4. His Younger Brother

3.1K 309 14
                                    

Air mata Farah terus mengalir seiring gerakan tangannya membolak-balik halaman jurnal. Kali ini beberapa halaman jurnal birunya telah habis dicorat-coret oleh beberapa teman perempuannya. Semuanya karena Adrian.

Suara isakan tidak bisa Farah tahan untuk tidak keluar dari mulut. Mata sembab Farah melihat ke arah pintu gudang, masih tertutup. Itu tandanya Farah aman berdiam diri di sini.

Setelah dipermalukan mati-matian oleh Adrian di kelas tadi, Farah langsung berlari ke gudang belakang sekolah. Tempat ini sepi. Farah pergi kemari karena tidak ingin orang-orang melihat atau mendengar suara isakannya yang menyedihkan.

Adrian benar-benar! Farah tidak mengerti apa mau cowok itu. Lagipula kalau dia marah karena Farah yang dipilih untuk mengikuti olimpiade karena nilai matematika Farah lebih tinggi darinya, itu bukan kesalahan Farah. Karena nyatanya, Farah tidak pernah berkeinginan untuk mengikuti olimpiade itu dan kelihatan pintar di depan teman-temannya.

Farah juga tidak pernah berharap nilai matematikanya bisa lebih bagus dari Adrian. Cowok itu saja yang memang terlalu sentimen sama Farah!

Sambil terus menangis, Farah memerhatikan halaman terakhir yang dijadikan bahan coretan temannya yang tidak bertanggung jawab. Di bagian bawah halaman tertulis angka 87.

Sialan.

Padahal Farah baru mengisi jurnal sampai halaman 55. Berarti itu tandanya 32 halaman jurnal Farah habis sia-sia. Kini, isi jurnal itu benar-benar tidak karuan. Teman-temannya menuliskan permintaan-permintaan aneh tanpa tahu kalau permintaan mereka tidak akan terkabul.

Karena jurnal itu hanya akan mengabulkan permintaan yang ditulis oleh tangan Farah sendiri.

Kalau kalian ingin tahu apa saja yang ditulis oleh teman-teman Farah yang tidak jelas itu, contohnya;

'Gue mau Geo nembak gue ntar malem!'

'Konser Ed Sheeran udah sold out, kirimin gue satu tiket di kotak surat rumah gue!'

'Gue mau beli ponsel keluaran terbaru tapi nggak punya uang nih!'

'Kuota internet aku abis, kali aja ada kuota nyasar ke nomor hape aku.'

'Jadiin Justin Bieber jodoh gue!'

Dan masih banyak lagi yang lebih aneh dari itu. Jelas-jelas masing-masing dari mereka menulis dua kali di jurnal Farah, bukan satu kali seperti yang awalnya mereka katakan.

Farah menghitung-hitung, melihat halaman paling akhir jurnalnya. Pada keterangan halaman yang Farah tulis tangan sendiri dengan rapi mengenakan spidol biru, tertulis angka 100 di sana. Itu berarti halaman jurnal yang masih kosong hanya tersisa 13.

Dan itu jelas sangat sedikit. Padahal Farah berniat untuk sedikit menghemat penggunaan jurnal pada awalnya. Tapi nyatanya sekarang isi jurnalnya hampir habis dengan sia-sia.

Semuanya karena Adrian yang brengsek!

Farah mengeluarkan ponsel dari saku yang sejak beberapa waktu lalu tidak kunjung berhenti bergetar. Dilihatnya nama Amel tertera di layar. Farah mengangkatnya, berusaha menahan suara isakan agar tidak keluar saat berbicara dengan Amel di telepon.

"Far, lo di mana?"

Sia-sia, suara isakan tetap keluar dari mulut Farah. Dia tidak menjawab. Tidak ingin Amel menyusulnya kemari.

"Far, jawab pertanyaan gue. Lo di mana?"

Farah masih tidak menjawab.

"Farah, jangan diem aja. Gue udah keliling nyari lo, tapi lo gak ada di mana-mana."

The Blue JournalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang