Chapter 1 : Lottery Luck

112 17 7
                                    

VOTE! VOTE! VOTE!

***

Dua gadis remaja asal Indonesia dengan langkah tergesa-gesa agar mendapatkan nomor undian dan memenangkan nya serta bisa bertemu The Boys impian mereka, setelah menunggu lama akhirnya undian jatuh pada kedua gadis remaja itu dan satu gadis remaja dengan rambut pirang, gadis pirang itu menatap teman lainnya yang sedih karena ia tidak seberuntung dirinya dan teman gadis pirang itu sedih berurai air mata.

"Sudahlah Carol, nanti aku akan meminta tanda tangan Niall untukmu. Berikan softcase mu!" ucap gadis pirang itu pada temannya lalu ia memberikan softcase ponselnya yang terdapat foto Niall padanya.

Lalu gadis itu melambai pada temannya dan memasuki gedung itu meninggalkan temannya. Betapa senangnya kedua gadis asal Indonesia itu, seperti mimpi bagi mereka, bagaimana tidak? Mereka hanya remaja bodoh yang beruntung bisa bertemu langsung atau mungkin bisa terlibat obrolan panjang pada sekelompok pria tampan yang di idam-idamkan pada gadis di seluruh dunia.

"Cubit gue Tarr, cepatan gue gak percaya. Ya ampun tadi malam gue mimpi apaan coba! Astagfirullah" ucap Diana kegirangan sampai mengucap nama tuhannya, gadis itu masih tidak percaya nantinya akan memiliki quality time dengan The Boys incarannya.

"Tenang-tenang, sebaiknya lo pikirin bakal ngobrol apan sama mereka" ujar Tarra, seketika gadis itu bungkam dan mencoba berpikir apa yang akan di bicarakan nantinya pada The Boys.

"Hey mereka bicara bahasa apa? Apa mereka alien?" ucap salah seorang fangirl dengan teman sebayanya, sepertinya ia tidak tahu bahasa Indonesia gaul. Teman gadis itu hanya bergidik tidak perduli.

Seakan mengacuhkan, Tarra dan Diana langsung berjalan memasuki gedung dengan tergesa gesa. Tiba-tiba crew datang dan mengajak dua gadis itu ke suatu ruangan yang nantinya akan mereka gunakan bersama The Boys.

Crew itu pun menyuruh mereka masuk ke ruangan yang serba putih dengan meja kursi dan beberapa furnitur lainnya tapi tetap membuat ruangan itu agak aneh bagi dua gadis itu. Saat sudah memasuki ruangan itu mereka saling memandang karena melihat gadis pirang sudah duduk seorang diri di sofa panjang.

"Gue kira cuma kita doang yang Q time sama The Boys." Bisik Tarra pada Diana seraya menggandeng lengan, berjalan ke arah sofa. Melihat mereka gadis pirang itu tersenyum manis lalu berdiri seakan menyambut kedatangan mereka.

"Hay!" sapa Diana dengan senyum bersahabat, "namaku Diana." lalu ia mendaratkan bokong nya di sofa singel meninggalkan Tarra yang mengedarkan pandangannya pada ruangan yang terlihat serba putih ini.

Melihat itu Diana menarik kaus Tarra dan memberikan tatapan untuk mengenalkan dirinya pada gadis pirang itu. Tarra memutar mata dan menjabat tangan gadis pirang itu.

"Oh iya, nama gue-" Diana memelototi Tarra karena ia lupa mereka berada dimana sekarang, tentu saja berada di kota dengan hampir semua penduduknya menggunakan bahasa inggris. Gadis pirang itu hanya menatap bingung kedua gadis berambut hitam itu.

"Maaf, maksudku namaku Tarra." Gadis pirang itu mengulas senyum dengan tangan masih berjabat dengan Tarra.

"Namaku Olivia." Entah mengapa Tarra terbelalak kemudian menatap Diana yang juga sedang menatap nya seakan mengerti apa yang mereka rasakan berdua. Melepas jabat tangan Olivia.

"Woah. I live for you, I long for you, Olivia. I've been idolizing the light in your eyes, Olivia." Senandung Tarra dan Diana kemudian mereka tertawa lalu di ikuti Olivia, ternyata gadis itu baru memahami kenapa dua gadis itu tertawa. Merasa lelah tertawa Tarra menyudahi nya dan disusul Diana dengan nafas terengah-engah.

"Diana, Let me be the one to light a fire inside those eyes, You've been lonely, You don't even know me, But I can feel you crying, Diana." Senandung mereka bertiga dengan tawa cukup nyaring, mereka saling memandang seakan sudah mengenal lama. Lelah tertawa Tarra semakin memperlambat tawanya seraya melangkah duduk di sebelah Olivia, melewati Diana yang duduk di sofa.

Sesekali Diana tersenyum saat Olivia kebetulan menatapnya. Hening. Tarra sibuk merapikan penampilannya sedangkan Olivia dan Diana tergugup menunggu kedatangan The Boys yang tidak kunjung datang.

"Mereka lama banget sih. Gue gak sabar!" pekik Tarra, mendengar itu Olivia hanya mengernyit bingung tidak mengerti apa yang Tarra bicarakan kemudian ia menatap Diana meminta penjelasan.

"Ah, Tarra mengatakan ia tidak sabar menunggu mereka datang" Olivia mengangguk mengerti kemudian menggerakkan kepalanya ke arah Tarra yang sedang sibuk menata rambutnya.

"Tunggu sebentar lagi mungkin mereka sedang bersiap sepertimu" kekeh Olivia, Tarra mengerucutkan bibirnya.

"yeah, selalu saja begitu" gumam Diana seraya menopang kepala dengan tangannya. Olivia terkikik.

"aku mendengar mu, aku harus prima dan mereka akan terkesan padaku" ucap Tarra yang lebih seperti memekik lalu ia melipat lengannya di bawah dada. Melihat itu Diana dan Olivia saling menatap seraya terkekeh. "hampir satu jam menunggu tapi mereka tidak kunjung-" kalimat Tarra terpotong setelah mendengar pergerakan di sekitar pintu masuk ruangan.




Ket : bahasa baku didialog untuk bahasa inggris.

Hope u enjoy it.

Dreams, One Direction (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang