a beautiful creature, batin Adrian sambil tersenyum-senyum sendiri.
"Mammumammamammum." Adrian menceracau lagi.
"Apa?" tanya Ghina sambil terus tertawa melihat Adrian yang tampak bodoh.
Akhirnya tangan Adrian melepas tangan Ghina dari mulutnya. "Lepas dulu makanya."
Ghina menyengir lucu. "Apa?"
Adrian mengulum senyum sambil menatap mata Ghina dalam-dalam. "Aku sayang kamu."
Otomatis, kepala Ghina menunduk malu. Pipinya bersemu merah. Dia tersenyum simpul.
Lucu.
Gemas, Adrian mencubit kedua pipi Ghina pelan, membuat kepala cewek itu terangkat. "Kamu lucu banget. Jadi pengen cium."
"Ada gue!" seru Gerald dan satu orang lagi yang baru datang dari sarangnya. Adrian menoleh ke arah suara itu dan menemukan Dito dengan kaos oblong dan celana boxer.
Dito menghampiri mereka dan langsung duduk di sofa. "Cariin gue pacar dong, Yan."
"Fokus dulu sama orasi ketua OSIS besok," nasihat Adrian. "Gak usah aneh-aneh."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blue Journal
Teen FictionSeorang gadis bernama Farah Agita--siswa kelas 12 SMA Taruna Bangsa yang tiba-tiba jadi pintar itu--berhasil membuat kepala Adrian Gustomo jadi pening. Padahal tugas kenegaraannya sebagai Ketua OSIS paling digemari di sekolah sudah membuatnya kalang...