"Menurut mu, mereka benar-benar akan kembali?"
Michael terlihat kacau, wajahnya tidak santai bahkan Albin dapat melihat nya. Karena Albin mengetahui jawabannya jadi ia tak bertanya, lagi pula Bryan akan rusuh setelahnya. Michael duduk sembari mendongah menatap langit kamar nya sesekali menarik ujung rambutnya, ia sedikit merasa pening.
"Mereka? Siapa maksudmu?", tanya Bryan namun tatapannya tertuju pada ponsel silvernya. Albin memutar bola matanya jengah.
"Sepupu mu, Diana. Dan temannya. Apa menurut mu-" Michael hampir bangkit dari duduk nya, mendengar jeritan Bryan.
"ASTAGA KAU MENYUKAI NYA!", dan Albin juga benar-benar terkejut melempar ponsel nya begitu saja. Tak terduga oleh Bry mendapat benturan benda keras yang dilempar Albin. Bryan meringis.
"Tidak, ya, maksudku tidak membencinya," Albin mengusap kasar mukanya mendengar pernyataan bodoh Michael.
"Kau bodoh, Mike" gumam Albin menengkurap kan tubuh nya di kasur.
"Hey aku mendengar mu, dude" Albin hanya berdeham keras.
"Jadi apakah kau menyukai sepupu ku, maksudku Diana" tanya Bryan, ia hanya ingin mengetahuinya langsung. Ia melirik Albin memastikan apakah ia ada di pihak nya atau Michael. Dan ternyata ia berpihak pada Michael, menurutnya. Michael menggeleng tegas meski hatinya mengangguk. Bryan memicing menatap Michael intens, membuat Albin yang melihatnya agak takut. "Katakan saja sialan, ia sepupu ku jadi tak masalah. Lagi pula beberapa jam lagi mereka lepas landas, oh aku bahkan sangat penasaran dengan jadwal nya" sontak Michael melotot padanya. "Apa?"
"Kau bercanda?" Bryan menggeleng, tatapannya penuh pada ponsel yang di mainkan nya. Bryan mengernyit melihat tingkah blingsatan Michael beranjak dari kursi nya.
"Hey, Mike! Mau kemana?!"
***
"Aku pergi, Nina. Terima kasih makan siang nya" beberapa waktu yang lalu mereka menyelesaikan makan siang di toko roti milik Nina, meski tidak besar seperti toko roti kebanyakan tapi ada beberapa meja untuk pelanggan yang ingin makan pesanan mereka disini. Nina datang dari dapur, tempat membuat roti dengan senyuman. Oh untuk satu ini Olivia benar-benar berburuk sangka dengan wanita itu yang notabene nya kakak dari ayah nya. Ia tak se menyebalkan yang ia lihat selama ini.
"Pergi kemana? Pakai mobil ku, ya, jika kau memerlukannya" tutur Nina begitu lembut. Olivia bingung jika Nina selembut ini kenapa tak ada pria yang menyukai nya. Satu lagi, Nina bukanlah wanita buruk rupa.
"Oh tidak terima kasih, aku akan naik angkutan umum. Lagipula aku tak ingin memperburuk polusi udara" disambut kekehan Nina.
Setelah 20menit waktu ditempuh, akhirnya ia sampai ditempat yang ia tuju atau lebih tepatnya ia inginkan. Oh aku sudah tidak sabar, Olivia membatin saat panggung cukup megah berhasil ditangkap penglihatannya. Bahkan ia tak sabar dengan para penyanyi nya. Suasana disini sudah riuh dan semakin riuh seiring bertambahnya waktu, ia tahu, mereka adalah seseorang yang sama sepertinya.
Tak mau menunggu lama ia langsung memasang posisi paling depan, ia ingin melihat The Boys lebih dekat. Ia tidak perduli meski terjepit dengan orang lain. Oh bukan kah ini risiko mengikuti konser. Beberapa menit lagi konser akan dimulai, jantung nya berdebar-debar tak karuan. Ini bukan pertama kalinya ia mengikuti konser setelah RoadTrip konser di tanah kelahirannya, waktu itu Carolina yang mengajak nya, lagi pula ia tidak banyak tahu tentang RoadTrip, jadi ia hanya sekedar menonton walau tak menampik para personil nya sangat mempesona. Tentu saja Harry lebih mempesona, Oliv membatin.
Suasana makin ramai dan suhu di sekeliling nya jadi panas, para manusia yang kebanyakan para gadis semakin menggila. Tubun nya agak terhuyung layaknya ombak namun matanya menangkap sesuatu, seseorang yang ia kenal meski belum lama. Mereka Diana dan Tarra. Kenapa mereka bisa berada disana? Batin Olivia bingung. Instrumen what makes you beautiful mengalun, Olivia tak mungkin meninggalkan barisan, lagi pula ia sangat jauh dari manapun diantara lautan manusia ini.
"HARRY!"
"LOUI!
"NIALL!"
"LIAM!"
atau
"I Love You!"
Dan saat suara histeris terdengar, Olivia tahu bahwa malaikat nya telah tiba.
***
"Dia gila!" Teriak Bryan pada Albin didalam mobil. Mereka berkendara mengikuti mobil Audi di depannya. Menuju bandara.
"Ia benar-benar menyukai Diana", pekik Albin, jemarinya menggenggam kemudi erat. Michael sangat kalap mengendarai mobil jadi mereka harus bisa menyusul. Hingga Bryan menggenggam sabuknya. Albin cukup hebat atau gila?, Pikir Bryan.
Mereka mengerem, seluruh nerta dipergunakan. Mereka kehilangan Michael. Albin mengomel pada Bryan yang tak bisa mempergunakan penglihatan dengan baik, maksudnya apa susah nya melihat mobil di depannya. Memanjangkan leher untuk melihat, jika saja Michael memang berada didekat sini. Bryan melihat sesuatu, lantas ia menarik Albin mengajak nya untuk melihat, hanya memastikan jika itu memang Michael.
"Bodoh itu memang Michael, Bry. Ayo!"
Michael harus melakukannya, ia tak bisa membiarkan gadis itu pergi dengan cintanya disini. Michael hanya tidak terima, gadis itu semena-mena. Apa ia tak berpikir akibat nya? Halah bahkan gadis itu tak mengetahui apapun dariku. Jadi disini siapa yang salah. Bryan? Albin?. Michael tak mau disalahkan. Ia bahkan mengendarai mobil secara membabi buta, seluruh mobil membunyikan klakson untuknya.
Dalam benak ia berharap Diana belum meninggalkannya, apa iya? Ia menyesal selalu bersikap dingin padanya. Dan hari ini ia bertekat untuk mengatakannya, tunggu, apa ia juga perlu jawaban?. Michael menggerang kesal saat melihat kedua temanya mendekat. Mereka bisa saja merusak semua rencana, pikir Michael.
"Ada apa?" tanya Michael saat mereka berdua, Bryan dan Albin, telah sampai. Albin menatap Michael tak percaya. Pertanyaan bodoh macam apa itu? Pikir Albin.
"Salah, seharusnya kami yang bertanya begitu" Bryan mengangguk setuju. Hening sesaat.
"Jadi aku sangat benar kau mencintai Diana?" tanya Albin, bagi Bryan Albin begitu mengintimidasi jika sekarang ia menjadi Michael.
"Bukan begitu, aku hanya-"
Pengen update aja gapapa kan. Biar cepet ilang beban ku.
Enjoy
240418
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams, One Direction (End)
FanficKisah dua remaja Indonesia bertemu idola serta sesama teman fangirl nya. Terjadi sangat singkat tapi berulangkali dan menjumpai cinta yang tak terduga. Itu yang terjadi pada Diana Evan. #89 - dreams 110718