Bara tersenyum samar memandangi hasil jepretan kamera ponselnya yang menampilkan hasil foto yang baru di ambilnya semenit yang lalu. Ini adalah foto candid gadisnya.
Aih, Lea ini, candid aja masih tetep cantik.
"Kenapa senyum-senyum?"
Bara mendongak.
"Gak pa'pa. Tadi ada foto lucu,"
Lea mengangguk percaya dan tangannya berpindah mengaduk es teh manisnya. "Aku heran deh, kenapa ya kalo di tempat makan itu yang dateng duluan minumannya?"
Bara menopang dagu setelah meletakkan ponselnya. "Itu taktik. Biar kitanya bisa nambah lagi,"
"Emang iya?"
Bara mengangguk. "Gue punya restoran soalnya."
Mata Lea membulat. "Iya? Di mana?"
"Di bohongin."
Lea merengut jengkel, tangan kanannya melempar tisu yang habis di pakainya ke wajah Bara.
"Oh iya! Plastik Indomaretnya masih di gantung di motor!"
"Biarin aja,"
"Nanti kalo ilang gimana?!" seru Lea.
"Anggep aja sedekah."
Lea menunduk lesu, dan menaruh kepalanya di atas meja yang mereka berdua tempati di warung seafood ini.
"Onta, nanti sampe rumah memarnya di olesin salep ya?"
Bara berdehem kecil. Lalu dia mulai mengelus-elus rambut gadisnya seakan-akan gadisnya itu seekor kucing.
"Jangan di elusin ih aku nanti jadi ngantuk."
"Biarin. Ada cowok di ujung meja sana soalnya yang ngeliatin lo mulu."
Lea kontan mengangkat kepalanya. "Kamu cemburu?"
"Nggak."
Lea berdesis pelan dan kembali menaruh kepalanya.
"Gue gak cemburu. Gimana ya ngomongnya? Gue gak suka aja gitu ada cowok lain yang ngeliatin lo,"
"Itu namanya cemburu!"
"Ck. Bukan."
"Orang itu namanya cemburu! Kamu tau cemburu gak sih?!"
"Tau."
"Nah itu kamu lagi ngerasain cemburu!"
"Bu--"
"Pokoknya kamu cemburu!" tukas Lea mengerucutkan bibirnya.
Dan Bara cuma bisa mengalah.
Nasib seorang cowok emang miris ya.
"Misi, pesanannya. Gurame bakarnya satu, nasi putih dua, kepiting saus padang satu, dan tumis kangkungnya satu ya. Pesanan sudah komplit, ada yang mau di tambah lagi?"
Tersenyum tipis, Bara lantas menggeleng. "Udah cukup, Mbak. Makasih ya,"
"Mbak-Mbak tadi masa kulitnya putih banget tapi tangannya item. Udah gitu lipstiknya tebel banget lagi."
Bungkam, Bara lebih memilih fokus dengan makanan yang ada di hadapannya.
"Bar? Ih kacang banget sih! Atau kamu suka ya sama Mbak itu?!"
Bara berdecak pelan. "Tash, makan aja. Gak usah banyak omong."
"Sayurnya dimakan, jangan ikannya doang,"
Sekarang, giliran Lea yang bungkam. Dan Bara cukup peka, dia menyadari kalau Lea pasti sekarang marah gara-gara Bara memarahinya.
"Makan." ujar Bara tegas sesudah menaruh sedikit kangkung ke piring gadisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Match Made in Heaven[SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[SEBAGIAN PART SUDAH DI HAPUS] [TERSEDIA VERSI CETAK & EBOOK] Bara, namanya. Lelaki berdarah Arab yang mungkin setelah kamu membacanya, Kamu akan jatuh cinta padanya. WARNING: MENGANDUNG KATA-KATA KASAR! (13+)