Hari ini tidak bisa dibilang hari yang baik untuk Farah. Karena sepanjang pelajaran di kelas tadi, Farah harus menahan diri untuk tetap berada dalam ruangan yang sama dengan Adrian dan dalam radius kurang dari satu meter.
Untungnya Adrian sama sekali tidak mengajaknya berbicara dan bahkan menoleh ke arahnya. Setidaknya, hal itu yang memang Farah perlukan untuk saat ini. Farah perlu, untuk tidak melakukan kontak apapun dengan Adrian.
Jelas saja, Farah masih sakit hati soal semalam. Jadi, sudah jadi hak Farah 'kan kalau dia tidak mau berhubungan dengan Adrian mulai saat ini? Lagipula, sepertinya hal itu juga bukan menjadi masalah untuk Adrian. Bagaimana bisa hal itu jadi masalah untuk orang macam Adrian?!
Farah langsung masuk ke kamar sesampainya dia di rumah. Rumahnya sepi, sepertinya Alin sedang mengunjungi teman lamanya yang baru saja melahirkan, seperti katanya di telepon tadi siang.
Dito tadi mengantarnya pulang. Tapi buru-buru pergi lagi untuk mengunjungi Winda di rumah sakit. Dia juga bilang bahwa Danu--Papanya--yang harusnya baru bisa pulang minggu depan dari Kalimantan, ternyata mengusahakan untuk pulang lebih cepat setelah mendengar kabar bahwa Winda jatuh sakit.
Setelah meletakkan tas di atas tempat tidur, Farah memutuskan untuk mandi karena hari ini terasa panas sekali untuknya dan dia butuh pendinginan.
Saat selesai mandi dan mengenakan pakaian ternyamannya, Farah sedikit merasa lebih segar dari sebelumnya. Tapi belum lengkap jika Farah belum meminum segelas jus jeruk dingin favoritnya dari dalam kulkas.
Farah turun ke dapur dan segera menyambar minumannya dan beberapa macam cemilan sebelum berniat untuk kembali ke kamar dan menghabiskan waktu kosong untuk menonton serial tv kesukaannya yang belum tamat dia tonton.
Tapi baru tiga langkah dia berjalan, bel rumahnya berbunyi. Keningnya berkerut bingung. Farah kembali meletakkan cemilan dan minumannya di atas meja dapur sebelum berjalan ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang.
Farah tahu ini adalah keputusan yang salah saat dia membuka pintu dan menemukan Adrian berdiri di sana. Maka detik setelahnya, Farah langsung berniat untuk menutup kembali pintu itu dengan keras sebelum Adrian menahannya.
Dengan kekuatan yang jelas sekali jauh lebih besar dari Farah, Adrian dengan mudah mendorong pintu itu agar terbuka lebar sehingga dia bisa masuk dengan mudah.
"Lo ngapain--" Belum sempat Farah menyelesaikan ucapannya, Adrian tiba-tiba memeluknya. Erat.
"Rian--"
"I'm so sorry," ucap Adrian dengan nada yang belum pernah Farah dengar keluar dari mulut Adrian. "For being an asshole, over and over again."
Tubuh Farah membeku mendengarnya. Kepalanya yang sebelumnya sudah dipenuhi oleh banyak hal, kali ini ditambah beberapa hal yang membuatnya semakin pusing. Seperti pertanyaan tentang apa yang membuat Adrian tiba-tiba datang ke rumahnya dan langsung memeluk Farah tanpa aba-aba?
Apa yang salah dengan Adrian?
"Far," panggil Adrian pelan. "I've done horrible things to you, I know."
"Kalo tau, ngapain lo ke sini?!" Saat sadar apa yang terjadi saat ini tidak seharusnya terjadi, Farah mulai berusaha melepaskan diri dari Adrian. "Apaan sih! Lepas, Yan!"
Mungkin karena Farah yang benar-benar seperti cacing kepanasan, akhirnya Adrian menjauhkan diri. "Gua tau, kata maaf mungkin nggak cukup sekarang, tapi gua nggak tau lagi harus ngapain."
Farah memukul bahu sebelah kiri Adrian dengan tangannya yang terkepal. "Gue nggak peduli! Lo harus pergi dari sini!"
"Nggak sebelum lo--"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blue Journal
Teen FictionSeorang gadis bernama Farah Agita--siswa kelas 12 SMA Taruna Bangsa yang tiba-tiba jadi pintar itu--berhasil membuat kepala Adrian Gustomo jadi pening. Padahal tugas kenegaraannya sebagai Ketua OSIS paling digemari di sekolah sudah membuatnya kalang...