“kalian berasal dari mana?” tanya Niall masih melilitkan jarinya di helai an rambut Diana, Harry menatap Niall dan jarinya yang sedang melilit di rambut gadis itu secara bergantian tanpa Niall ketahui.
“kami dari Indonesia” jawab Tarra dengan senyuman semeringah dan mendapat anggukkan dari Diana, Niall hanya mengangguk-anggukan kepalanya tapi alis pria itu berkerut menjelaskan bahwa ia sedang berpikir. Kemudian Tarra memutar kepalanya melihat Liam, Louis serta Oliv yang mengernyit bingung seperti Niall, Tarra pikir mereka tidak tahu Indonesia padahal Indonesia pulau yang besar. “kau tidak tahu Indonesia?” mereka menggeleng dengan alis masih bertautan.
“aku tahu aku bodoh tapi kalian lebih bodoh daripada ku” ucap Harry meremehkan. “Indonesia itu negara yang paling banyak memiliki pulau daripada negara lain. kau tahu? Bali? Raja Ampat?-“ mereka bertiga menggeleng tidak tahu. lihatlah wajah bodoh mereka ya ampun seharusnya aku abadikan pikir Harry. “itu salah satu pulau paling indah, apa kalian lupa kita pernah pergi kesana melakukan konser? Dimana tepatnya...?” ia tengah berpikir keras mengingat dimana tempat mereka dahulu melakukan konser.
“Jakarta lebih tepatnya lagi distadion Gelora Bung Karno” celetuk Tarra.
“ya, benar” tiga pria itu hanya ber-oh ria menyertakan anggukan, entah mereka mengingat itu atau tidak. Itu urusan mereka dengan Author.
Diana dan Tarra menganga takjub atas pernyataan Harry tidak menyangka jika ada penyanyi mendunia mengingat detail Indonesia, apa mungkin dia mengapalnya pikir Diana. Mata mereka berbinar menatap Harry. Diana tersenyum semeringah ke Harry. Melihat itu Harry hanya memutar bola matanya.
“kalau kau berasal dari mana?” tanya Louis pada Olivia membuat Tarra terbakar.
“um aku lahir di Mullingar” Niall tersontak pasalnya ia juga berasal dari sana. Gadis itu memaksakan dirinya berangkat bersama temannya demi bisa quality time dengan The Boys dengan tabungan mereka sendiri.
“benarkah?” Olivia mengangguk. “mungkin aku bisa mampir ke rumah mu jika aku pulang ke Mullingar”
“tentu saja, kau akan ku jamu sebaik mungkin” senyuman merekah dari keduanya.
“woah kau seperti fanfiction, Ni. Bertemu dengan fangirl mu lalu jatuh cinta dan boom! Kau menikahinya” dengan gaya berlebihannya Liam melontarkan kalimatnya. Amen tuhan batin Olivia mengabulkan. Pria pirang itu mencebikkan bibirnya mendengar celoteh-an dari Liam, yang sepenuhnya mengerang.
“bisakah kami mengambil foto kalian?” tanya Diana dengan tatapan penuh harap pada empat pria di hadapannya.
“seperti foto selfie mungkin” sambung Olivia.
“tentu saja, kemarilah” kata Niall.
“yeah tentu” ucap Louis disambut anggukan oleh Liam.
Mereka pun melalukan perubahan raut wajah lalu mengabadikan nya dia ponsel gadis itu, selesai dengan ketiga pria itu Diana menghampiri Harry yang masih duduk di sofanya, dengan rasa sedikit takut namun ia bertekat untuk meminta foto dengannya. Pria itu menatap dengan sebelah alisnya yang menaik, melihat tatapan itu Diana mengurungkan niatnya dan kembali ke sofanya bersama Niall yang berada disebelah nya.
“kenapa kembali? Minta lah padanya tidak mungkin bukan aku meng-copy wajahnya?” kekeh Niall.
“aku takut, ku kira Harry baik hati seperti tergambar di wajah nya ketika di foto ketimbang melihatnya langsung bahkan menyeramkan, tahu begini aku malas mengidolakan nya” jelas Diana menatap pria kriting di depannya. Pria itu memutar bola matanya.
“jadi kau mengidolakan Harry?” tanya Liam.
“yeah, kupikir tadinya” wajah nya muram menatap Tarra. Niall dan Louis menatap tajam Harry seakan memperingati untuk tidak bersikap dingin dengan fangirl nya.
“baiklah, kemarilah, berfoto denganku sepuas hatimu” ucap Harry dengan senyum terpaksanya.
“sungguh?” seru Diana sambil meremas ponsel android nya. Dengan mata berbinar serta senyuman yang tidak memudar ia menghampiri pria dengan tato di lengan kiri nya itu kemudian ia merenggangkan pahanya dan menepuk tepuk ruang yang ada disana untuk di duduki gadis delapan belas tahun itu.
Sedangkan Tarra dan Olivia asyik dengan pembicaraan dengan ketiga pria itu. Olivia terlihat bingung harus bicara apa dengan The Boys, ia tidak punya percaya diri seperti Tarra yang berbaur dengan Louis. Satu satunya yang ramah di sini dan penuh senyum adalah Niall, apa aku harus memulai dengannya tapi dia terlalu jauh sedangkan sebelahku Louis pikir Olivia. Mata abu-abu gadis pirang itu tertuju pada Harry dan Diana yang begitu dekat ketika tengah mengambil foto mereka. Louis menanyakan siapa yang The Boys favorit Tarra di antara mereka kemudian ia menjawab Louis, Louis menyeringai senang. Melihat itu Niall hanya menggeleng kepalanya.
“kau mengidolakan siapa?” tanya Liam pada Olivia dengan kerlingan di mata coklat nya.
“aku mengidolakan kalian semua” dengan senyum yang mempertontonkan gigi nya.
“biasakah lebih spesifik ” sergah Louis. Mata abu-abu nya melirik Harry.
“mungkin Harry” melihat itu semua mata tertuju pada Harry dan Diana yang sedang duduk ber pangkuan dengan senyum di bibir mereka. Lalu Tarra menatap sahabatnya itu dengan tatapan -kenapa betah banget di pangkuan Harry- Diana sadar Tarra menatapnya begitu tetapi ia tidaak mengindahkannya
“baiklah tidak ada yang mengidolakan kita, Liam” ucap Niall merentangkan tangannya seraya melangkah menuju Liam untuk memeluknya. Melihat itu Liam dengan sigap menerima pelukan Niall dan mengubah raut wajah mereka menjadi sedih, entah benar-benar sedih atau tidak.
“ew, sekarang siapa yang terlihat seperti gay?” pekik Louis seraya merangkul pundak Tarra. “sudah kubilang aku masih menyukai lubang” lanjutnya lalu melirik Tarra dengan kedua alis yang naik turun.
Mendengar pekikan Louis sontak mereka langsung melepas pelukan mereka lalu membersihkan pakaian mereka seakan mereka baru saja terkena noda, mereka bergidik jijik menatap satu sama lain dan Niall pun kembali ke tempat duduknya dengan sedikit kekehan begitu pun dengan Liam.
“kau tahu Lou, dari semua fangirl yang memilih Harry ia begitu panas. Coba tebak kenapa aku lebih suka dengan mu?” mendengar itu Diana mencebikkan bibirnya. Najis banget sih ngegombal mulu batin Diana bergumam.
“entahlah, mungkin karena aku paling tua” ugh Louis merendah rupanya kalo begini duh gue makin cinta sama lo bang, pikir Tarra. Gadis itu sempat terkekeh sekejap, melihat itu pria pemilik mata abu-abu itu mencebikkan bibirnya.
“ya sebenarnya itu salah satunya tetapi ada lagi, kau tahu apa? Karena kau mempesona ku Lou” ya gue harap Loui termakan gambalannya kalo engga gue pastiin Tarra bakal gondok pikir Diana.
“benarkah? Oh aku mencintai mu boleh kah aku mencium mu?”
.
.
.Tau kok, ini chapter paling sedikit dan paling bosenin menurutku, dan semoga aja yang selanjutnya enggak ya hehehe.
Enjoy!
Jangan sider, pliss.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams, One Direction (End)
Hayran KurguKisah dua remaja Indonesia bertemu idola serta sesama teman fangirl nya. Terjadi sangat singkat tapi berulangkali dan menjumpai cinta yang tak terduga. Itu yang terjadi pada Diana Evan. #89 - dreams 110718