"Kak Farah!"
Mendengar panggilan keras itu dari arah belakang, Farah yang sedang tertawa bersama Amel langsung menghentikan tawanya. Langkah keduanya terhenti, lalu kepala mereka menoleh ke asal suara.
Farah melihat Dito yang tengah setengah berlari ke arahnya dengan almamater merah yang dia sampirkan di salah satu pundak. Kening Farah mengernyit saat Dito berdiri di hadapannya dengan cengiran lucu.
"Kak Amel," sapanya santai sambil mengangguk sopan ke arah Amel.
Amel balas tersenyum dan mengangguk. "Hai."
Lalu pandangan Dito kembali pada Farah yang masih tidak mengerti kenapa tiba-tiba cowok itu mendatanginya. "Lo ada acara nggak, Kak?"
Farah menggeleng. "Nggak ada."
Cengiran Dito semakin lebar. "Temenin gue, yuk!"
"Ke mana?"
"Catch and Crack."
"Sebentar," potong Amel. "Sepertinya gue hanya jadi pengganggu di sini. Jadi, sebaiknya gue pergi duluan aja."
"Maaf, ya, Kak." Dito menggaruk tengkuk. "Gue jadi ganggu kalian gini."
Amel mengangguk. "Nggak apa-apa, santai." Lalu Amel melirik Farah. "Gue duluan, ya, Far."
Mau tak mau, Farah balas mengangguk. "Hati-hati."
Setelah kepergian Amel dari sana, dahi Farah mengernyit lagi saat menatap Dito. "Mau ngapain ke sana?"
"Ada kerjaan OSIS, gue mau ngerjain di sana. Gue mau lo nemenin gue."
Alis Farah terangkat. Apa Farah tidak salah dengar? Dito memintanya untuk menemani cowok itu mengerjakan tugas? Kenapa harus Farah?
"Kenapa gue?" tanya Farah penasaran.
"Nggak tahu." Dito mengedikkan bahu. "Gue maunya elo."
Saat melihat Farah ragu untuk membalas, Dito menambahkan, "Please?"
Farah melirik jam tangannya. "Lama, nggak?"
"Nggak deh," jawabnya.
Setelah menimbang-nimbang sebentar, Farah menganggukkan kepala. "Boleh deh. Ada yang sekalian gue mau pelajarin."
"Yes!" seru Dito kesenangan.
Tanpa banyak bicara, keduanya mulai melangkah menuju area parkir sampai akhirnya Dito berhasil mengendarai motornya dengan Farah di boncengan. Farah melirik sekilas ke arah punggung Dito yang tegap, merasa aneh untuk sesaat.
Meskipun keinginannya menemani Dito pergi ke Catch and Crack adalah murni hanya untuk menghabiskan waktu kosong dengan mengerjakan soal-soal sulit yang menumpuk di tasnya namun tanpa harus pergi ke coffee shop itu seorang diri, Farah tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari gelagat Dito akhir-akhir ini yang sedikit aneh. Cowok itu juga sering sekali mendatangi Farah. Sikapnya manis dan terkesan selalu ingin membuat Farah senang.
Apa terlalu ge-er kalau Farah mengira Dito menyukainya?
Farah bukannya memiliki perasaan lebih terhadap Dito dengan bersedia untuk menemani cowok itu pergi, mengobrol, dan sebagainya. Farah hanya tidak ingin stok teman baik yang dimilikinya berkurang sedikit demi sedikit. Karena seperti yang semua orang tahu, teman dekat Farah selama ini hanya Amel.
Lagipula kata Mamanya, kita tidak boleh memutus hubungan pertemanan dengan siapapun.
Motor Dito akhirnya sampai di area parkir coffee shop itu, menyebabkan keduanya segera turun dari motor dan berjalan menuju pintu kaca untuk masuk ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blue Journal
Teen FictionSeorang gadis bernama Farah Agita--siswa kelas 12 SMA Taruna Bangsa yang tiba-tiba jadi pintar itu--berhasil membuat kepala Adrian Gustomo jadi pening. Padahal tugas kenegaraannya sebagai Ketua OSIS paling digemari di sekolah sudah membuatnya kalang...