Empat Dua

32.1K 2.3K 120
                                    

Apa salah dan dosaku sayang...

Cinta suciku kau buang-buang...

Lihat jurus yang 'kan ku berikan...

Jaran goyang, jaran goyang...

Lea yang tengah memijat pelan betisnya, spontan melirik ponselnya yang berdering.

Kedua alisnya terangkat, di benaknya dia berpikir, sejak kapan ringtone di ponselnya menjadi lagu dangdut?

Pun tangannya terulur, mengambil ponsel yang ia letakkan di atas meja.

Seketika kedua sudut bibirnya terangkat saat mengetahui siapa yang meneleponnya dan siapa yang sudah jahil mengganti ringtone di ponselnya.

"Halo?"

"Mantap 'kan lagunya?"

"Iseng!"

Di seberang sana, Bara tertawa.

"Kok lama ngangkat telepon gue? Tidur ya?"

"Perasaan enggak deh."

"Ah, perempuan selalu pake perasaan."

Giliran Lea yang tertawa, membuat Bara tersenyum di lain tempat.

"Lo di mana, Sayang?"

"Di rumah."

"Ck. Di mananya?"

"Di ruang tengah. Ih, kenapa sih?"

"Ngapain? Sama siapa?"

Lea tersenyum jahil, "Sama cowok baru. Ganteng, dari Singapura."

"Lucu."

"Ck. Kok responnya gitu sih?!"

Bara terkikik geli, "Masuk ke kamar ya sekarang,"

Berdehem, pun Lea bangkit dari sofanya. Berniat menuju kamarnya.

Dan, selama dia berjalan dari ruang tengah ke kamar pribadinya, dia nggak berbicara apapun ke Bara. Begitu pun juga dengan Bara. Hingga ketika satu menit terlewati, gadis itu kembali berbicara. Berbicara kalau dia sudah menuruti apa yang Bara titahkan.

"Aku udah di kamar,"

"Anak pinter."

"Kamu nggak--"

"Sekarang ke balkon. Tapi, buka gorden balkon lo dulu."

Kening Lea mengerut, namun dia tetap menuruti apa yang pacarnya itu minta.

"Ngapain sih buka-- AAAAHHHHH!!!!"

Lea terpaku di tempat, ketika pemandangan yang dia lihat pertama kali saat membuka gordennya adalah wajah Bara yang di tempelkan di kaca pintu yang terhubung dengan balkon kamarnya. Dan itu membuat wajah Bara terlihat aneh.

Lebih tepatnya terlihat seperti babi dan monyet di saat yang bersamaan.

"Idiot! Bikin jantungan aja!"

Bara tergelak sembari memegang perutnya, lalu, setelah pintu balkon kamarnya di buka oleh Lea, Bara segera mendekap erat tubuh mungil Lea yang hanya berbalut piyama panjang bergambar cinderella.

"Kangen."

Sontak Lea tersenyum, ikut membalas pelukan hangat Bara.

"Alay!"

Mendengus, pun Bara merenggangkan pelukannya.

"Alay alay tapi ikut meluk! Dasar cabe Paris!"

Match Made in Heaven[SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang