Biasanya, Sabtu siang akan Adrian habiskan untuk bersantai setelah berhari-hari pusing dengan pelajaran sekolah. Tapi pagi ini, Adrian sudah turun dari motornya dan berdiri di depan pagar rumah Farah. Entah datang dari mana niat dan keberanian Adrian untuk sampai di sini.
Yang pasti, Adrian hanya terlalu penasaran, apa yang tidak beres dengan Farah. Entah kenapa juga, Adrian harus sepenasaran ini. Padahal ini hanya Farah dan hubungan mereka pun tengah tidak baik.
Adrian memencet bel satu kali, lalu menunggu hingga seseorang menghampirinya di depan sini.
Satu menit kemudian, wanita setengah baya membuka pintu dan keluar. Saat melihat Adrian, wanita yang tampaknya Mamanya Farah itu terlonjak kaget. Menetralkan kekagetannya, dia menghampiri Adrian dengan langkah cepat.
"Adrian, bukan?" tanya Alin sebelum Adrian sempat menyapa atau memberi salam.
Adrian mengangguk mengiyakan. "Iya, Tante. Farahnya ada?"
Adrian baru sadar kalau Alin terlihat seperti ingin pergi ke suatu tempat. Pakaiannya rapi dan dia membawa tas di lengan kanannya.
"Farah...." Alin tampak bingung harus mengatakan apa. Lalu dia mengerjap. "Ada apa, Adrian? Kok tumben kamu nyariin Farah?"
Melihat gelagatnya, Adrian tahu kalau ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh wanita di hadapannya ini. Tapi apa?
"Mau ketemu Farah sebentar, Tante," jawab Adrian seadanya. "Bisa?"
Belum sempat pertanyaannya terjawab, terdengar suara berat laki-laki memanggil Alin. "Ma, ayo pergi sekarang."
Laki-laki itu sama sekali tidak teriak, namun suaranya terdengar dari garasi sampai depan pagar. Bimo menatap Adrian lekat-lekat sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil.
"Maaf, Adrian." Suara Alin terdengar lagi, membuat Adrian menoleh ke arahnya. "Kami mau pergi, sekarang."
"Farah nggak ada di rumah, Tante?" Adrian memastikan.
Klakson mobil dibunyikan satu kali oleh Bimo.
Alin menggeleng, hendak segera melangkah. Ekspresinya tidak enak hati meninggalkan Adrian di depan sana. "Tante belum bisa bahas tentang Farah sekarang."
"Sebentar, Tante." Nada suara Adrian terdengar sedikit memaksa. "Tante boleh pergi, tapi tolong jawab dulu satu pertanyaan saya."
Klakson mobil berbunyi lagi.
"Farah nggak masuk sekolah selama ini, karena apa?" tanya Adrian dengan intonasi cepat.
Kali ini, klakson dibunyikan tiga kali berturut-turut.
"Maaf, Adrian." Alin benar-benar akan melangkah menuju mobil. "Tante pergi dulu."
"Tante belum jawab pertanyaan--" Adrian belum menyelesaikan kalimatnya saat Alin berbalik dan berjalan cepat menjauhinya. "Tante!"
Panggilan Adrian sama sekali tidak digubris.
Sial.
★
Adrian masih belum ingin pulang ke rumah. Rasa penasarannya bertambah dua kali lipat sekarang. Maka, setelah dari rumah Farah, dia memutuskan untuk mencari informasi lain dari Amel.
Adrian pergi ke rumah Amel yang alamatnya dia dapatkan dari salah satu teman sekelasnya, meskipun tidak terlalu yakin kalau kali ini Amel akan menjawab pertanyaannya dengan ramah, bahkan Adrian tidak yakin kalau Amel akan menjawab pertanyaannya sama sekali.
Setelah Amel mempersilahkannya masuk dan duduk di ruang tamu, Adrian langsung berdeham. "Gua abis dari rumah Farah," akunya.
Amel terlonjak kaget mendengar pengakuan Adrian. "Ngapain lo ke sana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blue Journal
Teen FictionSeorang gadis bernama Farah Agita--siswa kelas 12 SMA Taruna Bangsa yang tiba-tiba jadi pintar itu--berhasil membuat kepala Adrian Gustomo jadi pening. Padahal tugas kenegaraannya sebagai Ketua OSIS paling digemari di sekolah sudah membuatnya kalang...