21. Now, You Don't

2.4K 249 24
                                    

Emosi Adrian hampir tidak bisa ditahan lagi setelah mengetahui apa yang baru saja dilihatnya dalam jurnal biru milik Farah yang sejak dulu sudah berkali-kali membuat masalah.

Adrian kira setelah keributan yang sering terjadi antara dirinya dan Farah, jurnal biru milik cewek itu sudah benar-benar tidak akan membuat masalah lagi. Adrian kira Farah sudah tidak lagi berani untuk menuliskan namanya dalam jurnal itu.

Tapi jelas-jelas perkiraannya salah besar.

Adrian masih bisa menolerir jika hanya namanya yang tertulis disana. Tapi di samping hanya melihat namanya, Adrian malah ikut menemukan nama Ghina disana.

Farah mengharapkan Adrian putus hubungan dengan Ghina, entah sejak kapan.

Apa lagi yang bisa lebih gila dari itu?

Adrian menggeleng tak percaya. Jujur saja, dalam keadaan seperti ini, hati kecilnya berkata kalau Farah tidak mungkin melakukan hal seburuk itu padanya, apalagi Ghina. Tapi mengetahui begitulah kenyataannya, Adrian tidak bisa mengelak.

Padahal awalnya, karena jurnal itu tergeletak begitu saja di atas meja belajar Farah, Adrian hanya penasaran dan sekadar ingin tahu saja apa isinya. Mungkin saja ada hal konyol di dalam sana yang bisa membuatnya merasa lebih baik di saat-saat seperti ini.

Atau pikirnya, mungkin saja nanti Adrian melihat namanya baru-baru ini ditulis lagi disana, dengan itu dia akan memiliki bahan untuk jaga-jaga bila harus mengancam Farah balik atau sekedar mengecengi Farah, namun yang Adrian maksud adalah dalam konteks yang masih masuk akal!

Tapi ini jauh lebih dari perkiraan terburuk Adrian terhadap Farah. Mungkin memang ini hanya Adrian yang terbawa suasana dengan hubungan pertemanan mereka akhir-akhir ini, hingga akhirnya dia menilai Farah terlalu baik.

Karena pada kenyataannya, Farah tidak sebaik itu. Seharusnya Adrian tahu mengingat track record hubungan mereka selama ini. Cewek itu bahkan pantas untuk masuk ke daftar orang terburuk dalam hidup Adrian.

Adrian tahu, pemikirannya jahat untuk Farah. Tapi jelas-jelas kelakuan Farah jauh lebih jahat.

Ghina sakit dan Farah mengharapkan hubungan Adrian dan Ghina jatuh ke tingkat yang paling buruk?

Adrian jadi menyesal karena selama ini percaya bahwa hubungan mereka bisa membaik. Adrian juga menyesal telah membiarkan Dito memilih Farah menjadi pasangannya.

Adrian menyesal... sudah menyukai Farah. Maksudnya, suka berteman dengan Farah, suka bisa sering mengobrol dengan Farah, suka mengerjai Farah, suka dekat dengan Farah, suka membuat Farah tertawa karena senyumnya dapat membuat Adrian ikut tersenyum.

Tidak ada hal yang lebih Adrian sesalkan dari pada itu semua.

Saat Farah membalikkan badan dan mendapati Adrian menggenggam erat jurnal birunya, Farah tampak kaget sekali. "Rian," cicitnya.

Kali ini, rahang Adrian mengeras. Tangannya yang bebas mengepal terlalu kuat hingga Adrian mati rasa. Adrian tidak tahu kata apa lagi yang pantas dan tidak pantas dia keluarkan atas kelakuan Farah kali ini. "Nggak nyangka gua, Far."

Farah berusaha merebut jurnal birunya dari Adrian, tapi sia-sia karena gerakan Adrian untuk menghindari tangan Farah lebih cepat. "Lo melanggar privasi gue lagi, Yan!"

Adrian tersenyum miris. "Jadi, gua yang salah?"

Farah masih berusaha untuk merebut jurnal itu dari Adrian. "Gue bisa jelasin, Rian."

Adrian menaikkan satu alis. "Apa? Coba, apa lagi yang mau lo jelasin?"

Farah berhenti berusaha merebut jurnalnya karena sepertinya hanya sia-sia karena Adrian nggak akan semudah itu menyerah. "Gue emang salah dengan nulis itu di sana. Tapi gue bener-bener nggak sadar. Gue emosi, waktu itu."

The Blue JournalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang