Dear Bara,
Aku mencintaimu,
Dan itu bukan karena kamu membuatku bahagia. Bukan juga karena kamu membuatku merasa spesial. Apalagi karena kamu adalah cowok termanis yang pernah aku temui.
Bukan...
Aku mencintaimu karena aku hanya mencintaimu.
Dan aku tidak membutuhkan alasan untuk itu.
Lea menutup buku diary bersampul merah mudanya. Kepalanya menengadah, menatap hamparan langit malam yang sesekali mengeluarkan cahaya kilat, pertanda hujan akan turun sebentar lagi. Lalu, kepalanya ia putarkan sedikit ke belakang. Menengok ke arah Bara yang lagi-lagi belum menunjukkan tanda-tanda akan siuman.
Mengusap diary kesayangannya, pun Lea kembali merinding. Karena... Diary ini adalah pemberian Bara. Saat di toko buku, tempo lalu.
"Aku suka banget baca buku. Kamu suka gak?"
Bara yang kala itu sedang memilih buku diary pun terdiam, tidak menggubris pertanyaan gadisnya.
"Bara! Kebiasaan banget sih!"
"Apa'an sih anying emang nih cewek,"
Lantaran gondok, Lea pun memukul kepala Bara dengan novel yang ada di tangannya.
"Argh sakit! Pulang sendiri sana!"
"Dih jahat!"
"Siapa yang bilang gue baik?"
"Heh malah kabur--"
"Katanya di suruh pulang sendiri!"
Bara meringis saat orang-orang mulai memperhatikan pasangan yang kelihatan sedang bertengkar ini. Bara pun buru-buru menghampiri Lea yang berdiri beberapa langkah darinya dengan tangan kanan yang sudah membawa sebuah buku diary.
"Jangan berisik di toko buku, Sayang."
Lea bergumam tidak jelas karena kondisi mulutnya yang di bekap oleh tangan kiri Bara.
"Nih buat lo."
Lea menunduk, menatap buku diary yang sudah Bara taruh di atas novelnya. "Buku diary? Untuk apa?"
"Daripada lo curhat di snapgram dengan background hitam dan tulisannya di kecilin mending gue beliin buku diary sekalian. Biar lo lebih puas curhatnya."
Tanpa sadar gadis yang sedang berdiri di balkon rumah sakit tersebut tersenyum. Senyuman sendu. Dia rindu Bara, sangat. Hingga beberapa saat kemudian, datang seseorang yang ikut berdiri di samping Lea. Dan Lea mengetahui siapa orang tersebut.
"Kamu gak pulang? Ini udah malam... Sebentar lagi hujan juga turun,"
Lea tersenyum kecil. Matanya tidak terarah pada orang yang ada di sampingnya, tetapi dia justru menatap bangunan kota Tangerang yang terlihat kecil dari atas sini.
"Aku nginep lagi ya, Tante? Siapa tau ... Malam ini Bara akan sadar,"
Mengusap punggung Lea, wanita tersebut tersenyum hangat. "Sebelum sayang sama Bara, sayangi diri kamu dulu ya? Masa hampir tiap hari ini kamu tidur di sofa. Kalo Bara tau bisa-bisa Tante di ocehin nih,"
"Gak pa'pa, Tante. Boleh ya?"
Mayang menggerakan jari telunjuknya ke kiri kanan. "No... Wajah kamu udah pucat, pasti kamu bakal sakit. Mending kamu istirahat. Kamu gak mau 'kan pas Bara sadar kamunya malah sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Match Made in Heaven[SUDAH TERBIT]
Novela Juvenil[SEBAGIAN PART SUDAH DI HAPUS] [TERSEDIA VERSI CETAK & EBOOK] Bara, namanya. Lelaki berdarah Arab yang mungkin setelah kamu membacanya, Kamu akan jatuh cinta padanya. WARNING: MENGANDUNG KATA-KATA KASAR! (13+)