Seorang gadis yang memakai pakaian bermodel sabrina dengan jeans berwarna putih tersebut menatap layar ponselnya sekali lagi. Untuk sekedar memastikan alamat yang di berikan oleh Mayang kepadanya tempo hari lalu.
"Jalan Kemuning blok G nomor sepuluh,"
Mendongak, Lea pun lagi-lagi menatap kagum rumah mewah yang ada di depan matanya. Rumah ini dua kali lipat dari besar rumahnya, belum lagi halamannya yang terdapat kolam ikan dan air terjun mini. Oh, jangan lupakan sederetan tanaman hias yang makin menambah kesan indah rumah ini.
Mata Lea berpindah, menatap sederetan sedan berbagai macam merek. Lalu, mata indah Lea menangkap mobil pajero sport milik Bara yang di parkir di tengah-tengah dua mobil mercedes benz dan honda.
Pun kaki Lea mulai melangkah pelan, mendekati gerbang yang sudah bisa di tebak harganya lumayan mahal itu.
"Permisi, Pak. Tante Mayang ada?"
Seorang satpam yang sedang duduk di dalam pos yang di bangun di rumah mewah tersebut pun menyipitkan matanya, menatap Lea penuh selidik.
"Adek siapa ya?"
"Saya ... Temennya Bara, Pak. Tapi hari ini saya mau ketemu Tante Mayang,"
"Sudah buat janji?"
Lea mengangguk sekali, "Justru Tante Mayang yang meminta saya datang."
"Tunggu sebentar."
Lea mendengus kasar waktu satpam tersebut berlari. Bukan berlari ke arahnya untuk membukakan pintu gerbang, tapi justru berlari ke dalam rumah tersebut.
Sampai beberapa menit kemudian, satpam yang Lea ketahui bernama Agus ini kembali datang ke arahnya untuk membukakan pintu gerbang dengan nafas yang masih terengah-engah. "Masuk aja, non, nyonya Mayang ada di dapur."
"Makasih, Pak."
Lea berjalan dengan langkah yang sengaja di pelankan, mata dan bibirnya masih mengagumi keindahan yang ada di depan matanya. Dalam benaknya dia berpikir, kalau Bara sekaya ini, kenapa dia bertingkah sangat sederhana?
Praang!!
Gadis itu meringis. Pandangannya ia edarkan ke penjuru halaman rumah ini, dan dia mendesah lega ketika suara itu bukan berasal dari tubuhnya yang menyenggol patung-patung yang di tata di halaman. Kemudian, matanya kembali bergerak, mencari tahu sumber suara yang cukup membuatnya sedikit serangan jantung.
Pun pupil matanya melebar waktu melihat ke ujung garasi. Dia hapal pemilik punggung tegap yang sedang berjongkok memunggunginya itu.
Berlari kecil, Lea lantas menyerukan nama pemilik punggung tersebut.
"Bara!"
Yang empunya nama menoleh ke belakang. Wajahnya menampilkan ekspresi terkejut yang mampu dia normalkan kembali.
"Tasha? Lo ngapain di sini?"
"Kok kamu gak istirahat? Kamu itu belum sembuh tau! Kamu harus istirahat sampai pulih! Dan ini baru dua hari kamu udah bertingkah lagi?!"
Bara menatap Lea ogah-ogahan. Dan dia pun kembali melanjutkan aktifitasnya semula. Mengotak-atik motor vespa keluaran terbaru yang habis di belinya.
"Gue bosen, Sayang!"
Lea merengut jengkel. Bara baru keluar dari rumah sakit tempo lalu dan ini hari kedua dia kembali ke rumah, tapi bukannya beristirahat si onta itu justru sedang sibuk mengotak-atik motornya dengan perban yang masih menempel sempurna di kepalanya.
"Lo bawa apa itu?"
Spontan Lea menunduk, menatap sebungkus puding brownis yang dia bawa dari rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Match Made in Heaven[SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[SEBAGIAN PART SUDAH DI HAPUS] [TERSEDIA VERSI CETAK & EBOOK] Bara, namanya. Lelaki berdarah Arab yang mungkin setelah kamu membacanya, Kamu akan jatuh cinta padanya. WARNING: MENGANDUNG KATA-KATA KASAR! (13+)