Saat melihat Adrian duduk di tempat duduknya, buru-buru Farah menutup jurnal biru yang sedang berada dalam posisi terbuka. "Lo ngapain duduk di sini?!"
Bisa mati Farah kalau saja Adrian mengetahui tentang jurnal ajaibnya! Karena masalahnya mulut Adrian suka tidak bisa dikontrol kalau sudah berurusan dengan Farah!
Adrian menampilkan senyum kecut. "Lagi membuktikan kecurigaan gua sama lo."
"Lo buka-buka jurnal gue?!" ucap Farah keras, matanya terbelalak ketakutan.
Adrian mengangguk santai. "Gua udah ngira kalo lo pasti main curang. Sekarang terbukti 'kan kalo lo beneran curang?"
Farah menggebrak meja dengan keras, berhasil membuat seluruh kepala menengok ke arahnya. "Gue nggak suka lo ganggu privasi gue kayak gini, Adrian! Apa sih mau lo?"
Adrian sontak bangkit dari duduk, tidak terima dibentak oleh cewek macam Farah. Adrian mendekatkan mulutnya ke telinga Farah dan berbisik. Farah sempat ingin menghindar sebelum Adrian mencengkeram tangannya.
"Gua nggak suka cara lo," bisik Adrian. "Lo itu bodoh. Lo gak bisa ngalahin gua pake usaha sendiri. Dasar manja!"
Farah menutup mulutnya rapat-rapat.
"Back to your normal activities, Guys, please," teriak Adrian sambil memutar mata saat menyadari teman-teman sekelasnya masih memerhatikannya dan Farah.
Adrian segera membuka tasnya dan mengeluarkan pakaian ganti sebelum akhirnya berjalan keluar kelas menuju toilet untuk mengganti pakaian.
Farah yang hanya bisa menatap kepergian Adrian dalam diam lantas terduduk lemas di kursinya. Adrian tampaknya marah besar.
"Gerald," panggil Farah pelan, membuat Gerald menoleh. "Kok Adrian bisa buka-buka jurnal gue?"
Gerald mengedikkan bahu. "Gak tau. Tadi gue lagi ganti baju tiba-tiba dia udah baca isi jurnal lo. Ya, lo tau sendiri kalo Adrian emang penasaran banget sama apa yang bikin lo tiba-tiba jadi jenius."
"Adrian marah sama gue, ya?" tanya Farah dengan tatapan kosong.
Gerald sedikit kaget dengan ekspresi yang ditunjukkan Farah. "Kesel sih, iya. Dari lo ngalahin dia di kelas sebelas aja, dia udah kesel. Lo bayangin aja setelah dia tau lo gimana sekarang, dia bakal gimana."
"Lo juga kesel sama gue, Ger?"
Gerald mengangkat bahu dengan santai. "Gue sih biasa aja. Lagipula gue juga gak percaya sih."
"Adrian kalo marah, serem gak?"
"Menurut gue sih, lumayan. Karena kalo dia lagi kesel sama gue, gue bisa didiemin selama seminggu," jelas Gerald. "Tapi kalo buat lo sih, kayaknya itu bukan masalah besar."
"Lo gimana sih, Ger," komentar Amel. "Temen lo lagi ganggu privasi orang, bukannya distopin malah ikut-ikutan kepo!"
Gerald tampak tidak terima. "Yeh, malah nyalahin gue."
Farah menepuk dahi cukup keras lalu menjatuhkan kepalanya di atas meja.
*
Setelah melaksanakan shalat zuhur berjamaah di masjid sekolah, Adrian berjalan santai menuju kelas Ghina. Mereka berbeda jurusan, Adrian IPA sedangkan Ghina IPS. Jadi, jelas saja kalau mereka tidak pernah sekelas sejak kelas sepuluh.
Adrian melongok ke dalam ruang kelas Ghina dan menemukan pacarnya itu sedang memainkan ponsel dengan earphone menyumpal kedua telinganya.
Senyum Adrian terukir melihat wajah cantik Ghina. Bahkan melihatnya saja sukses bikin Adrian senyum-senyum sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blue Journal
JugendliteraturSeorang gadis bernama Farah Agita--siswa kelas 12 SMA Taruna Bangsa yang tiba-tiba jadi pintar itu--berhasil membuat kepala Adrian Gustomo jadi pening. Padahal tugas kenegaraannya sebagai Ketua OSIS paling digemari di sekolah sudah membuatnya kalang...